pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.
Menurut Sutrisno 2000:9 Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu,
neraca mempuyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit.
b. Laporan Rugi Laba
Menurut Astuti 2004:17 Laporan rugi laba adalah laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama peiode
akuntasi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Sedangkan menurut Sutrisno 2000:10 laporan rugi laba adalah laporan
yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu.
c. Laporan Perubahan Modal
Menurut Baridwan:18 Laporan perubahan modal laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntasi.
Laporan perubahan posisi keuangan berguna untuk meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan , termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan dan melengkapi
penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
d. Laporan Arus Kas
Menurut Sofyan:93 laporan arus kas memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas
di masa yang akan datang. Dan memberikan informasi yang releven tentang penerimaan dan pengelaran kas dari suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu dengan mengklarifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.
2.2.2 Fungsi Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kesemua pihak yang berkentingan dan axistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan
alat komunikasi yang memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dapat menggunakan laporan keuangan yang ada sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Disamping
sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya di dalam
perusahaan tersebut, laporan keuangan akan sangat bermanfaat untuk : 1.
Mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. 2.
Mengetahui prestasi keuangan yang telah dicapai dan sedang berjalan. 3.
Mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan.
4. Mengadakan perbaikan penyusunan rencana dan kebijaksanaan
perusahaan pada masa mendatang. Fungsi laporan keuangan tersebut di atas berguna untuk
mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan.
2.2.3 Tujuan Laporan keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut Belkaoui:126 adalah: 1.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha
2. Laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang
perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit untuk menunjukkan tingkat
kembalian deviden harapan bagi investor. 3.
Laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi earnings potensial perusahaan.
2.2.4 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik laporan keuangan meliputi : a.
Dapat dipahami dengan mudah Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai dan
dinyatakan dalam bentuk suatu istilah yang disesuaikan dengan harta pengertian pemakainya.
b. Relevan
Informasi harus relevan bisa membantu pemakai informasi untuk membentuk harapan atau kesimpulan mengenai hasil-hasil pada masa
lalu, sakarang, dan masa yang akan datang. c.
Tepat waktu Mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari
keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. d.
Dapat diperbandingkan Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan
akuntasi yang berbeda.
2.2.5 Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan
Menurut Firdaus:1 pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan yaitu : 1.
Pemilik perusahaan : untuk menilai hasil maju mundurnya kegiatan suatu pimpinan perusahaan tersebut.
2. Kreditur : para kreditor sangat berkentingan dengan analisis laporan
keuangan ini karena dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan dapat dipertimbangkan apakah kredit yang akan mereka berikan aman atau
tidak. 3.
Investor : memerlukan laporan keuangan dimana mereka akan menanamkan modal.
4. Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer dalam
menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang diperoleh. 5.
Pemerintah : berguna untuk penetapan besarnya pajak, untuk data statistik dan departemen perdangangan, departemen perindustrian dll.
6. Masyarakat : memperoleh kontribusi sumbangan dana perusahaan
mengenai jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada penanam modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila laporan keuangan tersebut dianalisis, diperbandingkan dengan tiga atau lebih periode sehingga dapat diperoleh
data yang akurat mengenai perkembangan perusahaan dan kemajuan yang dapat dicapai, laporan keuangan ini sangat berpengaruh sekali dalam
keputusan yang di ambil manajemen.
2.2.6 Pengertian laba Bersih
Laba bersih adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus kas
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas , yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal Anonim 2004, SAK No 23 , sedangkan
menurut Soemarsono 2002 : 234 laba bersih adalah selisih lebih pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya dan kerugian. Jumlah ini
merupakan kenaikan bersih selama modal.
2.2.6.1 Laba sebagai alat Ramal
Statement of Financial Acconting Concepts SFAC No. 1
menyatakan bahwa informasi laba umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan
informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning power” perusahaan di masa yang akan datang. Assih dan
Gudono,2000 :36 Bagi banyak perusahaan laba dianggap lebih relevan dalam
meramalkan harga pasar saham dimasa yang akan datang dengan menggunakan nilai masa lalu atas laba akuntasi yang di hitung berdasarkan
harga perolehan historis, peramalan memberikan yang lebih baik atas nilai yang akan datang dan serangkaian arus kas yang sama daripada nilai laba
masa lalu yang dihitung berdasarkan harga perolehan yang berlaku.
2.2.6.2 Tujuan Laporan laba bersih
Pengetahuan tentang pengukuran yang berbeda-beda atas laba bersih suatu perusahaan mungkin berguna untuk berbagai tujuan.
Menurut Hendriksen 1995 : 130 menyatakan bahwa tujuan utama pelapor laba bersih adalah untuk memberikan informasi berguna bagi
mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan dasar
yang paling penting bagi para pemakai laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang di investasikan dan laba , antara stok dan
arus keuangan bagian dan proses akuntasi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai
pengukuran efisien manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi deviden di masa
yang akan datang. Penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan menajerial di masa yang akan
datang.
2.2.7 Pengertian perataan Laba income smoothing
Definisi Perataan laba yang dikemukakan oleh Baidlemen dalam Belkaoui2002 adalah “usaha yang disengaja untuk meratakan atau
menfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Sedangkan menurut Assih dkk, 2000 adalah
tindakan yang dilakukan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menujukkan suatu manajemen perusahaan untuk mengurangi
variasi abnormal laba pada batas-batas yang diizinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip maajemen yang wajar”. Narsa,dkk :2003.
Sedangkan menurut Koch,1981 Perataan laba adalah cara yang dipergunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik dengan menggunakan metode akuntasi maupun melalui transaksi. Aryes 1994
Narsa dalam artikelnya mengungkapkan tentang praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajer untuk “mangatur” Earning atau keuntungan
demi manunjukkan prestasinya. Manurutnya ada tiga faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik perataan laba,yaitu:
1. Manajemen Akrual accruals Manajemen : dikaitkan dengan segala
aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer, contohnya
adalah mempercepat atau menunda pengakuan pendapat, menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas biaya misalnya biaya perawatan
aktiva tidak lancar, keuntungan atau kerugian atas penjualan aktiva dan perkiraan-perkiraan akuntasi lainnya seperti beban piutang ragu-ragu
dan perubahan metode akuntasi. 2.
Penerapan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib adaption of mandatory accounting changes : Berkaitan dengan manajer untuk
menetapkan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib diterapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Para
manajer tentu akan memilih menerapkan kebijaksanaan akuntasi yang
baru bila dengan penerapan tersebut dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan.
3. Perubahan akuntasi secara sukarela Valuntary Accounting Changes :
berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntasi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat
dipilih yang tersedia dan diakui aleh badan akuntasi yang ada. Contohnya adalah penggantian metode penyusutan aktiva dari metode
garis lurus ke metode penyusutan yang dipercepat dan sebaliknya. Beberapa pola dari manajemen laba yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yaitu : memaksimalkam laba, meminimalkan laba dan perataan laba. Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenaan agency teory yang menyatakan praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen agent dan pemilik
principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
2.2.7.1 Alasan Perataan Laba
Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Hepworth 1953 dalam Subekti 2005 dalam Budiasih 2006 adalah sebagai berikut :
a. Sebagai rekasa untuk mengurangi laba dan untuk menaikkan biaya
pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak. b.
Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijaksanaan deviden sesuai dengan keinginan.
c. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena
dapat menghindar permintaan kenaikkan upah atau gaji oleh karyawan.
d. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian.
Foster 1986 dalam Suwito dan Herawati 2005 dalam Budiasih 2006 bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra
perusahaan di mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah. Dan menurut Barnea, Et. Al 1976
dalam Salno dan Baridwan 2000 adalah untuk mempermudah investor untuk memprediksi perusahaan dimasa yang akan datang.
2.2.7.2 Motivasi Perataan Laba
Dipandang dari sisi manajemen Hepworth1953 mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan perataan penghasilan
pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologi,
yaitu: 1.
Mengurangi total pajak terutang 2.
Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan
penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikkan gaji dan upah,
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
2.2.7.3 Sasaran-sasaran Perataan Laba
Sasaran perataan laba dapat dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran laba atau
informasi. Foster 1986 dan Liauw She Jin dan Machfoedz 2000
mengklarifikasi beberapa unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba.
Unsur-unsur tersebut diantaranya yaitu : 1.
Unsur penjualan Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif saat pembuatan faktur
misalnya penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, pembuatan faktur dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai
penjualan periode ini. 2.
Unsur Biaya Memecah-mecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah
pembelianpesanan dipecah menjadi beberapa pembelianpesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda
kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntasi. Hal ini merupakan alasan yang disederhanakan karena manajemen
mungkin merasa perlu dan lebih praktis untuk meratakan penjualan dan
komitmen penjualan yang tetap memiliki perataan biaya secara lebih fleksibel. Sama halnya suatu perusahaan dengan kendali yang baik atas biaya-biayanya
dapat merasa lebih praktis untuk meratakan pendapatan penjualannya.
2.2.7.4 Metode dan Dimensi Perataan Laba
Perataan laba dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau taksiran akuntansi disebut accrual-based manipulation atau dengan
memperlakukan transaksi yang menyebabkan laba yang dilaporkan lebih mendekati angka yang di targetkan daripada memaksimumkan aliran kas
yang di harapkan saat ini disebut real manipulation Bortov ,1993 Sedangkan dalam Dascher dan Malcom 1970 dalam Assih dan
Gudono, menyatakan bahwa perataan laba atau laba yang dilaporkan dapat dicapai melalui real smoothing atau artificial smoothing. Real smoothing
berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan dan tidak dilakukan berdasar pengaruh perataannya pada laba. Sementara artificial
smoothing berarti perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntasi untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke
periode yang lain. Dengan demikian perataan laba dapat dicapai melalui beberapa
dimensi perataan laba. Ronen dan Sadan,1975 dalam Assih dan Gudono : 1.
Perataan laba melalui kejadian dan atau pengakuan peristiwa. Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu
untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan, jadi alternatifnya
manajemen juga dapat menentukan waktu pengakuan beberapa peristiwa.
2. Perataan laba melalui alokasi selama periode tertentu.
3. Perataan laba melalui klasifikasi
2.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba antara lain : ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial
leverage.
2.2.8.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dll. Pada dasarnya ukuran perusahaan dibagi
dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium firm dan perusahaan kecil small firm. Penentuan
ukuran perusahaan ini didasarkan pada total atau nilai aktiva Machfoedz,1994.
Menurut Moses 1987 menemukan bukti bahwa perusahaan- perusahaan yang lebih besar memliki dorongan yang lebih besar pula
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih
besar menjadi subyek pemeriksaan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umumgeneral public.
Hasil lainnya ditemukan menurut Nasser dan Herlina 2003 dalam Juniarti dan Carolina menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total aktiva perusahaan Juniarti dan Carolina, 2005.
Penelitian sebelumnya baik yang digunakan didalam maupun diluar negeri. Secara logis nilai aktiva dapat memicu motivasi manajer dalam
melakukan tindakan perataan laba,untuk menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporan.
Banyak peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula indeks perataan laba.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan adalah :
Size = Log Total Aktiva
Narsa,et.al,2003:137
2.2.8.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilkinya. Sehingga profitabilitas diduga dapat mempengaruhi laba, karena secara langsung
merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba, hasil empiris dalam penelitian Liauw She Jin dan Machfoedz 2001
menghasilkan bukti bahwa perusahaan yang mempuyai tingkat profitabilitas rendah atau menurun lebih cenderung melakukan perataan
laba. Definisi profitabilitas menurut Weston dan Capeland 1995 dalam
Liauw She Jin 2000 adalah rasio pengukuran efektifitas manajemen berdasarkan laba yang dilaporkan sehingga profitabilitas diduga
mempengaruhi perataan laba karena secara logis laba merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba.
Penelitian Moses 1987 dalam Assih dan Gudono 2000 menyatakan bahwa profitabilitas dapat merefleksikan motivasi manajer
untuk dapat meratakan laba. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio ini mengukur seberapa besar efektifitas
manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dengan keuntungan yang diperoleh dari pendapatan usaha dan investasi.
Ada berbagai pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume
penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keeluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seseorang penganalisa untuk
mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Disini perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam
keadaan menguntungkan atau profitable. Salah satu metode pengukuran profitabilitas adalah dengan
menggunakan Net Profit Margin NPM, Net Profit Margin menunjukan keuntungan sehubungan dengan penjualan, margin penghasilan bersih
ini diduga mempengaruhi perataan penghasilan, sebagaimana penelitian bersih yang dilakukan oleh Archibalt1967, Dascher dan Malcom
1969, Barnea,Ronen dan Saden 1975;Beatle,dkk 1994, yang menginvestasikan berbagai instrument laporan keuangan seperti metode
depresiasi, perubahan kebijakan akuntasi, dan extraordinary items untuk meratakan penghasilan. Secara logis NPM dapat merefleksikan motivasi
manajer untuk meratakan penghasilan. Secara sistematis Net Profit Margin dihitung dengan rumus:
NPM = Laba Setelah pajak
X 100 Penjualan Bersih
Sartono,2001:123
2.2.8.3 Financial Leverage
Laverage diartikan sebagai penggunaan assets atau sumber dana sources of funds oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap beban
tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial sebagai akibat dari penggunaan tersebut, perusahaan harus mengeluarkan beban
tetap. Perusahaan menggunakan financial leverage dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan. Sebaliknya
leverage juga meningkatkan variabilitas risiko keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan kentungan yang lebih rendah dari
biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk
menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihatt trade-of antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial
Sartono,2001:257. Menurut Sutrisno 2000:227 leverage dibagi dua macam yaitu
leverage operasi atau operating leverage dan leverage finansial atau financial leverage. Perusahaan menggunakan leverage operasi dan
finansial dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya.
Leverage operasi adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan,
penggunaan leverage operasi oleh perusahaan diharapkan agar penghasilan yang diperolah atas penggunaan aktiva tetap tersebut cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan leverage finansial merupakan penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan
yang harus menanggung beban tetap berupa bunga, penggunaan dana yang menyebabkan beban tetap ini diharapkan penghasilan yang
diperoleh lebih besar dibanding dengan beban yang dikeluarkan. Leverage yang semakin besar mengakibatkan risiko yang semakin
meningkat. Semakin meningkat besar jumlah hutang yang dipergunakan perusahaan, maka yang akan ditanggung pemilik modal akan semakin
besar pula . Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut
sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba. Financial leverage diukur menggunakan rasio debt to equity.
Financial Leverage = Total Hutang
x100 Jumlah Modal Sendiri
Husnan,1998:113.
Leverage keuangan biasanya dipergunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang,
maka perusahaan harus membayar bunga,Husnan:619. Fianacial Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempuyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100.
2.2.9 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage dengan Perataan Laba 2.2.9.1 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan dengan Perataan Laba
Perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar,
karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya
perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian di kategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian
dari berbagai pihak, Ashari et al 1994. Sebalikanya menurut Nasser dan Herlina 2003:295 dalam
Juniarti dan Carolina 2005 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar
umumnya akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba
yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memikirkan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan
tindakan perataan laba.
2.2.9.2 Hubungan antara Profitabilitas dengan Perataan Laba
Kepentingan tim para pemilik perusahaan adalah ingin mengetahui bagaimana prestasi yang dicapai manajemen perusahaan atas modal yang
diinvestasikan. Biasanya prestasi tersebut diukur berdasarkan laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Menurut assih dkk,2002 Return on Assets ROA merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan, perusahaan yang memilki ROA yang lebih cenderungan melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga
memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba. Dalam penelitian Salno dan Baridwan 2000 mencatat beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa profitabilitas adalah salah satu variabel yang mempengaruhi perataan laba. Fluktuasi profitabilitas yang rendah atau
menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk
melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.
2.2.9.3 Hubungan Antara Financial Leverage dengan Perataan Laba
Leverage keuangan diukur oleh besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai atau dibelanjai oleh hutang. Menurut Sartono 2001:120, leverage
menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya, semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang
dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba. Menurut Widyaningdyah dalam Narsa 2003 dalam penelitiannya
yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan yang go public di Indonesia, mengajukan Leverage sebagai
salah satu variabel yang diuji. Dalam penelitiannya leverage diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva dan disimpulkan
bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Hutang yang besar mengakibatkan resiko semakin meningkat. Jadi semakin besar
leverage maka resiko yang ditanggung oleh pemilki modal juga akan semakin meningkat.
2.3 Kerangka Konseptual
Untuk mempermudah pemahaman dalam mengetahui pengaruh variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage terhadap
Perataan Laba maka penulis menyajikan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan X
1
Profitabilitas X
2
Financial Leverage X
3
Perataan Laba Y
2.4 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesis yang diteliti adalah: 1.
Diduga bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif Signifikan terhadap perataan laba.
2. Diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif Signifikan terhadap
perataan laba. 3.
Diduga bahwa Financial Leverage berpengaruh positif Signifikan terhadap perataan laba.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikann arti, atau mendefinisikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Variabel-variabel yang berhubungan dengan hipotesis ini adalah
ukuran perusahaan X
1
,
Profitabilitas X
2
,
dan Financial Leverage X
3
serta Perataan Laba
Y. Secara Operasional variabel-variabel tersebut didefinisikan
sebagai berikut :
1. Perataan Laba Y
Perataan laba adalah cara yang dilakukan dengan sengaja untuk meratakan mengurangi tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang
normal bagi suatu perusahaan. Perataan laba, diukur dengan menggunakan Indeks Eckel yang akan
membedakan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang bukan perataan laba, maka digunakan rumus sebagai berikut : Edi
Suwito,2005 . Indeks perataan laba = CV
ΔІ
CV
ΔS