adalah usia 50-60 tahun. Hal ini didukung oleh terjadinya penurunan fungsi paru akibat lamanya merokok.
5.2.2. Gambaran Karakteristik Sampel Berdasarkan Hasil EKG
PPOK merupakan penyakit pada parenkim paru yang menimbulkan obstruksi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan pasiennya mengalami
kondisi hipoksia kronis. Keadaan hipoksia ini mempengaruhi aliran darah oleh jantung yang gangguannya dapat dibaca dari perekaman EKG. Pada seluruh
populasi sampel didapatkan 44 53.7 yang memiliki kelainan pada EKG-nya sementara 38 46.3 normal. Kelainan ini cukup beragam, dan seorang pasien
dapat memiliki kelainan yang lebih dari satu. Pola EKG yang normal bisa didapati pada pasien PPOK. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Patrick Yue, et.al. 2013 yang dilakukan pada 60 sampel didapatkan 43 sampel memiliki hasil EKG yang normal. Namun hasil
yang normal ini masih memerlukan ulang serial EKG karena keadaan pasien dengan hasil yang normal dapat memburuk seiring berjalannya waktu. Hasil sama
ditemukan juga pada penelitian Miriam J. Warnier, et.al. 2013, terdapat 28 dari seluruh populasi sampel yang memiliki hasil EKG normal. Keabnormalitasan
hasil EKG pada pasien PPOK ditentukan oleh nilai VEP
1
pasien sehingga tidak semua pasien PPOK akan memiliki hasil yang abnormal.
5.2.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Gelombang P Pulmonal
Berdasarkan tabel 5.3. terdapat 12 sampel 14.6 memiliki gambaran P pulmonal pada hasil EKG-nya. P pulmonal merupakan gelombang P pada sadapan
II, III, danatau aVF yang berukuran 2.5 mm Patrick Yue, et.al., 2013. Gelombang ini mengindikasikan adanya volume berlebih pada atrium kanan
disebut juga right heart strain dan merupakan suatu penunjuk untuk beban kerja jantung kanan yang meningkat. Hal ini dapat terjadi pada pasien PPOK karena
adanya obstruksi pada paru menyebabkan aliran menuju paru terhambat sehingga beban kerja jantung kanan akan meningkat dan mengalami pembesaran. Penelitian
Navaid Asad., et.al. 2003 mendapatkan adanya gelombang P pulmonal yang
muncul pada 7 sampel 14 sementara 86 lainnya memiliki kelainan lain yang beragam. Lovely Chabbra, et.al. 2013 menemukan pada 200 sampelnya terdapat
26 sampel 12 memiliki gelombang P pulmonal pada hasil EKG-nya.
5.2.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Gelombang P Mitral
Dari tabel 5.4. terdapat 8 sampel 9.8 memiliki gelombang P mitral sementara 74 sampel 90.2 tidak. Gelombang P pada EKG menggambarkan
depolarisasi dari atrium kanan yang diikuti depolarisasi atrium kiri. Adanya pembesaran pada atrium kiri akan memberikan gambaran gelombang P mitral
yaitu gelombang P yang berlekuk ‘notch” di sadapan I, II, danatau aVL. Pembesaran atrium kiri dapat menunjukkan peningkatan tekanan darah
hipertensi dan merupakan hal yang lazim pada PPOK. Hideki Hayashi dan Minoru Horie 2012 menemukan 4 dari 34 sampel 11.7 memiliki gelombang
P mitral. Hipertensi pada PPOK disebut sebagai hipertensi pulmoner yaitu peningkatan tekanan darah akibat adanya obstruksi pada paru sehingga
menyebabkan aliran oksigen menuju ke jantung melalui vena pulmonalis akan menurun. Sebagai kompensasi, atrium kiri akan memompa darah lebih kuat untuk
mengalirkan volume darah yang lebih rendah dari normal ini. Dari penelitian Chauoat, et.al. 2008 ditemukan 12 12 sampel yang memiliki gelombang P
mitral, dan Robert Naeije 2004 menemukan 37 3.7 dari 1000 sampel memiliki gelombang P mitral dan 2 diantaranya adalah hipertensi berat.
5.2.5. Distribusi Karakteristik Sampel berdasarkan Blokade Irama Jantung