Laboratorium Lingkungan Tinjauan Manajemen

commit to user 99 b Waste Water Treatment Plant yang merupakan unit pengolahahn limbah cair dan lumpur secara mekanik dan kimia di Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin CRM dengan teknologi Perancis. c Water Treatment Plant yang berfungsi sebagai pengolahahn air untuk pendinginan mesin, feed water instrument dan boiler serta untuk keperluan industri lainnya dengan cara recycle. Pabrik yang dilengkapi dengan WTP adalah PBS, SSP 1, SSP 2, HSM dan CRM. Prinsip dari WTP ini adalah memisahkan air dengan oli, skill, grase dan lumpur Fisika dan Kimia. Limbah padat yang dihasilkan di treatment kembali sesuai peruntukannya. d Oli Trap adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan air industri yang mengandung oli, grease dan minyak yang akan disalurkan ke lingkungan umum.

I. Laboratorium Lingkungan

Laboratorium lingkungan di sini bertugas sebagai seksi pemantauan. Dimana kegiatannya adalah membuat jadwal pemantauan atas dasar permintaan user. User adalah pihak yang ingin melakukan penelitian. Dia mengirimkan sampel yang ingin diteliti kepada pihak laboratorium, kemudian pihak laboratorium melakukan pemantauan sampel. commit to user 100 1. Sampling Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi atau menemukan sedini mungkin setiap penyimpangan atau perubahan kondisi yang terjadi dengan melihat perubahan volumkadarkonsentrasi faktor pencemar. Pada bulan Maret 2012 ini, unit kerja dimana dilakukan pemantauan adalah SSP1 dan SSP2. Sedangkan pada bulan April 2012 mendatang, akan dilakukan pemantauan di HSM dan Pengendalian Kualitas. Yang dipantau adalah sebagai berikut : a. Udara ambient untuk lingkungan kerja Interval pengukuran untuk debu ambient adalah 6 bulan sekali. Metode sampling yang digunakan adalah menurut SNI 19-0232- 2005 tentang NAB Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Udara ambient yang dimaksud meliputi debu pabrik, debu lingkungan, debu jatuh atau debu emisi, gas tempat kerja, gas lingkungan dan gas emisi. 1 Pemantauan debu pabrik Pemantauan dilakukan di area pabrik, dimana pekerja melaksanakan pekerjaannya. Hal ini dimaksud untuk mengukur kadar debu di area tersebut apakah sesuai dengan nilai ambang batas berdasarkan Permenakertrans No.13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. commit to user 101 2 Pemantauan debu lingkungan Sedang untuk pemantauan debu lingkungan dilakukan di area luar pabrik. Contoh pada lokasi MHDR, perempatan WS 2- Billet, Wire Rod, timbangan sekitar perempatan, pertigaan SSP 2-Hyperkes dan terakhir lokasi lapangan masjid WRM. 3 Pemantauan debu jatuh Untuk mengukur kadar debu yang diizinkan berdasarkan baku mutu udara ambient untuk dust fall debu jatuh adalah 20 tonkm 2 bulan, dengan waktu pengukuran kurang lebih 30 hari. Peraturan yang mengaturnya PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Nasional. 4 Pemantauan debu emisi Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah gravimetri. Yakni intinya mencari selisih berat akhir-berat awal itulah kandungan debu emisi. Adapun peraturan tentang hal ini mengacu Keputusan MENLH No : 13 tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi untuk industri besi dan baja. Kandungan debu yang diijinkan adalah 150 µgm 3 . 5 Pemantauan gas tempat kerja Pemantauan gas tempat kerja dilakukan pada lokasi yang diindikasikan adanya kebocoran gas dari proses kegiatan industri. Adapun gas-gas yang dipantau adalah SO 2 dan NO 2 yang pelaksanaannya mengacu pada PP No : 41 tahun 1999 commit to user 102 tentang Baku Mutu Udara Nasional dan gas NH 3 dan H 2 S mengacu KepmenLH No : 50 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Metode yang digunakan adalah impinger. 6 Pemantauan gas lingkungan Pemantauan ini untuk mengukur gas bocor dari proses produksi pabrik dan gas buang dari kendaraan. Metode yang dipakai sama dengan pemantauan gas untuk tempat kerja begitu peraturannya dan analisanya sama seperti analisa gas tempat kerja dan alat ang digunakan adalah dengan multi gas detektor. 7 Pemantauan gas emisi Gas emisi adalah gas buang cerobong yang dihasilkan dari proses produksi. Pada cerobong tersebut mempunyai lubang sampling yang berfungsi untuk menempatkan peralatan sampel. Pengukuran itu mengacu pada baku mutu emisi untuk industri besi dan baja, Kep MENLH No. 13 Tahun 1995, adapun metode yang digunakan untuk pengukuran ini menggunakan metoda electrochemical dimana hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada alat tersebut gas analizer. b. Kebisingan Dasar hukum kebisingan di tempat kerja mengacu pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Peralatan yang digunakan commit to user 103 untuk pengukuran adalah Sound Level Meter. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SOP. Interval pengukuan adalah 6 bulan. c. Iklim kerja Pelaksanaan pemantauan iklim kerjatekanan panas dilakukan di tempat kerja yang berhubungan dengan panas menggunakan alat Heat Stress Monitor untuk diketahui indeks suhu bola basah. Dalam pemantauan ini mengacu pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SOP. Pengukuan dilakukan setiap 6 bulan sekali. d. Intensitas Cahaya Penerangan Penerangan diukur menggunakan Lux Meter. Dalam pemantauan penerangan mengacu pada Kepmenkes No. 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. e. Limbah cair PT. Krakatau Steel melakukan pengukuran limbah cair delapan kali dalam satu bulan. Lalu hasilnya diserahkan ke Badan Lingkungan Hidup BLH, kemudian diteruskan di Kementerian untuk mendapatkan sertifikat kelayakan. Bilamana limbah baik yang keluar dari effluent maupun yang dari steam melebihi baku mutu, commit to user 104 maka harus segera diadakan perbaikan pada IPAL Instalasi Pengolahan Limbah Air. Pemantauan ini mengacu pada Kep 51MENLH101996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. f. Limbah padat Limbah pada yang dihasilkan berbeda tergantung dari proses produksinya dan pengolahannya. Pemantauan ini untuk diketahui karakteristik dan komposisinya dan dilakukan satu tahun sekali. 2. UjiAnalisa Setelah dilakukan pengukuran, untuk selanjutnya sampel-sampel tersebut akan dianalisaditeliti oleh analis di laboratorium tersebut. Hasilnya kemudian ditandatangani oleh dinas laboratorium untuk pembuatan sertifikat. Setelah dibuat sertifikat, hasil pengujian didistribusikan ke user. Jadi, tugas analis hanyalah memberikan data hasil pengujian. Tetapi apabila saat dilakukan pemantauan sample hasilnya langsung terbaca, sebagai contoh adalah pemantauan kebisingan, dan hasilnya langsung muncul pada Sound Level Meter, maka tidak perlu lagi dilakukan uji analisa laboratorium. commit to user 105

BAB IV PEMBAHASAN

A. Higiene Perusahaan

1. Faktor Fisik a. Kebisingan Kebisingan yang timbul akibat mesin-mesin produksi yang sedang beroperasi seperti pada EAF, ScrapYard, Ladle Furnace, Concast dan Slab Handling. Pengukuran yang dilakukan 1 bulan sekali berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Pada lokasi dengan faktor fisika kebisingan, perusahaan memasang rambu-rambu alat pelindung diri sesuai himbauan pemasangan rambu-rambu dalam peraturan Permenakertrans RI No. Per. 08MENVII2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 5 “Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” Untuk mencegah risiko gangguan pendengaran pada karyawan, PT. Krakatau Steel telah menyediakan APD berupa sumbat telinga, ear plug dan ear muff secara cuma-cuma. Pada penerapannya di lapangan lebih banyak digunakan sumbat telinga dan ear plug karena