Implementasi hiperkes dan kesetan kerja serta lingkungan di pt. krakatau steel Cilegon anisa

(1)

commit to user LAPORAN MAGANG

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN

KERJA SERTA LINGKUNGAN DI

PT. KRAKATAU STEEL

CILEGON

Anisa Dyah Kusumawardhani R.0009014

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012


(2)

(3)

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan magang dengan judul ”Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Krakatau Steel Cilegon”.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang ada mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

3. Ibu Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Reni Wijayanti, dr. M.Sc. selaku penguji yang telah menguji dan memberikan masukan demi perbaikan laporan ini.

5. Bapak Awang Yudha Irianto, Selaku Superintendent sekaligus Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini.

6. Bapak Kornelis selaku Training Koordinator Divisi HSE yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang ini serta membantu Penulis dalam memberikan gambaran tentang SMK3.

7. Bapak Nurkadi, Bapak Yohanes, dan Bapak Syarbini, Bapak Didi selaku Supervisor dan Bapak Freddy Cahyo sebagai Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 8. Bapak M. Ichsan dan Bapak Subiyarman yang telah memberikan banyak

pengetahuan dan pengalaman tentang boiler.

9. Bapak Sunardi, Ibu Esti, Mbak Esti, Mas Ade Rizal, Mas Rian, dan Mas Eko yang telah banyak membantu dan memberikan pengetahuan serta pengalaman tentang laboratorium lingkungan.

10.Bapak Nugroho atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang radiasi. 11.Bapak Triyoso atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang crane.

12.Bapak Yusuf atas ilmu yang diberikan kepada Penulis mengenai pengendalian lingkungan.


(5)

commit to user

v

13.Mas Uus Syauqi, Bapak Prabowo, Bapak Hartono, Bapak Bachruddin yang banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama magang.

14.Bapak, Ibu, Adikku tercinta serta keluargaku semuanya, yang tidak henti-hentinya memberikan curahan do’a dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan semua masalah yang Penulis hadapi.

15.Sahabat-sahabatku Anindyah, Ritma, Syara, Novalia, Tina, Junita, Stevina, Wuri, Adi, Yogi, Amin, Setyono, Lutfi, Adin dan Yudha yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

16.Ajeng Ayu Vidyasari dan Setyaning Dwi Murwani sebagai tim prakerin selama magang, terimakasih untuk kerjasamanya.

17.Teman-temanku seperjuangan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kekompakan kita terus terjaga.

18.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan.

Cilegon, Mei 2012 Penulis,


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Magang ... 4

C.Manfaat Magang ... 5

BAB II METODE PENGAMBILAN DATA ... 7

A.Persiapan ... 7

B.Lokasi ... 8

C.Pelaksanaan ... 8

BAB III HASIL MAGANG ... 10

A.Gambaran Umum Perusahaan ... 10

B.Proses Produksi ... 16

C.Higiene Perusahaan ... 24

D.Kesehatan Kerja ... 32

E. Keselamatan Kerja ... 54

F. Ergonomi ... 74

G.Manajemen K3 ... 76

H.Lingkungan ... 91

I. Laboratorium Lingkungan ... 99

BAB IV PEMBAHASAN ... 105

A.Higiene Perusahaan ... 105

B.Kesehatan Kerja ... 115

C.Keselamatan Kerja ... 118

D.Ergonomi ... 127

E.Manajemen K3 ... 128

F. Lingkungan ... 130

G.Laboratorium Lingkungan ... 131

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 133

A.Simpulan ... 133

B.Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137 LAMPIRAN


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL


(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons ... 18

Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja ... 19

Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja ... 20

Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas ... 21

Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin ... 22

Gambar 6. Proses Pabrik Batang Kawat ... 23

Gambar 7. Bagan Stuktur Organisasi HSE ... 82

Gambar 8. Struktur P2K3 Pusat ... 84

Gambar 9. Struktur Sub P2K3 ... 85


(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang di PT. Krakatau Steel Lampiran 2. Pedoman Tanggap Darurat di PT. Krakatau Steel Lampiran 3. Laporan Hasil Pengujian Laboratorium Lingkungan Lampiran 4. Ijin Kerja Berbahaya

Lampiran 5. Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lampiran 6. Limbah B3 di PT. Krakatau Steel

Lampiran 7. Limbah Non B3 di PT. Krakatau Steel Lampiran 8. Permit/Surat Izin Pelaksanaan Kerja

Lampiran 9. Peta Sistem Pemantauan & Pengendalian Lingkungan Sekitar Kawasan KIEC

Lampiran 10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat di PT. Krakatau Steel Cilegon

Lampiran 11. Uraian Tugas Tim Tanggap Darurat

Lampiran 12. Bagan Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel Lampiran 13. ISO 14001:1996 Certification


(10)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Tarwaka (2008), dalam era globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber daya manusia menjadi sangat penting, terlebih lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar kualitas yang disepakati oleh dunia internasional. Oleh karena itu dunia industri kita harus cerdas dan cepat mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut agar semua produk yang dihasilkan mempunyai daya saing di pasar bebas.

Kemajuan teknologi telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, cedera dan stress akibat kerja. Namun demikian, di sisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja. Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi kerja, dan sistem produksi juga menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka implementasi


(11)

commit to user

peningkatan kinerja K3 adalah suatu keharusan. Sehingga, setiap pengembangan dan penggunaan teknologi baru dapat diterima dan menguntungkan semua pihak.

Bukan hanya K3, implementasi yang baik dan benar dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja juga merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. Menurut Suma’mur (1996), Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan pengertian, adalah terjemahan resmi dari “Occupational Health”, yang

cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh daripada tenaga kerja. Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor manusiawi terhadap pekerjaannya dan hygiene, dan lain-lain.

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mempunyai maksud dan tujuan yang sangat mulia, yaitu menurut Suma’mur (1996) :

1. Untuk memelihara dan meninggikan kesehatan tenaga kerja sebagai salah satu unsur sangat penting dari kesejahteraan, dan

2. Untuk meningkatkan kegairahan kerja, effisiensi, produktivitas, dan moril kerja faktor manusia dalam setiap sektor kegiatan ekonomi. Selaras dengan pasal 27 (2) UUD 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, maka pemerintah mengeluarkan peraturan melalui UU No.13 tahun 2003 tentang Ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga kerja dimana disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang


(12)

commit to user

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja secara otomatis perlu mempersiapkan dirinya agar setelah terjun ke dunia kerja nantinya mampu mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya. Salah satu mediator yang digunakan mahasiswa untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan dilaksanakannya magang.

Kebijakan program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, kegiatan magang ini dilaksanakan pada semester VI dengan pertimbangan mahasiswa telah mendapatkan bekal ilmu yang cukup dari 5 semester sebelumnya. Kegiatan magang ini juga sekaligus merupakan tugas akhir bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Pemilihan kawasan industri Cilegon sebagai lokasi magang dikarenakan pada kawasan ini terdapat perusahaan-perusahaan yang dinilai cukup baik bagi mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman magang yang berkenaan dengan Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.

PT. Krakatau Steel adalah salah satu industri baja terkemuka di Indonesia bahkan di Asia Tenggara adalah alternatif yang dipilih untuk melaksanakan magang. Sangatlah diyakini bahwa sebagai industri yang


(13)

commit to user

berskala besar pastilah sarat dengan teknologi. Selain itu, PT. Krakatau Steel dipercaya sebagai perusahaan yang menaruh perhatian besar dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan. Hal yang telah dilakukan adalah diterapkannya pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) serta telah menyediakan APD bagi tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, pengadaan pos P3K, training K3, sarana dan prasarana pengolahan limbah hasil industri, dan masih banyak lagi. Sebuah nilai penting yang dapat dipelajari dan dijadikan pengalaman selama magang.

B. Tujuan Magang

Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah : 1. Tujuan Umum

a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari jenjang pendidikan yang Penulis tempuh yaitu Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Menciptakan lulusan D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta yang siap memasuki dunia kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum PT. Krakatau Steel. b. Mengetahui proses produksi di PT. Krakatau Steel.

c. Mengetahui pengelolaan hygiene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan di PT. Krakatau Steel.


(14)

commit to user

d. Mengetahui pelaksanaan laboratorium lingkungan di PT. Krakatau Steel.

e. Mengetahui penerapan ergonomi di PT. Krakatau Steel. f. Mengetahui sistem manajemen K3 di PT. Krakatau Steel.

g. Penulis mampu menerapkan, mengetahui dan juga membandingkan aplikasi ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan yang dimiliki dengan ilmu terapan yang ada di tempat magang.

C. Manfaat Magang

Dari pelaksanaan magang yang telah Penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Mahasiswa

a. Sebagai sarana latihan kerja bagi Penulis dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja sekaligus dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja nyata. 2. Perusahaan

Perusahaan memperoleh bantuan dari mahasiswa magang dalam pengerjaan tugas kantor dan pengerjaan program Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta bisa dijalin kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pihak kampus.


(15)

commit to user

3. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja di dunia kerja.

b. Menambah kepustakaan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.


(16)

commit to user

7 BAB II

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan kegiatan administratif di Pusdiklat PT. Krakatau Steel yang meliputi :

1. Mengajukan permohonan ijin magang ke PT. Krakatau Steel pada bulan Oktober yang di tujukan ke Pusdiklat PT. Krakatau Steel.

2. Penerimaan surat balasan pernyataan persetujuan magang dari pihak Pusdiklat PT. Krakatau Steel pada bulan Januari.

3. Pada tanggal 5 Maret 2012, mengurus surat ijin kegiatan magang di Kantor Divisi Pusdiklat (Human Capital Development Centre) bagian

pengelola kegiatan magang dan PKL bagi mahasiswa. Kemudian pemberian buku kegiatan magang yang ditandatangani oleh Koordinator Prakerin dan Riset PT. Krakatau Steel.

4. Tanggal 5 Maret 2012, Pengarahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusdiklat PT. Krakatau Steel.

Tujuan training K3 :

a. Memberikan pengetahuan mengenai aspek K3 di lingkungan industri.


(17)

commit to user Manfaat training K3 :

a. Mendapatkan gambaran umum kondisi lingkungan kerja PT. Krakatau Steel.

b. Mendapatkan pengarahan tentang bagaimana berperilaku aman, nyaman dan selamat di lingkungan kerja.

5. Pada tanggal 6 Maret 2012, pemberian kartu tanda pengenal untuk izin masuk ke kawasan praktek, beserta pembekalan materi tentang Hiperkes, Keselamatan Kerja dan Lingkungan, selanjutnya mengikuti evaluasi dari materi yang telah didapat.

6. Konsultasi Pembimbing Lapangan mengenai jadwal kegiatan selama magang di PT. Krakatau Steel.

B. Lokasi

Magang ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel yang beralamat di Jl. Industri No 5 PO. BOX. 14 Cilegon Banten 42435, PT. Krakatau Steel, Krakatau Industrial Estate Cilegon.

C. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 5 Maret 2012 sampai tanggal 1 Mei 2012 dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan di lapangan kerja PT. Krakatau Steel. Kegiatan observasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :


(18)

commit to user 1) Profil Perusahaan

2) Proses Produksi

b. Identifikasi dan Pengumpulan Data 1) Higiene Perusahaan

2) Kesehatan Kerja 3) Keselamatan Kerja 4) Ergonomi

5) Pengendalian Lingkungan 6) Laboratorium Lingkungan 7) Manajemen K3

2. Administratif

Kegiatan administratif yang dilaksanakan selama magang di PT. Krakatau Steel meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Membantu pekerjaan administratif Dinas Hiperkes. b. Pengambilan data baik primer maupun sekunder. c. Pengolahan data dan pembuatan laporan sementara. d. Presentasi.

e. Penyusunan laporan baik untuk PT. Krakatau Steel maupun untuk Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS.


(19)

commit to user

10 BAB III HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Profil PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara, merupakan Industri baja terpadu yang didirikan 31 Agustus 1970 mempunyai kapasitas terpasang 2,5 juta ton produk baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan kawat baja.

PT. Krakatau Steel merupakan industri baja yang berlokasi di Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten, Indonesia yang menempati area seluas ± 270 Ha. PT. Krakatau Steel berada pada tempat yang sangat strategis, yaitu berada dekat pelabuhan yang merupakan sarana transportasi untuk mendapatkan bahan baku dan pendistribusian produk baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri.

PT. Krakatau Steel berada di Kota Cilegon, dimana sebelah utara terdapat pelabuhan Merak, sebelah barat terdapat pelabuhan Cigading, sebelah timur dan selatan terdapat Kabupaten Serang, yang semuanya termasuk ke dalam Provinsi Banten.

PT. Krakatau Steel adalah satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Perkembangan Industri baja PT. Krakatau Steel berawal dari ide seorang Perdana Menteri lr. H. Juanda akan kebutuhan industri besi baja untuk menunjang pembangunan di negara berkembang seperti


(20)

commit to user

Indonesia. Kemudian pada tahun 1957 dilakukan penelitian awal oleh Biro Perencanaan Negara yang bekerjasama dengan konsultan asing dan pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja Cilegon antara Republik Indonesia dengan All Union Export-Import

Corporation (tja-proexpert) of Moscow dengan kontrak No. 080 tanggal

7 juni 1960.

Peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon dilakukan tanggal 20 Mei 1962. Direncanakan proyek tersebut selesai sebelum tahun 1968, namun proyek ini terhenti pada tahun 1965 akibat pergolakan politik dan revolusi nasional. Pada tahun 1970, pemerintah Indonesia kembali mengadakan survei lapangan tentang kelanjutan pembangunan Pabrik Baja Trikora. Dari hasil survei disimpulkan bahwa Pembangunan Pabrik Baja Trikora akan dilanjutkan. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan kebutuhan akan besi baja di dalam negeri setiap tahunnya yang semakin meningkat.

PT. Krakatau Steel secara resmi berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (persero) PT. Krakatau Steel. Pembangunan Industri Baja dimulai dengan memanfaatkan proyek baja sebelumnya, yakni Pabrik Kawat Baja, Pabrik Kawat Tulangan, dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1970. Akte pendirian PT.


(21)

commit to user

Krakatau Steel disusun oleh Ibnu Suwoto dan Ir. Suhartoyo dan ditandatangani dihadapan notaris Tan Thory Kie di Jakarta dengan SK-47/MK/IX/1971.

Pada tahap awal pelaksanaan operasionalnya pemerintah memberikan kepercayaan penuh pada PN Pertamina untuk mengelola dan menjadikan PT. Krakatau Steel sebagai anak perusahaan, namun pada sekitar tahun 1973, PN Pertamina mengalami kesulitan keuangan yang secara otomatis berakibat langsung pada pembangunan PT. Krakatau Steel. Sehubungan dengan itu pemerintah mengambil suatu kebijakan yang dituangkan dalam Kepres No. 13 tanggal 17 April 1975 yang dilanjutkan dengan Kepres No. 50 tahun 1975 yang isinya adalah Keputusan Untuk Melanjutkan Pembangunan PT. Krakatau Steel Dengan Rencana Induk 10 Tahun (1975-1985).

Pada tahun 1979, diresmikan penggunaan fasilitas-fasilitas Pabrik Besi Spons (PBS), yaitu DRP I dan DRP II dengan kapasitas 2.3 juta ton

per tahun dan Pabrik Batang Kawat (PBK) dengan kapasitas 220.000 ton per tahun, serta fasilitas infrastrukur berupa pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air, Pelabuhan Cigading, serta Sistem Telekomunikasi.

Saat ini PT. Krakatau Steel memiliki 7 pabrik yang dibangun dalam jangka waktu yang berbeda-beda dan bervariasi dari yang paling tua sampai yang paling modern (ditinjau dari penggunaan peralatan dan perlengkapan pabriknya). PT. Krakatau Steel juga memiliki 10 anak


(22)

commit to user

perusahaan antara lain : PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT. KIEC), PT. Krakatau Engineering (PT. KE), PT. Krakatau Bandar

Samudra (PT. KBS), PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI), PT. Krakatau Wajatama (PT. KWT), PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa), PT. Krakatau Information Technology (PT. KIT), PT. Krakatau Tirta Industri

(PT. KTI), PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL), PT. Krakatau Medika (PT. KM).

2. Organisasi dan Manajemen

a. Struktur dan Organisasi PT. Krakatau Steel

Manjemen PT. Krakatau Steel terdiri dari dewan direksi yang bertanggung jawab menjalankan perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART). Yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang memimpin lima orang direktur dan satu deputi direktur yang bertugas membantu Direktur Utama dalam rangka menjalankan tugasnya. Kelima anggota direksi tersebut terdiri atas :

1) Direktorat Produksi

Direktorat produksi membawahi empat sub direktorat dan dua puluh divisi dimana divisi HSE berada di bawah koordinasi langsung dari Direktorat Produksi, tanpa melalui sub direktorat. Keempat sub direktorat tersebut adalah Quality Assurance, Iron

& Steel Making, Rolling Mill dan Central Maintenance &


(23)

commit to user

2) Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum

Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan latihan kerja serta merencanakan pengembangan organisasi perusahaan dalam jangka panjang dan hubungan masyarakat, administrasi pengelolaan kawasan, keamanan dan keselamatan kerja.

Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi tiga sub direktorat dan delapan divisi dimana divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan berada di bawah koordinasi langsung dari Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum, tanpa melalui sub direktorat. Sub direktorat tersebut adalah

Human Capital Planning and Development, Human Capital

Maintenance and Administration dan Security and General

Affair.

3) Direktorat Logistik

Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan dan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang yang digunakan pada perusahaan.

Direktorat Logistik membawahi dua sub direktorat dan tujuh divisi. Sub direktorat tersebut adalah Logistic Planning


(24)

commit to user 4) Direktorat Keuangan

Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan perusahaan di bidang keuangan. Direktorat Keuangan membawahi empat sub direktorat yang dipimpin oleh direktur dan satu Head of Investor Relation. Direktorat Keuangan

membawahi tiga belas divisi.

Keempat sub direktorat tersebut adalah Akuntansi,

Corporate Finance, Subsidiaries Company dan Sistem

Informasi.

5) Direktorat Pemasaran

Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan perusahaan di bidang pemasaran hasil produksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Direktorat Pemasaran membawahi dua sub direktorat dan sebelas divisi dimana ada tiga divisi yang langsung berada di bawah koordinasi Direktorat, yaitu Profitabilitas dan Produk, Sistem Informasi Pemasaran dan Administrasi Penjualan dan Penelitian dan Pengembangan Pasar.

b. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi

Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif, untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.


(25)

commit to user 2) Misi

Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa.

B. Proses Produksi

PT. KS memiliki enam buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Keenam buah pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah. Produk ini banyak digunakan untuk aplikasi Konstruksi Kapal, IPAL, Bangunan, Konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran Panas dapat diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di Pabrik Baja Lembaran Dingin menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini umumnya digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan ruang kendaraan bermotor, kaleng, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, baja billet mengalami proses pengerolan di Pabrik

Batang Kawat untuk menghasilkan batang kawat baja yang banyak digunakan untuk aplikasi kawat, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain.

1. Pabrik Besi Spons (DRP)

Pabrik besi spons menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan

proses Reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa


(26)

commit to user

Pabrik Besi Spons memiliki dua buah unit produksi dan

menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun.

a. Hyl I (DRP I dan unit reformer DRP II) : Beroperasi sejak tahun

1979, proses tidak kontinyu (Discharge), masing-masing memiliki

kapasitas 1 juta besi spons per tahun. Tingkat metalisasi 88 - 89 %.

Unit ini beropersi dengan menggunakan empat modul batch proces

dimana setiap modulnya mempunyai dua buah reaktor.

b. Hyl III : Memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan

2-shafts continuous process, memiliki kapasitas 1,3 juta ton besi

spons per tahun. Tingkat metalisasi 91 – 92 %.

Besi Spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan

dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien dan proses

pembuatan baja menjadi lebih akurat. Sehingga hal tersebut menjamin konsistensi kualitas produk baja.

Besi spons yang berbentuk butiran merupakan bahan baku utama

pembuatan baja, yang nantinya dikirim melalui unit Conveyor Feeding

System ke dapur listrik di SSP I, SSP II dan BSP. Urutan proses yang ada

di Pabrik Besi Spons yaitu : a. Pengisian (Charging)

b. Pendinginan (Cooling)


(27)

commit to user d. Reduksi Secondary (1000C) e. Pengeluaran (Discharging)

Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons

(Sumber : Data Sekunder)

2. Pabrik Billet Baja/Billet Steel Plant (BSP)

Pada pabrik billet ini memproduksi baja batangan dengan bahan baku

utamanya yaitu spons, scrap, kapur, alloys (Al, FeMs, FeHg, FeSi).

Kapasitas produksi mencapai 675.000 Ton/tahun. Proses produksi Billet

Steel Plant sebagai berikut :

a. Peleburan

b. Secondary Process

c. Proses pencetakan (Continues Casting)

d. Penanganan Billet

Hasil dari pabrik billet akan ditransfer ke WRM (Wire Rod Mill)


(28)

commit to user

Pabrik billet mempunyai ± 70 grade yang digolongkan menjadi beberapa

kelompok grade yaitu low carbon, medium carbon, SD40 dan special.

Billet ini merupakan bahan yang setengah jadi serta dapat diolah lagi

menjadi produk yang lebih spesifik lagi sesuai dengan keinginannya, seperti besi beton, profil, kawat, paku, dan lain-lain.

Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja (Sumber : Data Sekunder)

3. Pabrik Slab Baja/Slab Steel Plant (SSP)

Pabrik Slab Baja PT. Krakatau Steel mulai berproduksi tahun 1983.

Pabrik Slab Baja dibagi menjadi 2 divisi yaitu SSP I dan SSP II. Secara

prinsip aliran proses produksi pada kedua pabrik tersebut sama yaitu peleburan (melting), secondary process, dan pengecoran (Casting).

Tetapi perbedaan pada secondary proses SSP II dilengkapi dengan unit

RH Vacum Dequshing. Pada awalnya pabrik slab baja ini terdiri dari 4


(29)

commit to user

Sejak tahun 1992 pabrik ini lebih dikembangkan dengan menambah 2 dapur dengan kapasitas 400.000 ton/tahun yaitu SSP 2.

Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja (Sumber : Data Sekunder)

4. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas/Hot Strip Mill (HSM) HSM memproduksi baja lembaran dari baja slab dengan proses

panas. Poses produksi yang berlangsung ada 6 tahapan, yaitu : a. Furnace

b. Sizing Press

c. Roughing mill yang memproduksi coil.

d. Finishing Mill

e. Down Coiler

f. Shearing Line I(SL I)dan SL II yang memproduksi plate.

Pabrik ini menghasilkan baja lembaran berupa sheet, plate, dan coil.


(30)

commit to user

pada suhu ± 900 C. Dalam proses produksinya pabrik ini menggunakan metode pengeluaran panas. Kapasitas produksinya 2.000.000 ton/tahun.

Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (Sumber : Data Sekunder)

5. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin/Cold Rolling Mill (CRM) Pabrik pengeloran baja lembaran dingin memproduksi baja lembaran tipis dengan ketipisan hingga 0.18 mm. Bahan baku adalah lembaran dengan ketebalan kurang lebih 3 mm yang dipasok dari pabrik HSM, kemudian dilakukan pengeloran tanpa pemanasan, ketika mengalami reduksi temperatur maksimum adalah 135 oC. Aliran Proses produksi yang ada dalam pabrik sebagai berikut :

a. Coil Yard

b. Continues Pickling (CPL)

c. Tandem Cold Mill

d. Elektolic Cold Mill (ECL)


(31)

commit to user f. Continues Annelling line (CAL)

g. Dehumidity

h. Temper Mill

i. Cold Rolling Finssshing (CRF)

Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (Sumber : Data Sekunder)

6. Pabrik Batang Kawat/Wire Rod Mill (WRM)

Pabrik batang kawat ini menggunakan bahan baku yang dipakai adalah billet dengan kualifikasi yang ditentukan Pabrik Billet Baja.

Aliran proses produksi yang dilakukan dalam pabrik adalah sebagai berikut :

a. Bahan baku (Billet baja) dipanaskan dalam furnace dengan

temperatur mencapai 1300 oC selama 2 – 3 jam.

b. Direduksi pada Roughing dan intermediate, roughing tram terdiri


(32)

commit to user

stand dilakukan penyemprotan air untuk mengurangi tingkat

keasaman pada roll di tiap stand.

c. Pada Finshing area billet baja direduksi menjadi batang kawat sesuai

ukuran yang diminta konsumen.

d. Batang kawat dalam bentuk bar diubah menjadi bentuk gulungan melalui LHD. Setelah digulung setiap 1-10 gulungan diambil satu sampel untuk digunakan sebagai bahan pengujian kualitas sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan.

e. Hasil dari pabrik batang kawat berupa coil batang kawat dengan

ukuran diameter 5,5 mm – 20 mm sedangkan kapasitas produksinya adalah 600.000 ton per tahun.

Gambar 6. Proses Produksi Pabrik Batang Kawat (Sumber : Data Sekunder)


(33)

commit to user C. Higiene Perusahaan

Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan potensi bahaya yang dilakukan pada 7 pabrik yang ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. diperoleh faktor dan potensi bahaya sebagai berikut :

1. Faktor Bahaya

a. Pabrik Besi Spons

1) Faktor fisika : Panas dari proses pemanasan gas dan proses reformasi gas, bising dari proses transportasi pellet dan proses

gas.

2) Faktor kimia : debu dari proses transportasi, debu dari kapur,

pellet, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam proses kimia.

3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab memudahkan berkeringat sehingga mempermudah perkembangbiakan bakteri dan jamur.

4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, dan peralatan yang tidak sesuai antropometri tubuh.

5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

terkena ledakan. b. Pabrik Billet Baja

Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya :

1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur


(34)

commit to user

yard; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur,

furnace, dan pemotongan; Radiasi dari radioaktif yang

digunakan untuk memotong Billet; Dan getaran dari

mesin-mesin produksi.

2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari

kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam proses ladle furnace.

3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab memudakan berkeringat sehingga mempermudah perkembangbiakan bakteri dan jamur.

4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, peralatan injeksi oksigen yang berat.

5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

terkena pijaran. c. Pabrik Slab Baja 1

Ada beberapa faktor yang terdapat dalam pabrik Slab Baja – 1 ini. Namun yang paling dominan adalah Panas dan debu. Akan tetapi perlu diketahui juga faktor-faktor bahaya yang diantaranya :

1) Faktor fisika : Panas pada seluruh proses dari awal reparation

ladle ketika perbaikaan ladle yang aus karena proses melting,

pada proses charging, melting, refining, pouring, ladle furnace,

penuangan, membuang kotoran (slag), concast, pemotongan,


(35)

commit to user

melting, ladle furnace (menaikkan temperatur), pemotongan,

scraping, crane; Getaran pada crane, proeses melting, refining,

pouring, concast dan ladle furnace; Radiasi pada proses concast

untuk meratakan permukaan slab.

2) Faktor kimia : Debu dari kapur dan beberapa proses yaitu

melting, refining, pouring, concast; Slag dari buangan leburan

baja; Uap dari melting, refining, pouring, concast, air yang

mendidih pada saat pemotongan, dan bahan kimia yang ditambahkan ketika komposisi baja kurang sesuai.

3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta pada tempat yang panas memudahkan bakteri dan jamur mudah berkembang. 4) Faktor fisiologis : pada saat memasukkan Mg ada karyawan

yang harus naik untuk memperbaiki peralatan dengan posisi kepala menengadah ke atas, shift kerja.

5) Faktor mental psikologis : takut terkena panas, monotoni kerja. d. Pabrik Slab Baja 2

Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya :

1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur

peleburan), ladle furnace, concast, pemotongan dan di slab

handling; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur,

furnace, dan pemotongan; Radiasi sinar UV pada laser yang

digunakan untuk memotong Slab; Dan getaran dari mesin-mesin


(36)

commit to user

2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari

kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam proses ladle furnace.

3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab memudakan berkeringat sehingga mempermudah perkembangbiakan bakteri dan jamur.

4) Faktor fisiologis : karyawanan yang berulang-ulang, peralatan injeksi oksigen yang berat.

5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

terkena pijaran. e. Pabrik Wire Rod Mill

Pabrik Wire Rod Mill memiliki faktor bahaya antara lain :

1) Faktor fisika : Tekanan panas pada furnace, intermediet,

preroughing, roughing, NTM, SMC, Mandiel, C Hook; Getaran

pada unit SMC, NTM, Preroughing, roughing, dan intermediet;

Kebisingan pada unit SMC.

2) Faktor kimia : bahan kimia di unit NTM.

3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan.

f. Pabrik Hot Strip Mill

Pada pabrik Hot Strip Mill ini faktor yang dominan adalah faktor

fisika. Namun, selain faktor fisika ada pula faktor bahaya lain, diantaranya:


(37)

commit to user

1) Faktor fisik : Tekanan panas pada proses furnace, sizing press,

preroughing, roughing, finishing, recoiler, pengelasan;

Kebisingan pada sizing press; Radiasi pada proses finishing dan

pengelasan.

2) Faktor kimia : scale sisa pembersihan hasil dari pabrik Hot Strip

Mill.

3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan.

g. Pabrik Cold Rolling Mill

Analisa faktor bahaya pada proses Cold Rolling Mill antara lain :

1) Faktor fisika : Panas dari mesin furnace, Getaran dari mesin

produksi tempa, dan penerangan yang kurang.

2) Faktor kimia : Infeksi dari hasil coil yang korosif atau mesin

yang korosif, bekas pelumas yang menempel pada pegangan tangga, bahan kimia yang dipakai pada waktu cleaning (HCl).

3) Faktor ergonomi : shift kerja malam.

4) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan.


(38)

commit to user

2. Pengendalian yang Ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 7 pabrik yang ada di PT. Krakatau Steel telah dilaksanakan pengendalian faktor dan potensi bahaya :

a. Faktor Fisik 1) Kebisingan

PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. telah melakukan program pengendalian dengan melakukan pengukuran berkala 1 bulan sekali pada area kebisingan, menyediakan alat pelindung diri (ear plug, ear muff, dan busa), penyediaan control room agar

karyawan tidak banyak terpapar bising, adanya administratif

control seperti adanya rotasi jam kerja (shift) antara karyawan,

pemasangan rambu-rambu keselamatan (intensitas kebisingan, slogan K3, dan APD yang harus dipakai), dan tes audiometric

pada Medical Check Up (MCU).

2) Penerangan

Pengendalian pada penerangan antara lain : dengan menerapkan standar penerangan sesuai dengan kebutuhan dilokasi.

3) Tekanan Panas

Dalam hal ini perusahaan telah melakukan program pengendalian terhadap tekanan panas antara lain dengan melakukan pengukuran berkala terhadap iklim kerja, menyediakan alat pelindung diri (baju tahan api, sarung tangan,


(39)

commit to user

sepatu safety, tameng muka, capucon dan helm khusus), adanya

rotasi kerja antara karyawan, penyediaan air minum dan dispenser, extra fooding berupa susu pasteurisasi, control room

dengan fasilitas AC, ruang istirahat dan ruang crane yang

dilengkapi dengan fasilitas AC. 4) Vibrasi

Sebagai upaya pengendalian terhadap getaran ini perusahaan telah melakukan beberapa langkah pengendalian antara lain : desain tempat kerja seperti control room, ruang istirahat dan

crane telah dilengkapi dengan karet peredam, dan perawatan

dan pemeliharaan rutin untuk alat berat. 5) Radiasi

Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan adanya pemantauan pada area radiasi, pemasangan rambu-rambu keselamatan tanda radiasi, dan safety line. Selain

itu karyawan telah dilengkapi dengan alat pelindung diri (kacamata cobalt dan film badge), adanya rotasi kerja antara

karyawan dan MCU terhadap paparan radiasi. b. Faktor Kimia

1) Debu

Pengendalian paparan debu beserta dampak debu terhadap karyawan, perusahaan telah melakukan program yaitu dengan melakukan pengukuran untuk memantau debu jatuh dan


(40)

commit to user

lingkungan, Dedusting Plant yaitu alat untuk menghisap dan

memadatkan debu ambient yang dipasang di Pabrik Billet Baja,

Pabrik Slab Baja 1 dan Pabrik Slab Baja 2, menyediakan alat

pelindung diri (masker, kacamata dan capucon), adanya rotasi

kerja antara karyawan, pemberian extra fooding berupa susu

pasteurisasi untuk menetralkan racun di dalam tubuh, control

room, memasang rambu-rambu keselamatan terutama jenis APD

yang harus dikenakan serta menyediakan compressor yang

merupakan udara bertekanan untuk membersihkan debu yang menempel pada baju.

2) Gas

Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengukuran gas untuk melakukan pemantauan, pada gas-gas yang dapat menimbulkan bahaya tertentu dilakukan pemasangan dipasang rambu-rambu bahaya kebakaran dan peledakan, rambu dilarang merokok dan tanda bahaya dilarang membuat api, untuk gas yang beracun dipasang rambu-rambu pemakaian respirator, tanda gas beracun dan korosi serta menyediakan APD berupa masker dan respirator.

3) Uap

Area-area yang terdapat faktor kimia berupa uap beracun, dipasang rambu-rambu pemakaian respirator.


(41)

commit to user c. Faktor Biologi

Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu dengan menyediakan tempat mencuci tangan, udara bertekanan,

control room dengan fasilitas AC dan sanitasi (toilet) serta menjamin

bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran kuman dan penyakit pada makanan.

D. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berada pada Dinas Hiperkes dan merupakan salah satu dinas yang berada di bawah divisi HSE. 1. Struktur Organisasi

Dinas Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) dipimpin

oleh Superintendent yang membawahi fungsional, yaitu :

a. Engineer Ergonomi

b. Spesialis Gizi Kerja c. Spesialis Kesehatan Kerja d. Engineer Higiene Industri


(42)

commit to user

PT. Krakatau Steel belum mempunyai dokter perusahaan. Oleh karena itu, yang biasanya dimintai konsultasi oleh karyawan/tenaga kerja adalah spesialis kesehatan kerja dan spesialis gizi kerja.

2. Pemeriksaan Kesehatan

a. Pemeriksaan Kesehatan karyawan meliputi : 1) Pemeriksaan kesehatan calon karyawan.

2) Pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up atau MCU).

3) Pemeriksaan kesehatan khusus yaitu :

a) Audiometri untuk karyawan yang terpapar bising. b) Spirometri untuk karyawan yang terpapar debu dan B3. c) Pemeriksaan mata untuk karyawan yang terpapar sinar

menyilaukan.

d) Pemeriksaan karyawan radiasi radio aktif untuk mengidentifikasi terjadinya penyakit kanker.

e) Mengidentifikasi karyawan wanita dengan papsmear yang

sudah berkeluarga dan berumur 40 tahun. f) Rekomendasi kesehatan kerja.

4) Pemeriksaan khusus pada kelompok karyawan sesuai dengan indikasi kasus (temuan penyakit akibat kerja), pemantauan kesehatan meliputi :


(43)

commit to user

b) Pemantauan trend dan pola penyakit akibat kerja dan

pemeriksaan kesehatan secara khusus serta penyakit menular.

c) Pemantauan status gizi karyawan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB)

1) Pengertian dan Tujuan

Pengertian dari Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB) adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara periodik terhadap karyawan organik PT. Krakatau Steel dengan rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT. Krakatau Steel. Tujuan dilaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah : a) Mempertahankan derajat kesehatan dan produktivitas

karyawan.

b) Mengetahui adanya Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja sedini mungkin akibat pengaruh karyawanan dan lingkungan kerja atau proses usia.

c) Dasar perancangan tindakan pencegahan. 2) Dasar Hukum PKB di Perusahaan :

a) UU No. 1 tahun 1970 pasal 8 tentang norma-norma mengenai pemeriksaan kesehatan berkala.

b) PERMENAKERTRANS No. 2 tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.


(44)

commit to user

c) PERMENAKERTRANS No. 1 tahun 1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja.

d) PERMENAKERTRANS No. 3 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kepada Tenaga Kerja.

e) KEP.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Keja.

f) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

g) SK Direksi PT. Krakatau Steel No. 43/C/DD-KS/Kpts/1996 tentang Peraturan Perusahaan PT. Krakatau Steel (pasal 54, 77 dan 78).

h) SE Kasubdit SDM dan Umum tentang Pertanggungan Biaya Pemeriksaan Kesehatan Berkala oleh Perusahaan.

3) Langkah Pelaksanaan PKB

a) Divisi Personalia memberikan daftar karyawan disusun dengan menurut Tanggal Masuk Bekerja (TMB).

b) Dinas Hiperkes meneliti daftar karyawan untuk membuat daftar calon peserta.

c) Daftar peseta PKB diserahkan Dinas Hiperkes untuk dibuat surat pemberitahuan tentang hak karyawan mendapat PKB dan menyusun jadwal panggilan.

d) Dinas Hiperkes membuat surat panggilan PKB dan didistribusikan pada karyawan secara langsung atau menggunakan jasa pos terpadu.


(45)

commit to user

e) Karyawan menerima panggilan dan melaksanakan PKB di Rumah Sakit Krakatau Medika. Karyawan yang tidak dapat memenuhi panggilan atau menunda pelaksanaan PKB memberitahukan kepada Dinas Hiperkes untuk dijadwal ulang atau diganti pada hari lain.

f) Peserta PKB melakukan regristasi di Rumah Sakit Krakatau Medika.

g) Pesrta PKB mendapat pengarahan dari koordinator PKB. h) Peserta PKB melaksanakan pemeriksaan PKB dengan

mekanime sebagai berikut :

(1) Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feces.

(2) Peserta melakukan buka puasa setelah melaksanakan puasa selama 10 jam, kemudian melanjutkan puasa selama 2 jam untuk pemeriksaan gula darah.

(3) Selama waktu 2 jam ini peserta mengikuti kegiatan pemeriksaan Rongent dan pemeriksaan jantung serta

pemeriksaan jasmani.

(4) Setelah puasa 2 jam maka peserta kembali diambil darahnya untuk pemeriksaan gula darah setelah makan. (5) Kemudian buku diserahkan pada Koordinator PKB dan


(46)

commit to user

(6) Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB dan mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan

komputer.

(7) Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB kemudian diserahkan pada dokter penanggung jawab PKB Rumah Sakit Krakatau Medika untuk dibuat kesimpulan dan saran.

(8) Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk dibuat rekomendasi kesehatan. Jenis Rekomendasi PKB adalah:

(a) Dapat bekerja seperti biasa (DBSB)

(b) Sementara DBSB dengan pengobatan atau tanpa pengobatan

(c) Tidak DBSB perlu penyesuaian pekerjaan : (1) Dengan Pengobatan

(2) Tanpa Pengobatan

(9) Buku Medical Record yang telah selesai

direkomendasikan oleh dokter penguji kesehatan Kerja untuk dilakukan :

1) Administrasi PKB 2) Medical Record

(10)Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta dengan melihat buku yang telah selesai.


(47)

commit to user

(11)Distribusikan hasil PKB pada pesrta dilakukan secara langsung atau pos terpadu.

(12)Karyawan yang mempunyai kelainan kesehatan dilakukan pemeriksaan lanjut (rujukan/periksaan khusus).

(13)Karyawan melaksanakan pemeriksaan rujukan dan menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan.

(14)Inspektor Kesehatan Kerja melakukan pemantauan terhadap karyawan dengan temuan kesehatan.

4) Parameter PKB

a) Pemeriksaan jasmani penyakit dalam.

b) Pemeriksaan gigi geligi meliputi gigi, extra oral dan intra

oral.

c) Pemeriksaan mata meliputi kelompok mata, bolamata, kornea, iris, pupil, lensa.

d) Pemeriksaan THT meliputi telinga, hidung, dan tenggorakan.

e) Pemeriksaan Kardiologi meliputi Elektro Kardio Gram

(EKG).

f) Periksaan Radiolagi meliputi jantung, diafragma, dan paru – paru.


(48)

commit to user

g) Pemeriksaan kebidanan dan penyakit kandungan (untuk karyawan tertentu).

h) Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi :

(1) Pemeriksaan darah lengkap kecil yang meliputi Hb,

lekosit, Basofil, Eosinofil (batang dan segmen) Limfosit,

Monosit, Laju Endap Darah (LED).

(2) Pemeriksaan urine lengkap meliputi protein, reduksi,

keton, bilirubin, urobili sedimen (lekosit, eritrosit,

kristal, epitel, silinder)

(3) Pemeriksaan feces rutin meliputi konsistensi, darah, lendir, amuba, kista, lekosit, telur – telur cacing

(Ascaris lumbicoides, Trichuris, Strongyoides dan

Oxyuris).

(4) Pemeriksaan kimia darah meliputi gula darah puasa

(nucher), gula darah 2 jam setelah makan, cholesterol,

triglicerida, ureum, kreatinin, asam urat, HDL.

3. Pembinaan dan Pengawasan Penyesuaian Pekerjaan terhadap Tenaga Kerja

a. Pengawasan ergonomi fisik dan pembinaan tindak lanjut ketidaksesuaian meliputi :

1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi.


(49)

commit to user

3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi tempat kerja

(House Keeping) dan tindak lanjut ketidaksesuaian.

4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar faktor lingkungan kerja ekstrim.

b. Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik. 4. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja

Dilakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja, yaitu berupa pengendalian lingkungan dan pengendalian faktor-faktor bahaya di tempat kerja untuk mencegah karyawan terpapar faktor bahaya sehingga tidak mengganggu kesehatannya.

5. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Sanitasi

Merupakan program preventif yaitu pembinaan dan pengawasan

Hygiene dan sanitasi tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut

ketidaksesuaian.

6. Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan untuk Tenaga Kerja a. Promotif

Upaya promotif adalah upaya peningkatan derajat kesehatan karyawan melalui peningkatan pengetahuan dan pelaksanaan pola hidup sehat di tempat kerja dan perbaikan gizi kerja. Adapun ruang lingkup kegiatan promotif, yaitu :

1) Induction Course untuk karyawan baru.

2) Sosialisasi Pola Hidup Sehat.


(50)

commit to user 4) Sosialisai Ergonomi Kerja. 5) Konseling Kesehatan.

6) Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit kronis.

7) Sosialisai profil Hiperkes unit kerja.

8) Pelatihan Satgas Medis (Tim TKTD Unit Kerja). 9) Pembinaan dan Pengawasan kantin.

10) Pembinaan dan Pengawasan air minum di perusahaan (air minum kemasan kelas A).

11) Pembinaan dan pengawasan extra fooding.

12) Pembinaan dan pengawasan pola makan karyawan. 13) Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus).

14) Sosialisasi pengendalian risiko Diabetes Mellitus dan

Dislipedemia

b. Preventif

1) Sasaran kegiatan preventif adalah :

a) Pencegahan timbulnya kasus baru baik penyakit umum maupun penyakit akibat kerja.

b) Mengendalikan risiko keparahan penyakit.

c) Mengendalikan risiko kecacatan (anatomi atau fisiologi akibat kerja atau kecelakaan kerja).


(51)

commit to user 2) Ruang lingkup program preventif :

a) Pengawasan ergonomi fisik dan pembinaan tindak lanjut ketidaksesuaian meliputi :

(1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi.

(2) Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal

Disolder).

(3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi

tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut

ketidaksesuaian.

(4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar faktor lingkungan kerja ekstrim.

c. Kuratif dan Rehabilitatif

Pemantauan pada karyawan dengan indikasi sakit berdasarkan evaluasi kunjungan karyawan pada poliklinik perusahaan atau rumah sakit rujukan meliputi : rawat jalan, rawat inap, darurat medis dan konsul/rujukan kesehatan.

Kegiatan-kegiatan kuratif dan rehabilitatif, sebagai berikut : 1) Pemantauan kunjungan poliklinik.

2) Pemantauan biaya perawatan kesehatan.

3) Pemantauan trend dan pola penyakit karyawan.

4) Pemantauan prevalensi kasus baru.


(52)

commit to user

6) Pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan kerja dan kecacatan fisik.

7) Pemantauan sakit berkepanjangan.

8) Pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir sakit. 9) Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta

rujukan pada karyawan dan keluarga.

10) Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya).

11) Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik 7. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja

(PAK)

Merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif seperti pembinaan dan pengawasan kesehatan untuk tenaga kerja, sudah termasuk di dalamnya seperti :

a. Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit kronis.

b. Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus).

c. Sosialisasi pengendalian risiko Diabetes Mellitus dan Dislipedemia

d. Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder).

e. Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta rujukan pada karyawan dan keluarga


(53)

commit to user

f. Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya).

8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Terjadinya kecelakaan yang tidak ketahui kapan waktu terjadinya dan korban yang menderita perlu pertolongan, maka dibutuhkan kesiapsiagaan dan penanganan korban secara cepat dan tepat dengan tujuan korban dapat terselamatkan dan tidak terjadi keparahan cidera atau sakit. Untuk mengantisipasi kecelakaan maka perlu adanya tim tenaga medis dan kelompok yang dapat memfungsikan diri sebagai satgas medis.

Pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) mempunyai fungsi memberikan penanganan terhadap kecelakaan atau sakit agar dapat sembuh atau mencegah terjadinya keparahan cidera atau sakit.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, PT. Krakatau Steel mendirikan Pos P3K yang dibawah pengawasan Dinas Hiperkes. Dalam melaksanakan fungsinya, Pos P3K siap siaga 24 jam dengan empat tenaga medis yang bertugas. Pos P3K disiapkan sebuah mobil ambulance

untuk operasional yang siaga 24 jam. Pada setiap pabrik didirikan shelter

yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara korban kecelakaan sebelum dibawa ke pos P3K atau ke rumah sakit rujukan. Pada shelter dikelola oleh satgas medis dari tenaga kerja yang dibentuk


(54)

commit to user

Pos P3K selain memberikan pertolongan pada kecelakaan juga mempunyai fungsi pelayanan distribusi obat P3K pada setiap pabrik. Prosedur Distribusi obat P3K yang dilaksanaan adalah sebagai berikut : a. Divisi atau dinas yang memerlukan obat P3K mengajukan surat

permintaan yang ditujukan kepada Divisi HSE.

b. Spesialis/Engineering Dinas Hiperkes bersama–sama Plant Inspektor atau petugas dinas/divisi pemohon, melakukan pengecekan lapangan. Hasil rekomendasi Inspektor Kesehatan Kerja dijadikan pedoman dalam menentukan jumlah obat P3K.

c. Dinas Hiperkes mengajukan surat permintaan pengadaan obat P3K otonom Rumah Sakit Krakatau Medika.

d. Rumah Sakit Krakatau Medika menyediakan obat P3K sesuai dengan permintaan dan mendistribusilkan pada Dinas Hiperkes. e. Spesialis/Engineeing Dinas Hiperkes melakukan pengecekan

permintaan yang dikirim RS Krakatau Medika, kemudian pengelompokan yang masing–masing paket terdiri 7 macam obat P3K.

f. Inspektor Kesehatan Kerja menginformasikan pada Dinas/Divisi permohonan untuk mengambil obat P3K tersebut.

g. Divisi atau Dinas permohonan mendistribusikan obat P3K pada unit–unit kerja yang terkait sesuai dengan ketentuan.


(55)

commit to user

Sedangkan Isi dan Fungsi paket obat P3K sebagai berikut :

a. Septadine (cair) berfungsi untuk membersihkan luka, mengompres luka dan membunuh kuman.

b. Bioplacenton yang berfungsi untuk mengobati luka bakar.

c. Rivanol yang berfungsi untuk membersihkan luka dari segala kotoran dan menutup luka yang sudah bersih.

d. Perban untuk menutup luka, pembersih luka dan pengikat bidai. e. Kapas untuk membersihkan luka kecil.

f. Plaster untuk melekatkan perban sehingga luka tertutup.

Peralatan P3K yang didistribusikan di seluruh unit kerja pada titik-titik yang ditentukan meliputi :

a. Tandu b. Spalk c. Mitella d. Oksigen kit e. Buku Saku P3K

Penempatan kotak Obat P3K di pabrik-pabrik dengan jumlah lokasi sebagai berikut :

a. Divisi PBS terdiri 25 lokasi b. Divisi HSM terdiri 30 lokasi c. Divisi CRM terdiri 25 lokasi d. Divisi WRM terdiri 13 lokasi e. Divisi SSP I terdiri 44 lokasi


(56)

commit to user f. Divisi SSP II terdiri 23 lokasi g. Divisi BSP terdiri 16 lokasi h. Divisi Utility terdiri 15 lokasi

9. Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja dan Pelatihan P3K

Program promosi kesehatan tahun 2012 ditujukan pada karyawan yang mempunyai resiko terhadap penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes militus serta karyawan yang ijin sakit tinggi.

Jenis-jenis promosi kesehatan :

a. Konseling MCU Medical Check Up

b. Edukasi MCU

c. Sosialisasi pola hidup sehat d. Infomasi kesehatan

e. Progam-progam khusus promosi kesehatan seperti senam. f. Kecukupan gizi

g. Road show tim promkes

h. Seminar kesehatan

i. Induction Course karyawan baru

Materi yang digunakan untuk promosi pola hidup sehat adalah gizi seimbang, pola makan, IMT, fungsi air minum, dan olahraga kesehatan dengan berlokasi di Human Capital Training Education Center.

Telah dilakukan pelatihan P3K yaitu pelatihan terhadap satgas medis pos P3K.


(57)

commit to user

10. Pemberian Nasihat tentang Tempat Kerja, APD, Gizi dan Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja

Telah dilakukan pembinaan dan pengawasan kantin, pembinaan dan pengawasan air minum di perusahaan (air minum kemasan kelas A). serta pembinaan dan pengawasan extra fooding yang merupakan upaya

promotif.

Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Dalam penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk sirkulasi udara,

petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue pada setiap meja

makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. 11. Membantu Rehabilitasi Penyakit Akibat Kerja

Termasuk upaya kuratif fan rehabilitatif. Diantaranya adalah pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan kerja dan kecacatan fisik; pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir sakit; pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta


(58)

commit to user

rujukan pada karyawan dan keluarga; dan pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya).

12. Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja yang Memiliki Kelainan Tertentu

Dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB), yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara periodik terhadap karyawan organik PT. Krakatau Steel dengan rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT. Krakatau Steel.

Apabila ditemukan karyawan dengan kelainan kesehatan, dilakukan pemeriksaan lanjut (rujukan/pemeriksaan khusus). Karyawan melaksanakan pemeriksaan rujukan dan menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan. 13. Pelaporan secara Berkala

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, dilakukan pelaporan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut :

a. Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB dan mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan komputer.

b. Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB kemudian diserahkan pada dokter penanggung jawab PKB Rumah Sakit Krakatau Medika untuk dibuat kesimpulan dan saran.

c. Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk dibuat rekomendasi kesehatan.


(59)

commit to user

d. Buku Medical Record yang telah selesai direkomendasikan oleh

dokter penguji kesehatan Kerja untuk dilakukan : 1) Administrasi PKB

2) Medical Record

e. Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta dengan melihat buku yang telah selesai.

f. Distribusikan hasil PKB pada peserta dilakukan secara langsung atau pos terpadu.

14. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kerja a. Rumah Sakit Perusahaan dan Rujukan

PT Krakatau Steel adalah perusahaan yang memperhatikan kesehatan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Hasil dari pemeriksaan tersebut, diuji lebih lanjut ke Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM), yang bertempat di Cilegon. RSKM merupakan bagian dari PT Krakatau Steel, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya dan pada masyarakat umumnya.

Selain RSKM, PT Krakatau Steel juga bekerjasama dengan beberapa rumah sakit rujukan tersebut diantaranya: Rumah Sakit kanker Darmais, Rumah Sakit Pertamina, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rumah Sakit Paru Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Siloam dan Rumah Sakit Darmawangsa. Rumah sakit rujukan


(60)

commit to user

tersebut difungsikan sebagai tempat pengobatan bagi tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Pemeriksaan berkala dilakukan secara periodik setahun sekali dan pemeriksaan khusus secara periodik sesuai dengan tingkat resiko penyakit akibat kerja.

b. Sarana Olah Raga

Sarana olahraga perusahaan terdiri dari lapangan sepak bola standar international, kolam renang standar international, lapangan

golf, lapangan bola volley yang tersebar di seluruh unit kerja,

lapangan tenis, lapangan bola basket, GOR bulu tangkis dan area unit kerja untuk kegiatan senam massal dilakukan setiap hari jumat. 15. Gizi Kerja

Pada awalnya kebijakan pelayanan gizi kerja di PT. Krakatau Steel adalah dengan memberikan makan dan extra fooding, dimana extra

fooding yang diberikan dalam bentuk susu pasteurisasi dan UHT secara

rutin. Pelayanan extra fooding ini ditujukan pada seluruh Direktorat

Produksi maupun Direktorat Non Produksi.

Pada bulan Juli 1998 Divisi Personalia mengeluarkan Surat Edaran yang intinya meminta Dinas Hiperkes untuk melakukan evaluasi penelitian guna menetapkan karyawan yang berhak untuk mendapatkan

extra fooding berdasarkan kriteria :


(61)

commit to user

2) Karyawan yang bekerja pada faktor lingkungan berbahaya. 3) Karyawan yang bekerja dengan beban fisik berat/karyawan yang

kerjanya 70 % di pabrik/di bengkel dan di lapangan.

Untuk air minum, perusahaan menyediakan fasilitas dispenser dan gallon air minum dalam jumlah cukup. Pemeriksaan kualitas diteliti secara rutin oleh PT. Quelle dan secara periodik dilakukan pemeriksaan pada lab independent.

Tabel 1. Distribusi air minum dispenser di setiap unit kerja NO TEMPAT KERJA JUMLAH DISPENSER

1. Pabrik Besi Spons 29

2. PRWT Pabrik Besi Spons 30

3. Pabrik Billet Baja 34

4. SSP I dan PPSB 46

5. SSP II dan PPSB 26

6. PPBLD dan PP III 21

7. PPBLD 19

8. PRWT PPBLD 31

9. WRM 31

10. PHP 12

11. Utility 16

12. PL dan P 26

13. Pengendalian Kualiatas 22

TOTAL 343


(62)

commit to user

Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Di PT. Krakatau Steel terdapat 13 kantin yang beroperasi secara aktif guna memenuhi kebutuhan makan dan gizi yang menunjang. Adapun nama-nama kantin tersebut adalah kantin ADB, kantin Logistik, kantin Pusdiklat, kantin Pabrik Besi Spons (PBS), kantin Gedung Produksi, kantin P2P, kantin

Billet Steel Plan (BSP), kantin Slab Steel Plan (SSP), kantin Wire Rod

Mill (WRM), kantin Hot Strip Mill (HSM), kantin Keamanan, kantin

PPC, dan kantin Cold Rolling Mill (CRM).

Dalam penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk

sirkulasi udara, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue

pada setiap meja makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. Akan tetapi, tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penjamah makanan.

Perusahaan tidak memberikan makan siang kepada pekerja, melainkan memberikan jatah uang makan sebagai pengganti makan siang


(63)

commit to user

tersebut. Pekerja di PT. Krakatau Steel rata-rata bekerja dengan kategori beban kerja yang sedang, dimana kebutuhan kalori untuk pekerja sedang adalah 1200 kalori untuk makan siang. Diperkirakan uang yang diberikan pada pekerja untuk menu makan siang yang sesuai dengan gizi sudah mencukupi kalori yang dibutuhkan.

E. Keselamatan Kerja 1. Struktur Organisasi

Dinas Keselamatan Kerja, dipimpin oleh seorang Superintendent

yang membawahi beberapa fungsional yaitu :

a. Engineer Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan Kerja

b. Engineer Safety Pesawat Uap dan Bejana Tekan

c. Engineer Peraturan dan Standar Keselamatan Kerja

d. Engineer Pesawat Angkat & Angkut

e. Engineer Safety Radiasi

2. Potensi Bahaya a. Pabrik Besi Spons

1) Ledakan

Ledakan dapat terjadi pada proses pemanasan gas di area gas

heater, steam dan area reformer.

2) Kebakaran

Potensi kebakaran dapat terjadi pada proses reformasi gas di area gas heater, steam dan area reformer.


(64)

commit to user 3) Tertimpa

Kejatuhan benda bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat

proses conveyor sedang beroperasi menyalurkan bijih besi atau

pellet ke reactor. Selain itu Kejatuhan benda bawaan dari crane

dan bawaan dari truk yang membawa peralatan atau besi yang aus keluar dari pabrik besi spons.

4) Terpeleset

Terpeleset oleh bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat

karyawan berjalan di area DRP I dan HYL III, terpeleset oleh genangan air yang membuat becek, dan beberapa sampah plastik yang tidak pada tempatnya.

5) Tertabrak

Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil, crane, buldozer,

tractor, ladle car, truck, dan lain-lain) dapat terjadi pada saat

karyawan berada di area transportasi. 6) Terjatuh

Pada saat menaiki tangga, terpeleset sisa spons yang ada di atas,

terjatuh dari ketinggian, terjatuh pada tempat lift naik-turun.

7) Terjepit

Terjepit pintu lift.

8) Tersandung

Tersandung barang-barang/besi-besi bekas perbaikkan, besi bekas yang tidak bisa diperbaiki dan bebatuan.


(65)

commit to user 9) Terbentur

Terbentur besi ketika melewati penyimpanan gas. b. Pabrik Billet Baja

1) Ledakan

Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace

yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya

elektroda di dalam furnace.

2) Percikan Baja Cair

Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di

furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di

concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi

oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split.

3) Kejatuhan benda

Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish

dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit,

elektroda, ladle, tundish dan billet).

4) Kebakaran

Pada saat melting membuang slag, ladle menumpahkan kotoran

dari melting yang belum sepenuhnya terbuang, percikan baja

cair pada proses peleburan di furnace, proses sekunder di ladle


(66)

commit to user

pengecekan temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit dan pada

saat melempar split.

5) Tertabrak

Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, crane dan

truck) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area

transportasi dan berjalan di lintasannya. 6) Tersandung

Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat– alat peleburan, material–material produksi dan sampah karung plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel,

temperatur dan selang air yang tidak pada tempatnya. 7) Tersentuh Benda Panas (tersengat)

Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing

billet, di billet yard, pengambilan sampel, cek temperatur,

injeksi oksigen dan injeksi grafit.

c. Pabrik Slab Baja 1) Ledakan

Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace

yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya


(67)

commit to user 2) Percikan Baja Cair

Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di

furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di

concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi

oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split.

3) Kejatuhan benda

Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish

dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit,

elektroda, ladle, tundish dan slab).

4) Tertabrak

Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, dan truck)

dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Tersandung

Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat– alat peleburan, material–material produksi dan sampah karung plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel,

temperatur dan ganum tidak pada tempatnya. 6) Tersentuh Benda Panas

Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing

slab, pengambilan sampel, cek temperatur, injeksi oksigen,

injeksi grafit, pemanasan tundish, area peleburan, area ladle


(68)

commit to user d. Pabrik Baja Lembaran Panas

1) Ledakan

Ledakan dapat terjadi pada saat pemanasan slab di furnace

dengan menggunakan gas. 2) Kejatuhan benda

Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane slab yard, crane coil yard, dan crane plat yard (slab,

coil dan plat).

3) Tergores

Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil dan plat dengan

sabuk coil dan plat.

4) Tertabrak

Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat

terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Terpeleset

Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area proses produksi karena adanya ceceran oli di lantai.

6) Tersentuh Benda Panas

Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses pemanasan di furnace, hot rolled coil dan pada saat pengikatan coil dan plat


(1)

commit to user

3. Usaha pencegahan atau pemberantasan melalui penerapan baku mutu lingkungan dalam keputusan Menteri KLH No. 02 / MENKLH / 1988, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

5. Undang-undang No. 32 tahun 2009, tentang AMDAL.

Pengelolaan lingkungan hidup dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1982 pasal 1 ayat 2 adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, peraturan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pada ayat tersebut mengandung tujuan pokok pengelolaan yaitu terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana serta berkesinambungan untuk menjamin kebutuhan generasi masa kini dan masa yang akan datang.

G. Laboratorium Lingkungan

Laboratorium lingkungan bertugas sebagai seksi pemantauan. Dimana kegiatannya adalah membuat jadwal pemantauan atas dasar permintaan user. User adalah pihak yang ingin melakukan penelitian. Dia mengirimkan sampel yang ingin diteliti kepada pihak laboratorium, kemudian pihak laboratorium melakukan pemantauan sampel. Sampel yang diukur dan diteliti adalah udara ambient seperti debu dan gas, kebisingan, radiasi, iklim kerja, pencahayaan, limbah padat dan limbah cair.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Setelah dilakukan pengukuran, untuk selanjutnya sampel-sampel tersebut akan dianalisa/diteliti oleh analis di laboratorium tersebut. Hasilnya kemudian ditandatangani oleh dinas laboratorium untuk pembuatan sertifikat.

Hal tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 15 yang berbunyi “Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dan Pasal 16 yang berbunyi “Pengurus dan/atau pengusaha harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan menyampaikan hasil pengukuran pada kantor yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.”


(3)

commit to user

133

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Lingkungan

a. PT. Krakatau Steel telah menjalankan program-program Higiene Perusahaan. Faktor-faktor bahaya fisika dan kimia telah dikendalikan sesuai dengan Permenakertrans No. 13 Tahun 201, Permenakertrans No. 01/MEN/1981, Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010, Permenaker No. 05/MEN/1996. Namun, masih ada sebagian karyawan yang tidak taat memakai APD karena dirasa mengganggu kenyamanannya.

b. Dalam penerapan Kesehatan Kerja, Dinas Hiperkes telah mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 8, melakukan pengawasan kantin-kantin pabrik sesuai dengan Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1986 bagian A dan Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1976 bagian B pasal 3 sub c, melakukan pembinaan dan penyuluhan kesehatan yang ditujukan kepada karyawan sesuai dengan Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan pasal 1. Namun, tidak dilakukan pemeriksaan


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

kesehatan terhadap penjamah makanan di kantin. Hal tersebut belum sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 8. c. Perusahaan telah menerapkan Keselamatan Kerja. Dinas

Keselamatan Kerja melakukan pengawasan, pengujian dan perijinan peralatan-peralatan berbahaya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Telah dilakukan juga pembinaan dan penyuluhan keselamatan kerja sebagai perwujudan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 3. Pengadaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja PT. Krakatau steel juga berdasarkan pada pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 pada pasal 9 ayat 1 sub b, 9 ayat 1 sub c dan pasal 15 sub c. Sedangkan untuk penanggulangan kebakaran, sudah di bentuk Dinas Damkar yang sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999 pasal 2 ayat 2 sub d. Namun, dari hasil pengamatan masih ada satu tenaga kerja yang sedang merokok ketika bekerja di tempat kerja terbuka.

d. Sistem pengendalian lingkungan di PT. Krakatau Steel pada prinsipnya dilakukan dengan tahap pendekatan dan penanggulangan pencemaran yang diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009. 2. Laboratorium Lingkungan pada perusahaan telah melakukan tugasnya,

yaitu rutin melakukan pengukuran dengan jadwal yang sudah dibuat. Hal tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 15 yang berbunyi “Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan


(5)

commit to user

pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

3. Kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi telah berjalan sesuai dengan program kerja, Pengukuran antropometri karyawan untuk menciptakan stasiun kerja yang nyaman bagi pekerja juga telah terlaksana. Hal ini sesuai dengan Permenaker No 5/MEN/1996 klausul 6.4.3. Untuk operator alat angkat-angkut sudah memiliki Surat Izin Operasi (SIO) sesuai dengan Permenaker No. 09/MEN/VII/2010 tentang SIO. Waktu kerja PT. Krakatau Steel sudah sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat 2 butir b. Penyesuaian kapasitas personal juga sudah sesuai dengan Undang-undang No 13 tahun 2003. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan masih ada benda-benda yang terletak tidak pada tempatnya, seperti adanya tumpukan material sisa atau sudah tidak terpakai di area kerja.

4. PT. Krakatau Steel menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang sesuai dengan Peraturan Menteri Karyawan Nomor 5/MEN/1996. PT. Krakatau Steel mempunyai sistem manajemen sendiri yaitu Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). SMK3 diintegrasikan dan disinergikan dengan sistem manajemen lainnya (sistem manajemen kualitas dan sistem manajemen lingkungan), kemudian disebut dengan Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS).


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

PT. Krakatau Steel juga telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan Permenaker No. PER-04/MEN/1987.

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan pembinaan, penyuluhan dan pengawasan dalam hal pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan pekerjaannya, sehingga karyawan selalu termotivasi untuk menggunakan alat pelindung diri dengan benar.

2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penjamah makanan di kantin supaya mengetahui apabila ada gejala penyakit sehingga tidak mengkontaminasi makanan kantin yang dijamah.

3. Sebaiknya dibuat smoking area di setiap tempat kerja baik di pabrik maupun di kantor untuk memperkecil timbulnya bahaya besar yang disebabkan oleh rokok dari segi kesehatan

4. Perlu adanya peningkatan kinerja housekeeping di area kerja karena berdasarkan pengamatan di lapangan masih ditemukan benda-benda yang tidak pada tempatnya, seperti adanya tumpukan material sisa atau sudah tidak terpakai di area kerja.

5. Sistem Manajemen Krakatau Steel yang merupakan integrasi dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan sistem manajemen lainnya hendaknya dipertahankan.