commit to user
4. Rencana Stratejik DPPKA Surakarta
Sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pendapatan pengelolaan keuangan dan aset, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset merumuskan rencana stratejik dalam bentuk visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
a. Visi dan Misi
Visi :
“Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah , pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien, transparan serta
akuntabel, menuju kemandirian keuangan daerah guna mendukung pembangunan daerah”
Misi :
1 Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara
optimal 2
Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku
3 Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif efisien
serta akuntabel dengan memperhatikan azas kepatutan dan keadilan
4 Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara efektif dan efisien
commit to user
b. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
1 Mengoptimalkan sumber – sumber pendapatan daerah untuk
mencapai target pendapatan yang ditetapkan. 2
Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan yang berlaku.
3 Menyelamatkan dan memberdayakan aset pemerintah kota secara
optimal. 4
Meningkatkan profesionalisme dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Sasaran :
1 Terwujudnya pencapaian pendapatan daerah sesuai target yang
ditetapkan 2
Terwujudnya manajemen keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntable.
3 Terwujudnya pembakuan status hukum pensertifikatan dan
perlindungan aset daerah. 4
Peningkatan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak.
c. Kebijakan dan Program
Sesuai dengan perda no. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang ditindaklanjuti dengan
Perwali no. 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
commit to user
Untuk Kebijakan program yang ditetapkan kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
adalah sebagai berikut: 1
Dalam usaha untuk mencapai tingkat pendapatan yang telah ditetapkan, diupayakan dengan mengintesifikasikan sumber –
sumber pendapatan daerah yang dikelola Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, baik dengan jemput bola,
pendekatan pelayanan melalui wilayah – wilayah terdekat, sosialisasi kepada masyarakat langsung dengan pembagian leaflet,
maupun melalui media elektronik TATV. Bahkan sampai dengan pembagian hadiah bagi wajib pajak bumi dan bangunan yang
melakukan pembayaran tepat waktu. 2
Dalam mengelola keuangan daerah harus dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan meperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
3 Dalam usaha meningkatkan pengelolaan aset daerah diupayakan
dengan meningkatkan pemberdayaan aset daerah, peningkatan status hukum dan pengamanan aset daerah.
commit to user
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena
itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan Daerah juga merupakan bagian dari Pembangunan Nasional,
dan Pembangunan Nasional tidak lepas dari Otonomi Daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan faktor-faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar-
benar menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan bertanggung jawab maksudnya
pemberian otonomi itu benar-benar sejalan dengan tujuannya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan
daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pemberian otonomi bagi pemerintah telah dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, walaupun belum semua daerah di Indonesia diberi hak otonomi sendiri. Prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab bagi pemerintah
pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama
menyelenggarakan pemerintahan.
commit to user
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian daerah otonom adalah daerah otonom selanjutnya disebut
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi konsep otonomi daerah
menurut UU No 32 Tahun 2004 adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat ke daerah untuk mengurusi rumah tangganya sendiri.
Tanggung jawab daerah adalah menata dan mengelola sumber penerimaan untuk keberlangsungan pembangunan di daerahnya sendiri-sendiri, karena
tidak semua pembiayaan pembangunan harus dibiayai oleh pusat, melainkan juga dibiayai oleh daerah. Otonomi daerah adalah hak daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan inisiatif bebas Soedjito, 1990 :104
Dalam Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah disebutkan bahwa :
“Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan di ikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang- Undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah, dimana besarnya di sesuaikan dan diselesaikan dengan pembagian kewenangan antara pemerintahan dan daerah.
Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah”.
commit to user
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa daerah otonom itu sendiri mengandung arti bahwa kepada daerah diberi kewenangan untuk mengurus
sendiri rumah tangganya. Salah satunya kewenangan dalam bidang keuangan daerah yang meliputi pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah,
menyelenggarakan pengurusan, pertanggungjawaban serta pengawasan keuangan daerah, mengadakan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta
penghitungannya. Peranan Pendapatan Daerah merupakan peranan yang sangat penting karena merupakan factor factor yang sangat penting
menentukan volume, kekuatan dan kemampuan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.
Sesuai dengan pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, ditetapkan bahwa sumber-
sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi adalah: 1.
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu : a.
Hasil Pajak Daerah. b.
Hasil Retribusi Daerah. c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan d.
Lain – lain PAD yang sah. 2.
Dana Perimbangan, dan 3.
Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Pajak Daerah merupakan salah
satu factor pendukung dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, karena pembiayaan dan pendanaan yang dipungut dari sektor pajak sangat diperlukan
commit to user
untuk kegiatan menunjang Pembangunan Daerah. Pajak Daerah umumnya merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan
untuk membiayai penyelengaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tetang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai
berikut. 1.
Pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang-Undang 2.
Penentuan tarif dan tata cara pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan. Adapun jenis Pajak Daerah KotaKabupaten berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2 perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, adalah :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
commit to user
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB
Dari beberapa jenis Pajak Daerah tersebut, yang mengalami peningkatan dalam pengembangan setiap tahunnya adalah Pajak Hotel dan Restoran.
Peningkatan ini ditunjang dengan adanya potensi pariwisata yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Adapun keterkaitan antara sektor
pariwisata dan sektor perpajakan, yakni bahwa dalam sektor pariwisata terdapat sarana penunjang wisata yaitu objek wisata, hotel dan restoran serta
keanekaragaman seni dan budaya, dari setiap penggunaan sarana wisata tersebut dikenakan pajak kepada para penggunanya. Dengan demikian
semakin banyak masyarakat yang melakukan kegiatan pariwisata ini maka semakin besar pendapatan bagi sektor pajak.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel yaitu :
Pasal 4 : 1.
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
commit to user
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas ruang pertemuan, olahraga dan hiburan.
2. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas
telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola
hotel. 3.
Tidak termasuk Objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah :
4. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah. a.
Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya. b.
Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan. c.
Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti social lainnya yang sejenis, dan
d. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Pasal 5 :
1. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel. 2.
Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel.
commit to user
3. Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan penetapan tarif pajak
hotel, sesuai Peraturan Daerah untuk Pajak Hotel Nomor 4 Tahun 2011, dimana pengenaan pajak masing-masing yaitu 10 setiap bulan, dari
penerimaan, penyelenggaraan, pengusaha hotel.
Namun besar kecilnya penerimaan pajak daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yang menjadi hambatan dalam sistem pemungutan kas Pajak
Hotel yaitu sikap Wajib Pajak yang ditunjukkan oleh tingkat kepatuhan Wajib Pajak, sistem perpajakan yang ditunjukkan dengan penerapan Undang-Undang
Pajak dan aparat pelaksana yang ditunjukkan dengan pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak..
Berdasar latar belakang diatas, dalam hal ini penulis ingin meneliti bagaimanakah hambatan dalam proses pemungutan pajak hotel dan apa saja
upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kota Surakarta DPPKA sehubungan dengan masalah itu. Serta
menuangkannya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul : “HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL
SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Penerimaan pendapatan dari sektor pajak hotel merupakan potensi pendapatan yang terbesar bagi Kota Surakarta. Dalam hal ini, keefektifan
sistem pemungutan kas pajak hotel sangat perlu untuk diperhatikan guna
commit to user
mengatasi dan menghindari kendala maupun hambatan dalam pemungutan kas pajak hotel di Kota Surakarta. Untuk itu, dalam penulisan Tugas Akhir ini
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, antara lain tentang : 1.
Apa saja jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan kas Pajak Hotel yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta ?
2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam sistem pemungutan kas Pajak
Hotel oleh DPPKA Kota Surakarta dan pembayaran Kas Pajak Hotel oleh Wajib Pajak Hotel?
3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam sistem pemungutan kas
Pajak Hotel di DPPKA Kota Surakarta ? D.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan
kas pajak hotel yang dilaksanakan oleh DPPKA Kota Surakarta, 2.
Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi oleh DPPKA Kota Surakarta dalam pemungutan pajak hotel dari Wajib Pajak Hotel sehingga
ditemukan solusi maupun upaya dalam mengatasi hambatan tersebut dengan tetap memperhatikan standar dan pedoman yang telah ditetapkan.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta :
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam mengatasi kendala maupun hambatan terkait implementasi sistem
pemungutan kas pajak hotel sebagai otonom daerah di Kota Surakarta.
commit to user
2. Bagi Penulis :
a. Menambah wawasan Penulis tentang perpajakan
b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menjalani
perkuliahan tentang Akuntansi Sektor Publik dan Sistem Informasi Akuntansi dalam konsep Pemerintah Daerah.
3. Bagi Pembaca Pihak lain :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
commit to user
26
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak