Upaya meningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran pkn pada pokok bahasan sejarah berdirinya asean melalui penerapan metode jigsaw pada siswa kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun ajaran 2012/2013

(1)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN PKN PADA POKOK BAHASAN SEJARAH

BERDIRINYA ASEAN MELALUI PENERAPAN METODE

JIGSAW PADA SISWA KELAS VI DI MI ARROBIATUL

ADAWIYAH KOTA TANGERANG TAHUN AJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

HAWIYAH NIM 809018300352

PROGRAM STUDY PGMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Hawiyah

Nim : 80901809018300352 Jurusan : PGMI - Dual Mode System Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013”. Merupakan hasil karya asli saya

yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1), di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembimbing : Moch. Noviadi. Nugroho, M.Pd

NIP : 197611182011011006

Jurusan / Prodi : PGMI / Dual Mode System

1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Jika kemidian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayah atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Univeritas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013 disusun oleh Hawiyah, NIM : 809018300352, Jurusan Pendidikan : Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultak : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah memlalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetukan oleh fakultas.

Jakarta, 27 desember 2013

Yang mengesahkan, : Pembimbing I


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013. disusun oleh Hawiyah, NIM : 809018300352. Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal, 27 Desember 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana (S.Pd) dalam biadang pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah.


(5)

iv

ABTRAK

HAWIYAH (809018300352), “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pkn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN dengan penerapan Jigsaw. Penelitian dilaksanakan di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang pada tahun pelajaran 2012-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas (PTK). Intrumen yang digunakan pada penelitian adalah tes dan non tes. Intrumen tes berupa tes tulis yang digunakan untuk mengukur hasil dan ketuntasan belajar, sedangkan intrumaen non tes berupa lembar observasi dan wawancara yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran.

Maksud penelitian ini menunjukan suatu peningakatan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 73,75 point dan pada siklus II meningkat 81,7 point ini berarti terjadi peningkatan sebesar 7,75 point maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.


(6)

v


(7)

(8)

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABTRAK ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR………vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL ... 8

2.1. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

2.1.1. Pengertian Metode Jigsaw ... 8

2.1.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Jigsaw ... 11

2.1.3. Klasifikasi Pembelajaran Jigsaw ... 12

2.1.4. Kelebihan Metode Jigsaw ... 13

2.2. Hasil Belajar ... 14

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

2.4. Sejarah berdirinya ASEAN ... 19

2.4.1. Pengertian Sejarah ... 19

2.4.2. Sejarah ASEAN ... 19

2.4.3. Maksud dan Tujuan ASEAN ... 20

2.4.4. Peran Indonesia di ASEAN ... 21


(10)

ix

2.6. Kerangka Berfikir... 23

2.7. Hipotesis Tindakan... 23

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 24

3.1. Tempat dan waktu Penelitian ... 24

3.2. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25

3.3. Rancangan Siklus Penelitian ... 28

3.3.1. Subjek Penelitian ... 29

3.3.2. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 29

3.4. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

3.5. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

3.6. Data dan Sumber Data ... 33

3.6.1. Data Penelitian ... 33

3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data... 35

3.7. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 38

3.8. Analisis Data dan Interpretasi Data... 39

3.9. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 42

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Sekolah ... 43

4.1.1. VISI ... 43

4.1.2. MISI ... 43

4.1.3. Profil : ... 43

4.1.4. Struktur Yayasan... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Hasil Observasi Siswa kelas VI Pembelajaran PKn ... 44

4.2.2. Data Awal Observasi ... 48

4.3. PEMBAHASAN ... 64

BAB V PENUTUP ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran-Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram Alur Sirkulasi Penelitian Tindakan Kelas.42 ... 29

Gambar 4. 1. Struktur Yayasan ... 44

Gambar 4. 2. Grafik Persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 45

Gambar 4. 3. Gambar Akhir Persepsi Siswa ... 47

Gambar 4. 4. Grafik Nilai Awal Siswa ... 48

Gambar 4. 5. Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test Siklus I ... 52

Gambar 4. 6 Grafik batang hasil pengamatan aktivitas siswa ... 54

Gambar 4. 7. Hasil presentase N-Gain Siklus I ... 56

Gambar 4. 8. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 57

Gambar 4. 9. Grafik Diagram batang hasil pengamatan Aktivitas siswa ... 61

Gambar 4. 10. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 64

Gambar 4. 11. Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa Siklus I dan II ... 66

Gambar 4. 12. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 67


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jadwal Penelitian ... 24

Tabel 3. 1. Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 30

Tabel 3. 2. Kriteria Interval Kualifikasi Tingkat Keberhasilan ... 33

Tabel 3. 3. Rentang Nilai Indeks Kesukaan Soal ... 41

Tabel 3. 4 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I ... 44

Tabel 4. 1. Observasi Awal ... 45

Tabel 4. 2. Observasi Akhir ... 46

Tabel 4. 3. Rekapitulasi Hasil Belajar PKn ... 48

Tabel 4. 4 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I ... 51

Tabel 4. 5 Hasil Pengamatan aktivitas pembelajaran siklus I pertrmuan 1 .... 53

Tabel 4. 6. Hasil Analisa N-Gain siklus I ... 55

Tabel 4. 7 Nilai Rata-rata ketuntasan Belajar pada siklus I ... 56

Tabel 4. 8. Hasil Pengamatan Siswa Pelajaran siklus II pertemuan 1 ... 60

Tabel 4. 9. hasil analisis N-Gain Siklus II ... 62

Tabel 4. 10 Nilai Rata-rata dan ketuntasan Belajar pada Siklus II ... 63

Tabel 4. 11 Rekapitulasi Aktivitas Siklus I dan Siklus II ... 65


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa di tingkat sekolah. Banyak faktor dan hambatan yang berpengaruh dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Ada faktor dari diri siswa, faktor lingkungan belajar dan lingkungan keluarga, perhatian orang tua, faktor budaya membaca, faktor etos kerja guru, faktor, metode dan pendekatan dalam pembelajaran. 1

Dalam pendidikan, untuk mendapatkan hasil dari proses pendidikan yang maksimal tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja, melainkan juga proses pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam proses pendidikan sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi kearah yang maksimal. Inovasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, startegi pembelajaran dan metode pembelajaran. 2

Metode pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran PKn. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para pendidik antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode resitasi. Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional3.

1

Suyono dan Hariyanto ,Belajar dan Pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012),Cet. II, h . 134

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006 ), cet. I , h . 241

3

Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, demokrasi, HAM, dan Masyarakat madani (Jakarta: kencana prenada media group, 2012), cet. VIII, h. 5-6.


(14)

Berdasar pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan tipe konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe ceramah di mana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar pendidik yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak didik untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Salah satu materi yang dibahas dalam pelajaran PKn adalah sejarah berdirinya ASEAN.

Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN yang diperoleh siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang, juga diakibatkan dari cara belajar siswa yang masih kurang tepat. Selama ini siswa belajarnya dengan cara belajar sendiri-sendiri, tidak melakukan kolaborasi sehingga hasilnya kurang maksimal. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya perolehan skor nilai hasil belajar dari ulangan harian / ulangan blok sangat rendah, yaitu berkisar antara 55% sampai dengan 62% di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditetapkan. Berarti hanya sekitar 45% sampai dengan 38% yang sudah tuntas. Belajar dikatakan tuntas bila siswa telah mencapai prestasi belajar atau nilai dengan skor ≥ 70. Dengan demikian hasil belajar PKn siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang masih dianggap rendah.

Untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN yang masih rendah, guru harus


(15)

bertindak kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran dalam rangka peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode ini lebih meningkatkan kerja sama antar peserta didik. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari anak didik yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Mel Silberman sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.4

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.5

Melihat berbagai kelebihan metode Jigsaw diharapkan siswa akan terbiasa memahami persoalan dengan bekerja sama saling membantu dalam kelompok masing-masing sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam belajar PKn karena pembelajaran yang dimulai dengan kebersamaan dapat

4

Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.

5


(16)

mempermudah siswa dalam memahami materi sejarah berdirinya ASEAN dengan melibatkan asek kognitif dan afektif dan psikomotorik.

Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul. “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn

pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui Penerapan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Siswa masih mengalami kesulitan memahami materi pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN karena masih menggunakan pendekatan konvensional.

2. Siswa belum mampu memahami, dan mengetahui secara mendalam tentang sejarah berdirinya ASEAN.

3. Pembelajaran yang dilakukan guru tidak menggunakan metode yang semestinya, sehingga anak cenderung bosan dan tidak menyenangkan.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar pengamatan ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diamati.

Adapun pembatasan masalah dalam pengamatan ini adalah: upaya meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw pada siswa Kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012/2013.


(17)

1.4. Perumusan Masalah Penelitian

Permasalahan yang muncul dari latar belakang tersebut adalah:

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw pada siswa kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw berjalan efektif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw pada siswa Kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012/2013?

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas maka secara garis besar pengamatan ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw.

b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa pada mata pelajaran PKn dalam memahami pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw.


(18)

1.6. Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat teoritis dan praktis penelitian ini: 1. Manfaat teoretis

a. Bagi Peneliti.

Secara umum studi ini memberikan sumbangan kepada peneliti, menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran PKn, dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw.

b. Bagi Pembaca.

Di MI Arrobiatul Adawiyah, Tangerang, masih banyak siswa yang mempunyai nilai yang kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mempelajari PKn, sehingga guru perlu mempunyai terobosan yang kreatif dalam mengimplementasikan metode kooperatif Jigsaw yang sesuai dengan karakteristik materi, sehingga meningkatkan pemahaman siswa serta prestasi dalam pembelajaran PKn, terutama materi sejarah berdirinya ASEAN, serta memiliki peran yang cukup besar bagi pembaca dalam hal motivasi, penampilan dan kecakapannya dalam bidang ilmu pendidikan kewarganegaraan ini. Pengharapan guru (teacher expectations) adalah bagaimana guru menciptakan prestasi akademik saat ini dan pada waktu yang akan datang semakin meningkat secara signifikan.

c. Untuk Sekolah

Sebagai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, proses pembelajaran matematika dengan materi mengukur panjang melalui metode kooperatif Jigsaw, secara khusus proses pembelajaran ini memberikan kontribusi positif kepada strategi pembelajaran PKn berupa pergeseran paradigma mengajar menjadi paradigma belajar dalam sistem pembelajaran yang bercorak kompetisi kepada pembelajaran kooperatif. Telah menjadi pandangan yang baru bahwa paradigma belajar dalam konteks bersama-sama (kooperatif) menjadi terobosan baru untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran pada pembelajaran PKn dengan meninggalkan paradigma kompetisi individual. Di sini, kemampuan guru dan sekolah memediasi kebutuhan siswa untuk belajar berkelompok sangat diperlukan.


(19)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru PKn, hasil penelitian dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembelajaran yang berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat diaplikasikan untuk mengembangkan model-model pembelajaran lebih lanjut.

b. Bagi siswa

Proses pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw serta materi yang lain maupun secara umum, serta kemampuan mengatasi permasalahan dalam aspek pembelajaran yang diaplikasikan dalam proses belajar berkelompok di dalam kelas.

c. Bagi Sekolah

Proses Pembelajaran PKn melalui metode kooperatif Jigsaw dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa di sekolah MI Arrobiatul Adawiyah, Tangerang, serta memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pengembangan konseptual yang berguna bagi guru-guru mata pelajaran PKn secara keseluruhan.

3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuwan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

2.1. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

2.1.1. Pengertian Metode Jigsaw

Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang di arahkan untuk menyediakan lingkungan pembelajaran kolaborasi (collaborative learning environments).6 Metode ini berkembang dengan baik sejak tahun 1970 oleh seorang ahli pendidikan dari Universitas Texas dan Universitas California, yaitu E. Aronson. Metode Jigsaw dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari univesitas John Hopkins. Tipikal metode ini adalah tatap muka antar siswa tanpa dukungan perangkat komputer.7

Menurut Udo Hinze, et.al., metode jigsaw didefinisikan sebagai: “Jigsaw is one method which makes the interdependence of group members possible, promotes interaction and cognitive elaboration, takes into consideration the principle of the multiple perspectives and contexts as well as the construction of common knowledge”.8 Jigsaw adalah salah satu metode yang membuat kesalingtergantungan dari anggota-anggota kelompok, memperkenalkan interaksi dan elaborasi kognitif, mengambil di dalam pertimbangan dari prinsip sudut pandang ganda dan konteks sebagaimana yang terdapat dalam bangunan dari pengetahuan umum.

Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

6

Gallardo, et.al., Supporting JIGSAW-type Collaborative Learning. (Columbia: Colorado University, 2005), h. 3

7

Robert A. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2011), h. 236

8

Udi Hinze, et.al., Jigsaw Method in the Context of CSCL, (Germany: Jigsaw Method in the Context of CSCL, tt), h. 1


(21)

Menurut Anita Lie, pembelajaran dengan metode Jigsaw digambarkan sebagai berikut: “siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.9

Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Hamdani menjelaskan bahwa metode Jigsaw menggunakan tenaga ahli untuk menjelaskan kepada kelompok asalnya. Demikian juga dengan tenaga ahli lainnya bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan oleh guru.10

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Di sini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah

interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

9

Anita Lie, Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, 2010), cet.-7, h.69

10


(22)

1. Metode ini dapat mendorong kerjasama dengan sesama teman kelompoknya.

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.11

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan di kelas, yaitu : a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat. c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal

ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi. d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk

mengikuti proses pembelajaran.12

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya, yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, sehingga siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

11

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 92

12


(23)

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

2.1.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw menurut Trianto adalah sebagai berikut :

1. Pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skema siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru,

2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok asal (tiap kelompok anggotanya 4 – 6 orang),

3. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab,

4. Setiap anggota kelompok asal membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya,

5. Anggota dari kelompok asal lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya, 6. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompok asal bertugas

mengajar teman-temannya,

7. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa diberikan tagihan berupa kuis individu.13

Sedangkan Susan Ledlow menjabarkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:

a. Membagi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mencakup topik pembahasan dengan bagian yang sama.

b. Memberikan tugas kepada masing-masing anggota dalam kelompok sub-sub tema yang berbeda.

13

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 73


(24)

c. Mengembangkan dan memberikan tugas pekerjaan rumah berupa soal-soal atau esai melampaui pembahasan bahan ajar.

d. Menempatkan siswa pada kelompok ahli dan memberikan mereka perintah.

e. Ketika kelompok ahli telah selesai, mereka kembali kepada tim dan mengajarkan.

f. Menyediakan aktivitas penyimpulan pada tim (team synthetis activity). g. Melakukan penilaian terhadap pembelajaran siswa dan menutup

proses pembelajaran.14

2.1.3. Klasifikasi Pembelajaran Jigsaw

Menurut Slavin, tipe Jigsaw terdiri 5 fase. Pembagian kelompok berdasarkan kriteria prestasi individu (dari ulangan sebelumnya atau pretest), gender, etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2 – 4 orang. Kelompok

Expert , jumlahnya disesuaikan dengan pokok bahasan materi yang dipelajari. Contoh, suatu topik/ pokok materi terdiri 4 sub pokok materi (pokok bahasan), maka kelompok expert jumlahnya juga 4.

Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa.15

Contoh : Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk menjadi 10 kelompok (Kelompok 1, 2, 3 ……10). Tiap kelompok terdiri 4 orang siswa. Setelah kelompok belajar terbentuk, guru membagikan LKS untuk dipela-jari bersama. Pada kegiatan ini, oleh Slavin disebut Fase 1 (Reading). Selanjutnya, anggota masing-masing kelompok tersebut berunding mem-bagi tugas untuk masuk ke kelompok expert. Misalnya, pokok materi ter-diri dari 4 sub pokok materi/ bahasan, maka dapat dibentuk sejumlah 4 kelompok expert (Expert A, B, C, D). Kemudian kelompok belajar tersebut berunding untuk menentukan satu orang siswa sebagai wakil dari kelom-pok belajar bergabung ke tiap kelompok

14

Ledlow, Susan, Using Jigsaw in the College Classroom, (Chicago: Arizona State University, 1996), h. 2

15

Robert A. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2011), h. 242


(25)

expert A, B, C dan D, sesuai hasil perundingan. Jadi dalam kelompok expert masing-masing beranggotakan 10 orang siswa. Fase 2 (Expert Group

Discussions) : Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan

memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalam LKS. Setelah diskusi kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar semula. Fase 3 (Team reports) : Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di kelompok expert menjelaskan kepada teman-temannya se kelompok. Demikian juga teman dari expert yang lain menjelaskan kepada teman- teman sekelompok tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat mem-berikan bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing expert. Fase berikutnya Fase 4 (Assessment) : Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu anggota kelompok.

Fase 5 (Team recognition) : Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score) siswa dengan nilai hasil kuis secara individual menggunakan Tabel 1 (lihat Tabel Nilai Peng-hargaan Kelompok STAD dan Jigsaw). Kemudian nilai semua siswa ang-gota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata, maka akan diperoleh nilai antara 5 – 30 sebagai nilai kelompok.16

2.1.4. Kelebihan Metode Jigsaw

Menurut Anita Lie, Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.17

16

Langkah ini dapat dilihat dari buku Robert A. Slavin, Cooperative Learning, 2011….hh. 242-246

17


(26)

Kelebihan model belajar aktif tipe Jigsaw Learning dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Siswa lebih aktif karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

b. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

c. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya.

d. Materi yang diberikan dapat merata. e. Meningkatkan kerja sama kelompok.

2.2. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah akibat dari suatu aktivitas atau perbuatan. Biasanya hasil dapat dirasakan pada bagian akhir dari suatu proses perbuatan dengan segala jenis unsurnya. Proses sendiri bukan merupakan hasil tapi langkah metodis yang menuju pada hasil.

Hasil dalam perspektif pendidikan dinamai sebagai penguasaan terhadap beberapa indikator pada setiap Kompetensi Dasar (KD) yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, siswa dianggap berhasil apabila memiliki kecakapan hidup (Life Skills) pada setiap bidang studi, yang kemudian dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan yang menjadi tujuan adanya proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tanpa hasil belajar sesungguhnya tak pernah ada proses pendidikan yang matang. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, seperti psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

Hasil belajar adalah efek dari kegiatan pembelajaran yang berproses panjang dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar


(27)

yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Sedangkan Hitzman mengungkapkan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme. Reber, dalam Muhibbin Syah merumuskan dua definisi hasil belajar adalah suatu proses perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang diperkuat.18

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, secara umum hasil belajar dapat dipahami sebagai efek jangka panjang dalam perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interasksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.19 Menurut Aristo Rahadi, hasil belajar merupakan usaha yang diraih seseorang melalui interaksi dengan lingkungan untuk merubah perilakunya.20 Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Menurut Brian Bowe dan Marian Fitzmaurice hasil belajar adalah “a

statement of what the learner is expected to know, understand or be able to do on successful completion of the entire programme”. Dari pandangan tersebut, diketahui bahwa hasil belajar merupakan pernyataan tentang apa yang siswa diharapkan untuk mengetahui, memahami atau mampu melakukan suatu tentang tindakan yang sukses pada semua program yang ada.21

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual), afektif (berkenaan dengan sikap) dari psikomotor (berkenaan dengan keterampilan motorik). Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai

18

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rajawali Press. 2004), hh. 64-67.

19

Ibid, hal. 68.

20

Arsito Rahardi, Media Pembelajaran. (Jakarta: Depdiknas, . 2003), hal. 4. 21

Brian Bowe and Marian Fitzmaurice, “Guide to Writing Learning Outcomes”, Learning

and Teaching CentreLifelong Learning Dublin Institute of Technology 14 Upper Mount St., Dublin, 2008, h. 5


(28)

yang paling kompleks, yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

Menurut Ames and Archer hasil belajar siswa ditunjukkan dengan performa yang baik, pencapaian indikator atau kompetensi yang memadai, penguasaan (mastery) pada bidang tertentu.22 Untuk mencapai itu semua diperlukan motivasi dan proses pembelajaran yang berkelanjutan.

Menurut Ramayulis, hasil belajar adalah suatu pencapaian yang didapatkan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisis bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.23 Sedangkan menurut Ramayulis, hasil belajar dapat didefinisikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan yang berlaku dalam waktu yang relatif sama.

c. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.24

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas hasil belajar dapat dimaknai sebagai efek atau dampak positif berupa perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh usaha yang terus menerus secara sadar dilakukan individu, sebagai hasil pengamatan visual, pengalaman individual dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat pada faktor internal dan eksternal. Dalam terminologi A. Lizzio et al., dikenal dengan istilah lingkungan belajar dan karakteristik siswa.25 Penjelasan berikut ini:

22

Carole Ames and Jennifer Archer, “Achievement Goals in the Classroom: Students' Learning Strategies and Motivation Processes”, Journal of Educational Psychology 1988, Vol. 80, No. 3, hal. 260

23

Ramayulis. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Kalam Aulia, 2001), h. 76.

24


(29)

1. Faktor internal

Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik sendiri.

a. Kesehatan

Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar.

Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.

b. Bakat dan intelegensi

Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.26

c. Perhatian

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.

25

A. Lizzio, et.al., “University Students’ Perceptions of the Learning Environment and

Academic Outcomes: implications for theory and practice”, Studies in Higher Education Volume 27, No. 1, 2002, Carfax Publishing, h. 28

26


(30)

2. Faktor eksternal a. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, juga perlu diperhatikan oleh orang tua. Dengan kata lain, orang tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.

Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan ketenangan perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya terhadapa materi yang dihadapi.

b. Sekolah

Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memilki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut. Dalam bahasa Lizzio et.al., disebut dengan faktor lingkungan sekolah.27

c. Masyarakat

Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak

27


(31)

dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.28

2.4. Sejarah berdirinya ASEAN

2.4.1.Pengertian Sejarah

Menurut Fachhi, ada 3 makna atau pengertian dari sejarah, dengan berpedoman pada pemikiran Hegel, yaitu:

a. Sejarah adalah serangkaian dari peristiwa-peristiwa, yang tersembunyi dalam jaringan interkoneksi;

b. Sejarah adalah bentuk ungkapan dari desain khusus terhadap kekuasaan yang luar biasa;

c. Sejarah bukanlah bentuk kebiasaan dan peralihan peristiwa tanpa makna.29

2.4.2.Sejarah ASEAN

ASEAN adalah singkatan dari “Association Of South East Asian Nations” yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi regional (kawasan) yang dibentuk oleh pemerintahan lima Negara pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau sering juga disebut Deklarasi Bangkok oleh kelima menteri luar negeri masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok ibukota Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.Kelima menteri luar negeri tersebut adalah :

28

Ibid., hh. 123-124

29

Giorgio Facchii, The Meaning of History, Segundo Congreso Extraordinario Interamericano De: Filosofia, h. 249


(32)

1. Adam Malik dari Indonesia 2. Tun Abdul Razak dari Malaysia 3. S. Rajaratnam dari Singapura 4. Thanat Koman dari Thailand 5. Narcisco Ramos dari Filipina

Selain motivasi yang melatarbelakangi, ternyata Indonesia juga berperan penting dalam membentuk ASEAN. Yaitu sebagai penggagas pentingnya kerjasama ASEAN, walaupun Thailand adalah pendorong utama. Indonesia menginginkan adanya keseimbangan antara Negara yang beraliansi dengan Negara adikuasa (ASA) dengan negara-negara yang tergabung dalam gerakan non-blok.

ASEAN merupakan satu-satunya organisasi kerjasama regional yang paling sukses dan lama di wilayah dunia ketiga. Sebagai kerjasama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya ASEAN diharapkan mampu meningkatkan kerjasama dengan menghilangkan perbedaan di kawasan.30

2.4.3. Maksud dan Tujuan ASEAN

Maksud dan tujuan dibentuknya ASEAN seperti yag tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah :

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara Negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

30

Carolina G. Hernandez, “Institution Building through an ASEAN Charter”, Journal of


(33)

3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, tekhnik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, tekhnik, dan administrasi;

5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

7. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri.

Untuk saat ini ASEAN dibentuk dalam rangka mengintegrasikan sistem masyarakat dan ekonomi yang lebih kuat, kawasan bebas dari senjata nuklir atau

Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) dan melaksanakan kerjasama perdagangan bebas di kawasan atau the ASEAN Free Trade Area (AFTA).31

2.4.4. Peran Indonesia di ASEAN

Tak dapat disangkal Indonesia memiliki peran sentral dalam organisasi ASEAN. Sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk sebagai anggota G-20, yaitu organisasi kelompok negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Indonesia diberikan mandat secara langsung sebagai jembatan penghubung antara kepentingan negara-negara Asia Tenggara dengan forum ekonomi dunia tersebut.32

31

Benny Teh Cheng Guan, “ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process”, The Copenhagen Journal of Asian Studies 20, 2004, h. 71

32

Syamsul Hadi, “Indonesia, ASEAN, and the Rise of China: Indonesia in the Midst of East Asia’s Dynamics in the Post-Global Crisis World”, International Journal of China Studies, Vol. 3, No. 2, August 2012, h. 152


(34)

Menurut Simon Tay, Indonesia dengan populasi dan wilayah yang paling besar memiliki pengaruh terhadap kawasan. Salah satu peran yang dapat dimainkan Indonesia adalah mempengaruhi kawasan dengan nilai-nilai demokrasi.33 Menurut Hernandez, Indonesia merupakan pemimpin informal ASEAN (ASEAN informal leadership).34

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari penelusuran kepustakaan, diperoleh beberapa hasil penelitian yang relevan, antara lain:

1. Abdullah Sahin. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prosentase ketuntasan hasil belajar bidang menulis sejarah yang dilakukan dengan metode Jigsaw, diperoleh t hitung sebesar 4,367. Nilai ini dikomparasikan

dengan t tabel pada jumlah sampel 40 sebanyak 2,021. Karena t hitung lebih

besar dari t tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan metode Jigsaw

dengan peningkatan hasil belajar siswa.35

2. Sedat Maden, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prosentase ketuntasan hasil belajar bidang bahasa yang dilakukan dengan metode Jigsaw, diperoleh t hitung sebesar 15,071. Nilai ini dikomparasikan dengan t tabel pada jumlah sampel 40 sebanyak 2,021. Karena t hitung lebih besar dari

t tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan metode Jigsaw dengan

peningkatan hasil belajar siswa.36

33Simon Tay, “The Future of ASEAN: An Assessment of Democracy, Economies and

Institutions in Southeast Asia”, WINTER 2001, h. 49

34

Hernandez, Op. Cit., h. 11

35

Abdullah Sahin, “Effects of Jigsaw II Technique on Academic Achievement and Attitudes to Written Expression Course”, Educational Research and Reviews Vol. 5(12), December 2010, h. 782

36

Sedat Maden, “The effect of Jigsaw IV on the Achievement of Course of Language Teaching Methods and Techniques”, Educational Research and Review Vol. 5(12, December 2010, h. 774


(35)

2.6. Kerangka Berfikir

Peningkatan hasil belajar PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh guru. Guna meningkatkan hasil belajar tersebut bukanlah perkara mudah, mengingat banyak faktor yang menghambat upaya guru tersebut, seperti faktor kemalasan siswa, faktor lingkungan sekolah, fasilitas kelas yang minim, dan sebagainya.

Salah satu cara guna meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN adalah dengan menerapkan metode kooperatif tipe Jigsaw. Metode Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN. Sebaliknya, jika metode Jigsaw tidak diaplikasikan maka sulit untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

2.7. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dirumuskan dengan diterapkannya metode Jigsaw akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran PKn, dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN di MI Arrobiatul Adawiyah Karang Tengah, Kota Tangerang.


(36)

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sunan Giri, Pondok Bahar, RT 01/RW 02, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten.

2. Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada Januari sampai Maret 2013 pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tabel 1. 1 Jadwal Penelitian

Kegiatan Januari 2013 Februari 2013 Maret 2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan Penelitian Awal Studi Pustaka Penyusunan Proposal

Pelaksanaan Penelitian Siklus I dan Refleksi

Pelaksanaan Penelitian Siklus II dan Refleksi

Pembuatan Laporan Hasil Penelitian

Perbaikan Laporan Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Secara Final


(37)

3.2. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan sifat PTK dilakukan secara mandiri yang artinya peneliti melakukan PTK tanpa kerjasama dengan guru lain.37 Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi dan lain-lain.

Penelitian tindakan kelas yang dipakai adalah mengikuti prosedur tindakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart. Formulasi Kemmis dan McTaggart menempuh empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Menurut Somekh dan K. Zeichner, ada 8 dimensi PTK, yaitu:

1. Tujuan dari penelitian tindakan adalah dapat dilaksanakan oleh guru; 2. Tindakan kelas dihubungkan dengan kondisi kontekstual yang

menyangkut masalah pembelajaran siswa di dalam kelas;

3. Filosofi penelitian tindakan adalah guru dan proses pembelajaran yang diperoleh dari tindakan mereka;

4. Penelitian tindakan mendapat dukungan dari para pendidik, persatuan guru, kolega, sekolah, dan pemerintah;

5. Penelitian tindakan harus mendapat insentif yang memadai; 6. Bentuknya adalah inquiri (mengetahui tentang sesuatu); 7. Dihubungkan dengan penelitian lainnya;

8. Penelitian tindakan merupakan upaya merepresentasikan dari apa yang guru kerjakan di dalam kelas.38

PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam literatur Inggris disebut classroom action research yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasonal dari tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

37

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.

64

38 Bridget Somekha and Ken Zeichner, “

Action Research for Educational Reform:

Remodelling Action Research Theories and Practices in Local Contexts”, Educational Action Research, Vol. 17, No. 1, March 2009, hh. 10-11


(38)

Penelitian tindakan kelas merupakan pembuktian apakah suatu teori belajar mengajar yang diterapkan di kelas baik atau tdak dan sekiranya cocok dengan kondiisi kelas, peneliti mengadaptasi teori yang ada untuk proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional.

Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti melakukan sebuah tindakan yang diamati secara terus menerus dilihat dari plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.39 Seorang peneliti harus mengetahui tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, dengan demikian seorang peneliti dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan target yang diinginkan. Adapun tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu perbaikan dan meningkatkan pelayanan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian tindakan kelas secara eksplisit yaitu sebagai pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelas atau di sekolahnya. Penelitian tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang diteliti.

Singkatnya, penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

1. PTK mengangkat problem atau permasalahan-permasalahan nyata dalam praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jadi PTK akan dapat dilaksanakan bila guru sejak awal memang tahu dan mau menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelasnya. Selanjutnya berdasar persoalan-persoalan tersebut, guru mencari pemecahan masalahnya secara profesional melalui PTK.

2. Pada PTK dilakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Tindakan-tindakan yang diambil harus

39


(39)

direncanakan secara cermat, dan karena adanya tindakan-tindakan maka penelitian ini disebut PTK. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan merupakan fokus dari PTK dan juga merupakan tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru. Tindakan-tindakan alternatif ini harus diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi agar dapat diketahui bahwa tindakan tersebut memang dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran yang sedang dialami oleh guru.

3. PTK dapat dilakukan secara bersama-sama dalam suatu tim, misal antara guru dengan tenaga kependidikan yang lain. Dalam hal ini guru bukan satu-satunya orang yang meneliti, tetapi masih ada orang lain yang terlibat dan berkedudukan sama. Tim tersebut yang merencanakan, melaksanakan, dan membahas hasil penelitian secara bersama-sama.

4. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak hanya berupaya untuk memecahkan masalah, akan tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru

5. karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis serta membuat catatan.40

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas harus mengacu pada desain penelitian yang telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku. Fungsinya sebagai patokan mengetahui bentuk dan hasil penggunaan metode Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah, Karang Tengah Kota Tangerang.

40

Sukajati, Penelitian Tindakan Kelas di SD (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008), hh. 10-11


(40)

3.3.Rancangan Siklus Penelitian

Model proses yang digunakan dalam PTK ini adalah Model Proses Siklus (Putaran/Spiral) dengan menggunakan model PTK dari Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Arikunto, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang lainnya. Setiap siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu (1) planing yaitu membuat rencana tindakan, (2) action yaitu melaksanakan tindakan, (3)

observation, yaitu mengadakan pemantauan/pengamatan, (4) reflection, yaitu

memberikan refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian hasil yang diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya41. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa indentifikasi masalah, dan diadakan pre-test. Tahapan-tahapan penelitian dari siklus spiral dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

41

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 74


(41)

Gambar 3. 1 Diagram Alur Sirkulasi Penelitian Tindakan Kelas.42

3.3.1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi Subjek penelitian adalah Siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang. Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru kelas VI, sebagai pengamat yang terlibat untuk observer yang mengamati sekaligus mencatat serta melihat sikap detail segala aktifitas dari peneliti, di mana peneliti adalah sebagai Guru di MI Arrobiatul Adawiyah.

3.3.2. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana dan perencana. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan pembelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN pada siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang, kemudian membuat perencanaan tindakan yang didiskusikan dengan kolaborator.


(42)

Adapun posisi peneliti adalah sebagai peneliti yang aktif ikut terjun langsung dalam pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian tindakan kelas yang harus dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah.

3.4. Tahapan Intervensi Tindakan

Dalam melakukan intervensi tindakan kepada siswa-siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah, ada gambaran umum mengenai rencana dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan penelitian tindakan kelas maka dibutuhkan 4 (empat) tahapan, yaitu:

Tabel 3. 1. Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Siklus I Perencanaan: Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM b. Menentukan pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran

d. Menyiapkan sumber belajar e. Mengembangkan format evaluasi

f. Mengembangkan format observasi pembelajaran

Tindakan

Menerapkan tindakan mengacu kepada skenario pembelajaran, yaitu menggunakan metode Jigsaw pada mata pelajaran PKn pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN

Pengamatan (observasi)

a. Melaksanakan observasi dengan memakai format observasi

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format observasi yang telah dibuat sebelumnya

Refleksi

a. melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi efektivitas, biaya, partisipasi siswa, dan keberhasilan dalam mencapai


(43)

indikator pembelajaran.

b. melakukan pertemuan dengan kolaborator dan tim ahli untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lain-lain

c. memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan I

Siklus II Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalah b. Pengembangan program tindakan

II

c. Menentukan skenario

pembelajaran.

d. Memilih media pembelajaran yang tepat dengan pokok bahasan.

Tindakan

a. Melaksanakan pre-test untuk mengetahui standar awal kemampuan siswa

b. Pelaksanaan program tindakan II Pengamatan

(observasi)

Pengumpulan dan analisis data tindakan II

Refleksi Evaluasi tindakan II Siklus-siklus berikutnya

Kesimpulan dan Saran

Tahap awal peneliti melakukan penjajagan assesment untuk menentukan masalah yang sesungguhnya yang dirasakan terhadap apa yang telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan masalah) kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk penelitian tindakan.

Tahap kedua disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan, peningkatan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari diskusi pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Tahap ketiga dilakukan implementasi rencana atau skenario


(44)

tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan melaksanakan kegiatan sebagaimana yang tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera setelah kegiatan dimulai (on going process monitoring). Catatan semua kajadian dan perubahan yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.

Tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan, maka dilakukan revisi atau modifikasi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diasumsikan akan diperoleh hasil: meningkatkan mutu pembelajaran dan diperoleh model tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

3.5. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dengan menggunakan analisis yang bersifat naratif, sedangkan data kuantitatif dinyatakan dengan angka rata-rata perolehan tes tentang materi mengukur panjang. Kriteria atau ukuran materi mengukur panjang, pencapaian tujuannya dilihat dari hasil yang dicapai anak. Jika 85% anak sudah mendapat nilai 70 maka penelitian dapat dikatakan berhasil.

Apabila target 85% belum tercapai perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu dengan mengobservasi kembali. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai target yang ditentukan tercapai atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan keberhasilan pencapaian belajar tentang materi mengukur panjang pun disesuaikan dengan instrumen-instrumen yang telah ditentukan.


(45)

Tabel 3. 2. Kriteria Interval Kualifikasi Tingkat Keberhasilan

Interval Kualifikasi Kriteria

00,0 – 39,9 Sangat kurang

40,0 – 54,9 Kurang

55,0 – 69,9 Cukup

70,0 – 84,5 Baik

85,0 – 100 Sangat baik

3.6. Data dan Sumber Data

3.6.1.Data Penelitian

Secara garis besar data dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun jenis data kualitatif diantaranya, kata-kata dan tindakan, sumber tertuls, foto. Dan data kuantitatif berupa data statistik, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

a. Hasil Wawancara dan Catatan Hasil Observasi

Kata-kata dan tindakan diamati dari catatan hasil wawancara dan catatan hasil observasi kelas. Selanjutnya melalui foto ataupun rekaman.

b.Dokumen Pendukung

Sumber tertulis tidak bisa dipisahkan dari sumber lain. Peneliti mendapatkan data tersebut berasal dari buku-buku pendukung, leger, daftar nilai, absensi, buku catatan siswa, laporan sekolah semesteran dan tahunan, arsip sekolah, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

c. Foto

Peneliti mengambil dokumentasi foto sebagai salah satu bukti telah melaksanakan penelitian di MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang.


(46)

2. Data Kuantitatif

Data ini diperoleh dari sekolah, seperti data yang diperoleh dari lembar observasi maupun data yang lain dalam membantu kelengkapan pengumpulan data yang berbentuk angka-angka.

a. Sumber Data

Peneliti mencari sumber data melalui informan, kegiatan belajar mengajar dan dokumen. (1) informan yaitu pengajar yang mengetahui tentang penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar, peserta didik dan orang yang dapat memberikan informasi dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengajar mata pelajaran PKn di MI Arrobiatul Adawiyah, khususnya pengajar matematika di kelas 3. (2) proses penggunaan metode Jigsaw yang berlangsung di kelas. (3) dokumen yang terkait dengan dengan pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw, baik itu buku panduan eksperimen, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pretest dan post test atau hasil tes, laporan tugas siswa, maupun buku-buku pendukung lainnya.

3.6.2.Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Instrumen utama

Instrumen utama pada penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri. Karena penelitilah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas.

Karena peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian, maka seorang peneliti dalam melaksanakan tindakan kelas harus:

a. Responsif, terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat lingkungan.

b. Adaptif, dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan


(47)

c. Menekankan aspek holistik, karena manusialah yang mampu dengan segera menempatkan dan menyimpulkan kejadian-kejadian.

d. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya peneliti yang dapat berpikir mengungkapkan, menyusun, dan memahami apa yang diteliti sehingga peneliti benar-benar menyumbangkan kedalaman dan kekayaan kepada penelitian.

e. Memproses dengan segera, peneliti yang mampu segera memproses data di tempat, membuat generalisasi, di dalam situasi yang sengaja diciptakan.

f. Klarifikasi dan kesimpulan, peneliti juga dapat membuat kesimpulan di tempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau elaborasi kepada subyek yang diteliti.

g. Kesempatan eksplorasi, yakni menguji validitas, dan memahami penelitian dengan pemahaman yang tinggi dari penelitian biasa.

2. Instrumen pendukung

Instrumen ini berupa pedoman pengumpulan data, yaitu pedoman wawancara dan observasi. Pedoman observasi lapangan dibuat sebagai acuan menjawab rumusan masalah untuk mengukur keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan judul yang telah ditentukan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono bahwa dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan Test dan Non-Test.

Teknik pengumpulan data Test adalah melalui test awal (pre test), test ini menunjukkan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelum diajarkan, dan soal test akhir (post test), nilai ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi setelah diajarkan.


(48)

Teknik pengumpulan data Non-Test adalah melalui observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya.42 Berdasarkan hal tersebut, agar hasil yang diperoleh dalam penelitian ini benar-benar data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka prosedur pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan, pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Peneliti melakukan observasi awal di MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang Kelas VI untuk mengetahui permasalahan yang muncul di kelas. Observasi selanjutnya dilakukan dengan mencatat perkembangan-perkembangan yang terjadi setelah pemberian tindakan. Metode observasi dilakukan sebagai upaya menggali data sebanyak mungkin. Selain itu observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan.43 Begitu juga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga fase dalam mengobservasi kelas, yaitu:

a. Fase pertemuan perencanaan

Dalam pertemuan perencanaan, peneliti menyajikan dan mendiskusikan rencana pembelajaran dengan guru PKn kelas VI tentang bagaimana penyajian langkah pembelajaran yang dilakukan sebelumnya dan yang akan dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, terutama dalam menerapkan metode Jigsaw.

b. Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan untuk melihat sejauh mana penggunaan metode Jigsaw berjalan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang. Teknik ini dilakukan secara objektif

42

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hh. 62-63

43


(49)

observasi dari aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kegiatan belajar mengajar oleh peneliti.

c. Diskusi Balikan

Dari hasil observasi kelas penelti melakukan diskusi balikan dengan pihak partisipan. Diskusi ini berdasarkan hasil pengamatan atau observasi kelas. Dimana peneliti dan partisipator mencari kekurangan dan kelebihan untuk dijadikan catatan lapangan dan didiskusikan langkah berikutnya.

3.6.3.1. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Ada beberapa jenis wawancara dalam bentuk pertanyaan seperti pertanyaan deskriptif, pertanyaan tentang pengalaman, pertanyaan tentang perilaku, pertanyaan tentang pengetahuan, pertanyaan tentang konstruk, pertanyaan tentang pertentangan satu hal dengan hal lain, pertanyaan tentang perasaan, pertanyaan tentang inderawi, latar belakang, dan pertanyaan tentang jumlah penduduk.44

Penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin, di mana peneliti membawa sedertan pertanyaan kepada informan dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, informan dalam penelitian ini adalah wali kelas, guru bidang studi PKn, siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang dan orang-orang yang terkait dengan penelitian yang dapat memberikan informasi.

44

Louis Cohen, et.al., Research Method in Education, 5th Edition (London: Taylor & Francis e-Library, 2005), h. 276


(50)

3.6.3.2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.45

3.7. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Teknik pemeriksaan kepercayaan menggunakan beberapa cara, yaitu: 1. Triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yng memenfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif hal tersebut dapat dicapai melalui: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Pengecekan Sejawat.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bbentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.

45


(51)

3.8. Analisis Data dan Interpretasi Data

Dalam melakukan pengumpulan data variabel hasil belajar siswa digunakan melalui pemberian tes.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal atau instrument valid atau tidak untuk respoden penelitian. Butir soal dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Dalam penelitian ini, uji coba responden diberikan

kepada 20 orang siswa di luar sampel. Untuk menentukan validitas instrumen prestasi belajar siswa diuji dengan menggunakan Korelasi Point Biserial (Rpbis)

p t

pbis

t

M M p

r

SD q

 

Keterangan:

rpbis = korelasi point biserial

Mp = Mean (nilai rata-rata) skor yang dicapai oleh peserta yang

menjawab benar.

Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta seluruh tes

p = proporsi peserta tes

q = nilai 1 dikurangi proporsi peserta tes (1 – p)

keputusan jika: rh > rt butir soal valid rh < rt butir soal tidak

valid 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal atau insturmen layak atau tidak untuk responden penelitian. Sedangkan uji reliabilitas tes digunakan dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:

2 2 1 SDt pq k r k SDt     

Keterangan:

k = banyaknya butir soal SDt = Simpangan baku skor total

p = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar q = 1 – p


(52)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang dianalisis berasal dari populasi yang noraml atau tidak. Dalam pengujian ini menggunakan uji Lilifors yang langkah-langkah untuk menguji normalitas adalah:

a) Setiap data dijadikan bilangan baku dengan rumus: b) Menghitung peluang: F (Zi) = P (z ≤ zi)

c) Menghitung proporsi:

 

Banyaknya z1, z2,...,zn zi i

S z

n

 

d) Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) dan menentukan harga

mutlaknya.

e) Mengambil harga terbesar dari harga mutlak tersebut. Kriteria:

Jika L0 yang diperoleh lebih kecil dari Ltabel maka diterima

hipotesis nol, artinya populasi berdistribusi normal 4. Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran adalah uji untuk mengetahui peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

∑JB = jumlah siswa yang menjawab benar ∑JS = jumlah siswa yang mengikuti tes

JB TK

JS


(53)

Berikut adalah rentang nilai P.

Tabel 3. 3. Rentang Nilai Indeks Kesukaan Soal

No. Rentang Nilai Indeks

Kesukaran

Klasifikasi

1 0,70 s/d 1,00 Soal mudah

2 0,30 s/d 0,70 Soal sedang

3 0,00 s/d 0,30 Soal sukar

5. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah uji untuk mengetahui kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang dinyatakan dan siswa yang belum menguasai materi. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

DP = Daya pembeda

BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar kelompok bawah N = Jumlah siswa yang mengerjakan tes 6. Uji t

Sedangkan tahapan pengujian hipotesis, peneliti menggunakan rumus beda (t-test) sebagai berikut:

1 2 2 2 2 1 2 2 1 2

1 2 1 2

1 2 2 1. 2

X X

t

X X

X X

n n n n

n n n n

           

Keterangan:

t = uji perbedaan

= Rata-rata skor kelompok 1

2

X = Rata-rata skor kelompok 1 n1 = Jumlah sampel kelompok 1

n2 = Jumlah sampel kelompok 2

2(BA BB)

DP N   1 X


(54)

7. Rekapitulasi data

Data-data hasil penelitian dapat dilakukan analisis dengan menggunakan Nilai Gain. Nilai Gain adalah selisih antara nilai postest dengan nilai pretest, dan nilai ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Nilai Gain tersebut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Dengan kategori :

N-Gain rendah = N-Gain < 0,30

N-Gain sedang = 0,30 < N-Gain < 0,70  N-Gain tinggi = N-Gain > 0,70

Keterangan : Skor ideal = 100

3.9. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dikembangkan untuk:

1. Mengukur sejauhmana efektivitas penggunaan metode Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi pelajaran PKn dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN;

2. Melakukan evaluasi metode pembelajaran yang tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa materi pelajaran PKn;

3. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi pelajaran PKn, dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui metode Jigsaw.


(55)

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1. Gambaran Umum Sekolah

MIS Arrobiatul Adawiyah terletak di Jl. Sunan Giri Gg. Masjid Ar Rahman Rt. 01/02, Kecamatan: Karang Tengah, Kabupaten: Kota Tangerang, Provinsi: Banten, Npsn: 69755413. Berdiri pada tahun 1983, didirikan oleh Yayasan Arrobiatul Adawiyah. Pemilik Yayasan H. Moh.Yahya dan H.Arsyad.

4.1.1. VISI

Mewujudkan siswa yang IPTEK dan IMTAQ Serta berahlak karimah

4.1.2. MISI

Membentuk prilaku sesuai Filsafat bangsa, Mengembangkan kreatifitas dan intelektual dalam proses KBM, Mewujudkan Madrasah bermutu berkualitas dan harapan bagi masyarakat

4.1.3. Profil :

MI Arrobiatul Adawiyah, Nama statistik sekolah : 1122 805 11091, Propinsi Banten, PM H Kab / Kota Tangerang Kecamatan Karang Tengah, Desa / Kelurahan Pondok Bahar, Jalan dan Nomor Jalan Sunan Giri No 122, Kode pos 1515 8, Telepon, Status madrasah Swasta : Disamakan, Kelompok madrasah, Akreditasi : B (baik), dengan Surat keputusan / SK Nomor kd 28.05 pp.001 /569 Tgl 2-08-2004, Penerbit SK: DEPAG Kota Tangerang, Tahun berdiri 1976, Tahun berubah : 2004, Kegiatan belajar mengajar pagi, Bangunan madrasah: milik sendiri, Lokasi madrasah Jarak ke pusat kecamatan : 2,5 Km, Jarak ke pusat kota : 15 Km, Terletak pada lintasan kecamatan, Jumlah keanggotaan KKM, 7 ( tujuh ) Organisasi penyelengaraan yayasan Arrobiatul Adawiyah.


(56)

Struktur Yayasan

Gambar 4. 1. Struktur Yayasan

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Observasi Siswa kelas VI Pembelajaran PKn

Sebelum membahas hasil PTK, maka perlu digambarkan psikologis siswa yang diperoleh melalui observasi penelitian sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PKn pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN pada siswa kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang. Tujuan dari deskripsi awal dan akhir adalah mengetahui efektivitas emosional siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode praktik pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

STRUKTUR YAYASAN KETUA YAYASAN H.M.YAHYA KEPALA SEKOLAH MAULANA MANSYUR KOMITE SEKOLAH SUTARDJA WAKIL KEPALA SEKOLAH M .ADAM NURAHMAN

BENDAHARA SITI KHUMAIROH

SEKRETARIS UMI HANDAYANI

DEWAN GURU

GURU KELAS I NURLAELA S.Ag GURU KELAS II TUTI GURU KELAS III SITIMAHFUDZOH GURU KELAS IV FIRDAUS N GURU KELAS V IHSAN

GURU KELAS VI AHMAD FAUZI Hawiyah


(1)

Lembar Dokumentasi

Penelitian Sebelum Belajar Membaca Doa

Penelitian Memberikan Arahan Sebelum Dilaksanakan Bekajar Jigsaw


(2)

Peneliti Memberikan Aba-aba Sebelum Belajar Jigsaw Dimulai

Penelitian Memberikan Arahan dalam Belajar Kelompok


(3)

Peneliti Memperhatikan Proses Belajar Kooperatif Jigsaw

Seorang Siswa yang Menjadi Keordinator Kelompok Sedang Menjelaskan Materi


(4)

Salah Seorang Siswa Menjelaskan Kepada Kelompok Lain

Penelitian Memberikan Kesempatan Kepada Siswa Untuk Berargumentasi


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Upaya meningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran pkn pada pokok bahasan sejarah berdirinya asean melalui penerapan metode jigsaw pada siswa kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun ajaran 2012/2013

0 22 114

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

Penerapan variasi stimulus untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan pendapatan nasional kelas X di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan

0 8 187

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Upaya meningkalkan hasil belajar tentang peristiwa proklamasi melalui metode Video critic/ video comment pada siswa kelas V mata pelajaran IPS DI MI Sirojul Alhfal I Kota Depok

0 15 142

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari

7 66 115

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126