commit to user
Negara untuk memungut pajak. Dari sudut pandang rakyat, membayar pajak kepada negara merupakan bukti rasa baktinya
rakyatwarga kepada negaranya. e.
Teori Asas Daya Beli Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut
pajak,melainkan hanya melihat pada efeknya dan memandang efek yang baik ini sebagai dasar keadilannya. Penyelenggaraan
kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu dan bukan pula
untuk kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya.
9. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Sistem ini dilaksanakan sampai pada tahun 1967. Pada sistem ini wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus memiliki hak
untuk menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan surat ketetapan pajak, sebagai bukti timbulnya
suatu utang pajak. Jadi Wajib Pajak WP bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiskus mengenai utang pajaknya. Sistem ini menguntungkan
pihak fiskus yang menyalahgunakan kewenangannya untuk mencari kesempatan dalam kesempitan misalnya dalam proses negosiasi
penetapan atau perhitungan besarnya pajak seringkali muncul tawar
commit to user
menawar antara fiskus dan WP. Hal ini dimungkinkan juga karena pada sistem ini petugas pajaklah yang mendatangi masyarakat untuk
mendaftar warga masyarakat sebagai WP. Kesimpulan atas kelemahan dari sistem
official assessment
ini adalah 1
Pelaksanaan kewajiban perpajakan sangat tergantung pada aparat perpajakan, yang berakibat kurangnya kesadaran atau tanggung
jawab dari WP dalam memikul beban negara yang pada hakekatnya
adalah untuk
kepentingannya sendiri
dalam bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan;
2 Kelemahan dari sistem ini didukung pula dengan permasalahan dan
kelemahan produk perundang-undangan pajak yang lama, yang memuat terlalu banyak peraturan pajak dengan penetapan
bermacam-macam tarif yang cenderung tinggi, yang justru membingungkan sistem pemungutannya dan bahkan ada
kecendrungan terjadinya
perlawanan pajak
dengan cara
menghindar dari kewajiban perpajakannya; 3
ragam dan jenis pajak dalam sistem perpajakan yang lama terlalu banyak;
4 sistem pemungutan pajak yang terlalu berbelit-belit.
b. Semi self Assessment system
Sistem ini dilaksanakan pada periode 1968-1983,
semi self Assessment system
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
commit to user
seseorang berada pada kedua belah pihak yaitu Wajib Pajak WP. dan
fiskus
. Mekanisme pelaksanaannya berdasarkan suatu anggapan bahwa WP. pada awal tahun menaksir sendiri besarnya utang pajak yang
harus dibayarkan dan pada akhir tahun pajak besarnya pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh
fiskus
. Indonesia menerapkan sistem
semi self Assessment
ini bersama-sama dengan
withholding system
yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tatacara Menghitung Pajak Sendiri MPS dan Menghitung Pajak Orang MPO.
c. With holding system
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada
pihak ketiga bukan pada fiskus maupun WP. Besarnya angsuran pajak ditentukan oleh WP dan oleh pihak ketiga berdasarkan suatu anggapan,
sedangkan besarnya pajak terutang sesungguhnya akan ditetapkan kemudian oleh fiskus. Sistem ini lebih baik dari sistem sebelumnya
Official Assessment System,
tetapi pada sistem ini juga masih terjadi penyimpangan-penyimpangan
oleh oknum
pajak, contohnya
pembayaran pajak atas dasar kompromi artinya “Tahu Sama Tahu” dimana fiskus sering menawarkan jasa perhitungan pembayaran pajak
asal pihak yang dibantu dapat”TST” dan saling mengerti. Tata cara MPS dan MPO yaitu suatu tata cara menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang. Maksudnya pajak dapat dihitung sendiri oleh WP dan oleh pihak ketiga berdasarkan suatu anggapan atau perkiraan
commit to user
mengenai besarnya utang pajak yang terutang. Pada tata cara MPS, masyarakat harus menghitung sendiri besarnya pendapatan, kekayaan
dan labanya berikut pajak yang harus dibayarkan dan disetorkan ke kas negara tanpa adanya campur tangan aparatur pajak. Aparatur pajak
terbatas pada pemberian penerangan, penjelasan, penelitian dan pemeriksaan perhitungan dan penyetoran pajak kepada WP pada akhir
tahun takwim. Untuk menunjang perhitungan dengan sistem MPS agar
pembayaran pajak tepat waktu dan kondisi yang memungkinkan bagi WP untuk melaksanakan kewajibannya, maka dirasa perlu adanya
sistem MPO untuk melengkapi tatacara pelaksanaan MPS. Tatacara MPO adalah suatu tatacara untuk menghitung pajak orang lain serta
melakukan pemotongan dan penyetoran pajak kepada kas negara dengan menunjuk perorangan atau badan-badan oleh Kantor Inspeksi
Pajak KIP yang berwenang.
d. Full self assessment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya ditangan wajib pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan
perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi,serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Disini
commit to user
fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak banyak bergantung pada wajib pajak sendiri peranan dominan ada pada Wajib Pajak.
10. Pengertian Hotel