Struktur Organisasi DPPKA Surakarta Pengertian Pajak

commit to user

2. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

Dalam suatu badan organisasi diperlukan adanya struktur organisasi untuk memperlancar tugas serta fungsi dari masing masing staff yang diharapkan. Sumber : DPPKA Kota Surakarta commit to user Sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut. a. Kepala. b. Sekretariat, membawahi : 1 Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. 2 Subbagian Keuangan. 3 Subbagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi : 1 Seksi Pendaftaran dan Pendataan. 2 Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. d. Bidang Penetapan, membawahi : 1 Seksi Perhitungan. 2 Seksi Penerbitan Surat Ketetapan. e. Bidang Penagihan, membawahi : 1 Seksi Penagihan dan Keberatan. 2 Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain f. Bidang Anggaran, membawahi : 1 Seksi Anggaran I. 2 Seksi Anggaran II. commit to user g. Bidang Perbendaharaan, membawahi : 1 Seksi Pembendaharaan I. 2 Seksi Perbendaharaan II. h. Bidang Akuntansi, membawahi : 1 Seksi Akuntansi I. 2 Seksi Akuntansi II. i. Bidang Aset, membawahi : 1 Seksi Perencanaan Aset. 2 Seksi Pengelolaan Aset. j. Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. k. Kelompok Jabatan Fungsional. Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas; membawahi : a. Sekretariat b. Bidang pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi c. Bidang Penetapan d. Bidang Penagihan e. Bidang Anggaran f. Bidang Perbendaharaan g. Bidang Akuntansi h. Bidang Aset i. Bidang UPTD j. Kelompok Jabatan Fungsional commit to user

3. Deskripsi DivisiBidang DPPKA Surakarta

a. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut. 1 Penyiapan bahan perumusan kebijkan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan. 3 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian. 4 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. commit to user b. Pendaftaran, Pendataan DAFDA Dokumentasi Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendaftaran, pendataan, dokumentasi dan pengolahan data. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi mempunyai fungsi : 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendaftaran dan pendataan. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang dokumentasi dan pengolahan data. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. c. Penetapan Bidang penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, Bidang Penetapan mempunyai fungsi : 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perhitungan. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penerbitan surat ketetapan. commit to user 3 Pelaksanaan tuags lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. d. Penagihan Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan, keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Bidang penagihan mempunyai fungsi : 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan keberatan. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. e. Anggaran Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksabnakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan, pengelolaan dan pengendalian anggran pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan APBD dan Perubahan APBD. Untuk melaksanakan tugas commit to user pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Bidang Anggaran mempunyai fungsi : 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang anggaran I. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijkan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang anggaran II. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. f. Perbendaharaan Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I dan II. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Bidang Perbendaharaan mempunyai fungsi: 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakanteknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakanteknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan II. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. commit to user g. Akuntansi Bidang akuntansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyelenggaraan tata akuntansi keuangan daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Surakarta. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Bidang Akuntansi mempunyai fungsi: 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akuntansi I. 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akuntansi II. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oelh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. h. Aset Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijaan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Bidang Aset mempunyai fungsi: 1 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset. commit to user 2 Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan aset. 3 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. i. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 1 Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungisonal yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. 2 Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat1, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. 3 Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 2, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4 Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sumber daya manusia di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta menurut jabatan dan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut. commit to user

a. Menurut Jabatan

Tabel I 1. Jumlah Pegawai DPPKA berdasarkan Jabatan No JabatanGolongan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Eselon II Eselon III a Eselon III b Eselon IV a Eselon IV b Staff PHS Staff THL 1 1 6 20 3 103 19 Sumber : DPPKA Kota Surakarta

b. Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel I 2. Jumlah Pegawai DPPKA berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 2 3 4 5 6 S2 S1 D3 SMA SMP SD Sarjana Muda 14 50 9 58 - 3 Sumber : DPPKA Kota Surakarta commit to user

4. Rencana Stratejik DPPKA Surakarta

Sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pendapatan pengelolaan keuangan dan aset, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset merumuskan rencana stratejik dalam bentuk visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

a. Visi dan Misi

Visi : “Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah , pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien, transparan serta akuntabel, menuju kemandirian keuangan daerah guna mendukung pembangunan daerah” Misi : 1 Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara optimal 2 Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku 3 Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif efisien serta akuntabel dengan memperhatikan azas kepatutan dan keadilan 4 Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara efektif dan efisien commit to user

b. Tujuan dan Sasaran

Tujuan : 1 Mengoptimalkan sumber – sumber pendapatan daerah untuk mencapai target pendapatan yang ditetapkan. 2 Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan yang berlaku. 3 Menyelamatkan dan memberdayakan aset pemerintah kota secara optimal. 4 Meningkatkan profesionalisme dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat Sasaran : 1 Terwujudnya pencapaian pendapatan daerah sesuai target yang ditetapkan 2 Terwujudnya manajemen keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntable. 3 Terwujudnya pembakuan status hukum pensertifikatan dan perlindungan aset daerah. 4 Peningkatan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak.

c. Kebijakan dan Program

Sesuai dengan perda no. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang ditindaklanjuti dengan Perwali no. 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. commit to user Untuk Kebijakan program yang ditetapkan kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut: 1 Dalam usaha untuk mencapai tingkat pendapatan yang telah ditetapkan, diupayakan dengan mengintesifikasikan sumber – sumber pendapatan daerah yang dikelola Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, baik dengan jemput bola, pendekatan pelayanan melalui wilayah – wilayah terdekat, sosialisasi kepada masyarakat langsung dengan pembagian leaflet, maupun melalui media elektronik TATV. Bahkan sampai dengan pembagian hadiah bagi wajib pajak bumi dan bangunan yang melakukan pembayaran tepat waktu. 2 Dalam mengelola keuangan daerah harus dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan meperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. 3 Dalam usaha meningkatkan pengelolaan aset daerah diupayakan dengan meningkatkan pemberdayaan aset daerah, peningkatan status hukum dan pengamanan aset daerah. commit to user B. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan Daerah juga merupakan bagian dari Pembangunan Nasional, dan Pembangunan Nasional tidak lepas dari Otonomi Daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan faktor-faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar- benar menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan bertanggung jawab maksudnya pemberian otonomi itu benar-benar sejalan dengan tujuannya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pemberian otonomi bagi pemerintah telah dilaksanakan oleh pemerintah pusat, walaupun belum semua daerah di Indonesia diberi hak otonomi sendiri. Prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab bagi pemerintah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama menyelenggarakan pemerintahan. commit to user Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian daerah otonom adalah daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi konsep otonomi daerah menurut UU No 32 Tahun 2004 adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat ke daerah untuk mengurusi rumah tangganya sendiri. Tanggung jawab daerah adalah menata dan mengelola sumber penerimaan untuk keberlangsungan pembangunan di daerahnya sendiri-sendiri, karena tidak semua pembiayaan pembangunan harus dibiayai oleh pusat, melainkan juga dibiayai oleh daerah. Otonomi daerah adalah hak daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan inisiatif bebas Soedjito, 1990 :104 Dalam Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah disebutkan bahwa : “Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan di ikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang- Undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, dimana besarnya di sesuaikan dan diselesaikan dengan pembagian kewenangan antara pemerintahan dan daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah”. commit to user Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa daerah otonom itu sendiri mengandung arti bahwa kepada daerah diberi kewenangan untuk mengurus sendiri rumah tangganya. Salah satunya kewenangan dalam bidang keuangan daerah yang meliputi pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah, menyelenggarakan pengurusan, pertanggungjawaban serta pengawasan keuangan daerah, mengadakan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta penghitungannya. Peranan Pendapatan Daerah merupakan peranan yang sangat penting karena merupakan factor factor yang sangat penting menentukan volume, kekuatan dan kemampuan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai dengan pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, ditetapkan bahwa sumber- sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi adalah: 1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu : a. Hasil Pajak Daerah. b. Hasil Retribusi Daerah. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan d. Lain – lain PAD yang sah. 2. Dana Perimbangan, dan 3. Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Pajak Daerah merupakan salah satu factor pendukung dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, karena pembiayaan dan pendanaan yang dipungut dari sektor pajak sangat diperlukan commit to user untuk kegiatan menunjang Pembangunan Daerah. Pajak Daerah umumnya merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tetang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai berikut. 1. Pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang-Undang 2. Penentuan tarif dan tata cara pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan Perundang- Undangan. Adapun jenis Pajak Daerah KotaKabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2 perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, adalah : 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan commit to user 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7. Pajak Parkir 8. Pajak Air Tanah 9. Pajak Sarang Burung Walet 10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB Dari beberapa jenis Pajak Daerah tersebut, yang mengalami peningkatan dalam pengembangan setiap tahunnya adalah Pajak Hotel dan Restoran. Peningkatan ini ditunjang dengan adanya potensi pariwisata yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Adapun keterkaitan antara sektor pariwisata dan sektor perpajakan, yakni bahwa dalam sektor pariwisata terdapat sarana penunjang wisata yaitu objek wisata, hotel dan restoran serta keanekaragaman seni dan budaya, dari setiap penggunaan sarana wisata tersebut dikenakan pajak kepada para penggunanya. Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang melakukan kegiatan pariwisata ini maka semakin besar pendapatan bagi sektor pajak. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel yaitu : Pasal 4 : 1. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang commit to user sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas ruang pertemuan, olahraga dan hiburan. 2. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. 3. Tidak termasuk Objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah : 4. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. a. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya. b. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan. c. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti social lainnya yang sejenis, dan d. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Pasal 5 : 1. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel. 2. Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel. commit to user 3. Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan penetapan tarif pajak hotel, sesuai Peraturan Daerah untuk Pajak Hotel Nomor 4 Tahun 2011, dimana pengenaan pajak masing-masing yaitu 10 setiap bulan, dari penerimaan, penyelenggaraan, pengusaha hotel. Namun besar kecilnya penerimaan pajak daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yang menjadi hambatan dalam sistem pemungutan kas Pajak Hotel yaitu sikap Wajib Pajak yang ditunjukkan oleh tingkat kepatuhan Wajib Pajak, sistem perpajakan yang ditunjukkan dengan penerapan Undang-Undang Pajak dan aparat pelaksana yang ditunjukkan dengan pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak.. Berdasar latar belakang diatas, dalam hal ini penulis ingin meneliti bagaimanakah hambatan dalam proses pemungutan pajak hotel dan apa saja upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kota Surakarta DPPKA sehubungan dengan masalah itu. Serta menuangkannya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul : “HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA”. C. PERUMUSAN MASALAH Penerimaan pendapatan dari sektor pajak hotel merupakan potensi pendapatan yang terbesar bagi Kota Surakarta. Dalam hal ini, keefektifan sistem pemungutan kas pajak hotel sangat perlu untuk diperhatikan guna commit to user mengatasi dan menghindari kendala maupun hambatan dalam pemungutan kas pajak hotel di Kota Surakarta. Untuk itu, dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, antara lain tentang : 1. Apa saja jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan kas Pajak Hotel yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta ? 2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam sistem pemungutan kas Pajak Hotel oleh DPPKA Kota Surakarta dan pembayaran Kas Pajak Hotel oleh Wajib Pajak Hotel? 3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam sistem pemungutan kas Pajak Hotel di DPPKA Kota Surakarta ? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan kas pajak hotel yang dilaksanakan oleh DPPKA Kota Surakarta, 2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi oleh DPPKA Kota Surakarta dalam pemungutan pajak hotel dari Wajib Pajak Hotel sehingga ditemukan solusi maupun upaya dalam mengatasi hambatan tersebut dengan tetap memperhatikan standar dan pedoman yang telah ditetapkan. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta : Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam mengatasi kendala maupun hambatan terkait implementasi sistem pemungutan kas pajak hotel sebagai otonom daerah di Kota Surakarta. commit to user 2. Bagi Penulis : a. Menambah wawasan Penulis tentang perpajakan b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan tentang Akuntansi Sektor Publik dan Sistem Informasi Akuntansi dalam konsep Pemerintah Daerah. 3. Bagi Pembaca Pihak lain : Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. commit to user 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pajak

Ilyas dalam Suhendi 2008:33 menjelaskan bahwa penerimaan pemerintah yang digunakan dalam membiayai pembangunan berasal dari beberapa sumber yang dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak salah satunya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri dan penerimaan dari badan usaha milik pemerintah sedangkan sumber penerimaan yang lainnya adalah berasal dari pajak. Masalah pajak adalah masalah masyarakat dan Negara. Dengan demikian setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti dan harus berurusan dengan pajak baik mengenai pengertiannya, kegunaan dan manfaat serta mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan yang besar bagi Negara dan juga merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang termasuk penting untuk membiayai pembiayaan umum pemerintah dan segala kegiatan kenegaraan, dimana dana adalah merupakan penggerak segala kegiatan dan aktivitas yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Salah satu sumber pendapatan daerah di Kota Surakarta yang memberikan andil besar commit to user dibanding pendapatan daerah lainnya yaitu pemungutan pajak hotel yang berada di wilayah Kota Surakarta. Sebelum Penulis membahas tentang uraian hambatan sistem penerimaan kas pajak hotel, terlebih dahulu Penulis uraikan beberapa pengertian tentang pajak menurut ahli di bidang ekonomi, antara lain sebagai berikut. a. Menurut Soemitro dalam Mardiasmo 2006;1, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. b. Menurut Soemahamidjaja dalam Suandy 2005;10, pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. c. Menurut Smeets dalam Suandy 2005;10, pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontrapestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual: maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. d. Menurut Djajadiningrat dalam Munawir 2003:1.pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara commit to user disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesehjahteraan umum. e. Menurut Adriani dalam Resmi 2003;2, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. f. Menurut Fieldmann dalam Resmi 2003;1 pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. g. Menurut Prakoso dalam Rahmanto 2007;22 pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. h. Menurut Resmi dalam Resmi 2003;.2. mengatakan pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah commit to user berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi pengeluaran- pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment . i. Menurut Djajadiningrat dalam Tjahjono dan Husein 2005;2 pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum, j. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989;636 pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada Negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan harga beli barang dan sebagainya. Penulis menemukan ada dua hal yang penting yaitu pertama iuran yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang mau tidak mau harus dibayar oleh rakyat yang dikenakan membayar kewajiban tersebut. Seandainya rakyat atau badan hukum yang oleh pemerintah dikenakan kewajiban membayar iuran tersebut lazim disebut wajib pajak tidak melaksanakan pembayaran tersebut, maka wajib pajak yang bersangkutan dapat dikenakan tindakan hukum oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang atau dengan commit to user perkataan lain wajib pajak tersebut dapat dipaksakan oleh pemerintah untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menggunakan Surat Paksa dan Sita. Kedua tanpa jasa timbal atau kontra prestasi atau imbalan langsung, yang dapat ditunjukan mengandung arti bahwa wajib pajak yang membayar iuran kepada Negara tidak ditunjukan secara langsung imbalan apa yang diperolehnya dari pemerintah atas pembayaran iuran tersebut. Dari berbagai definisi pajak menurut para ahli diatas, baik pengertian secara ekonomis pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah atau pengertian secara yuridis pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dapat ditarik kesimpulan tentang cirri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut. a. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah berdasarkan atas Undang-Undang serta aturan pelaksananya. b. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana sumber daya dari sektor swasta wajib pajak membayar pajak ke sektor Negara pemungut pajak administrator pajak. c. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin mauapun pembangunan. d. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan kontraprestasi individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak. commit to user e. Selain fungsi budgeter anggaran berfungsi mengisi kas Negaraanggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial fungsi mengatur.

2. Pajak menurut lembaga pemungutnya