Kerangka Teori Tipologi Konstruksi Verba Beruntun Bahasa Sikka.

dengan tipe kausatif atau resultatif. Verba Beruntun kompleks: dalam tipe ini dua atau lebih verba memiliki satu set afiks: prefiks dilekatkan pada verba pertama dan sufiks pada verba terakhir dalam seri. Verba beruntun tipe ini sangat mirip dengan komposisi. Dilihat dari makna konstruksi verba beruntun, mereka menemukan makna: gerakan, arah direction, perubahan kondisi, komitatif dan instrumen, manner kecaraan, aspek dan mood.

3. Hasil dan Pembahasan

Pendekatan tipologi bahasa merupakan pendekatan yang bertujuan mengelompokkan bahasa menurut ciri strukturalnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa bahasa-bahasa dapat diperbandingakan satu sama lainnya menurut strukturnya, dan asumsi lainnya yaitu bahwa ada perbedaan di antara bahasa-bahasa. Dengan kata lain, bahasa memiliki ciri-ciri kesemestaan universal dan ciri-ciri spesifik yang membedakan satu bahasa dengan bahasa lainnya.

3.1 Tipologi Konstruksi Verba Beruntun Bahasa Sika

Konstruksi verba beruntun KVB, yang sering disebut predikat kompleks, pada dasarnya merupakan dua istilah yang secara sintaktis dan semantis tidak terlalu berbeda, karena predikat kompleks mengacu pada pengertian predikat yang secara morfologis bisa terdiri atas sebuah verba tetapi kesan semantisnya kompleks atau terdiri atas beberapa verba yang juga bermakna kompleks. Baker 1997:247 mengemukakan bahwa istilah predikat kompleks mengacu kepada setiap predikat yang kompleks secara semantis, secara sintaktis, dan secara morfologis. Itu berarti bahwa serialisasi verba merupakan bagian yang integral dari predikat kompleks. Van Staden dan Ger Reesink dalam Senft, ed., 2008:22, menekankan bahwa dalam KVB tidak ada konjungsi, penghubung, atau pemarkah “non- finite” di antara kedua verba dalam KVB, verba-verba yang diruntun dapat berdiri sendiri dalam klausa di luar KVB, verba yang beruntun membentuk predikat tunggal dalam klausa tunggal, dan verba yang beruntun memiliki ciri berbagi argumen. Secara morfosintaktis, Van Staden dan Ger Reesink membedakan KVB ke dalam empat, kelompok yaitu: KVB independen, KVB dependen, KVB ko-dependen, dan KVB kompleks. KVB Independent: dalam KVB ini semua verba dalam konstruksi memiliki infleksi secara morfologis, seperti yang dimiliki verba tunggal dalam klausa sederhana seperti terlihat dalam klausa bahasa KVB terikat: verba beruntun ini didefinisikan sebagai konstruksi yang hanya salah satu verbanya yang diinfleksikan, sedangkan yang lainnya dalam bentuk tanpa afiks. KVB ko-dependen: verba beruntun ini memiliki ciri berbagi argumen dan bagian konstruksi saling tergantung. Objek klausa pertama merupakan subjek dari klausa kedua secara skematis konstruksi ko-dependen dapat dideskripsikan seperti berikut: NP V NP obj=su V NP Van Staden menyebutkan bahwa pada bahasa-bahasa Nusantara Timur, konstruksi ko- dependen melibatkan verba berinfleksi penuh. Sebagai contoh perhatikan dari bahasa Taba berikut ini. 3-1 N=babas welik n=mot do 3SG=bite pig 3SG=die REAL ‘It bit the pig dead.’ Bowden 2001a:311 dalam Senft, ed. :25. KVB kompleks: dalam tipe ini dua atau lebih verba memiliki satu set afiks: prefiks dilekatkan pada verba pertama dan sufiks pada verba terakhir dalam seri. VB tipe ini sangat mirip dengan komposisi. Sebagai contoh, perhatikan dari bahasa Inanwatan yang dikutip dari Van Stadent Senft, ed., 2008:27 berikut ini. 3-2 Me-de-wo-re 3:SU-go:across-come-PAST ‘They came across’. Dilihat dari makna konstruksi verba beruntun, Van Staden menemukan makna: gerak motion, arah direction, perubahan kondisi, komitatif dan instrumen, kecaraan manner, aspek dan modus.

3.2 Ciri Morfosintaktis KVB Bahasa Sikka

Durie 1997: 291, Kroeger 2004: 229-230, dan Senft 2008: 2 —12 secara lintas bahasa dan dengan jelas mengemukakan beberapa karakteristik sebagai pembeda antara KVB dengan verba biasa atau konstruksi lainnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.