KVB Independent: dalam KVB ini semua verba dalam konstruksi memiliki infleksi secara morfologis, seperti yang dimiliki verba tunggal dalam klausa sederhana seperti terlihat
dalam klausa bahasa KVB terikat: verba beruntun ini didefinisikan sebagai konstruksi yang hanya salah satu
verbanya yang diinfleksikan, sedangkan yang lainnya dalam bentuk tanpa afiks. KVB ko-dependen: verba beruntun ini memiliki ciri berbagi argumen dan bagian
konstruksi saling tergantung. Objek klausa pertama merupakan subjek dari klausa kedua secara skematis konstruksi ko-dependen dapat dideskripsikan seperti berikut:
NP V NP obj=su V NP Van Staden menyebutkan bahwa pada bahasa-bahasa Nusantara Timur, konstruksi ko-
dependen melibatkan verba berinfleksi penuh. Sebagai contoh perhatikan dari bahasa Taba berikut ini.
3-1 N=babas
welik n=mot
do 3SG=bite
pig 3SG=die
REAL ‘It bit the pig dead.’ Bowden 2001a:311 dalam Senft, ed. :25.
KVB kompleks: dalam tipe ini dua atau lebih verba memiliki satu set afiks: prefiks dilekatkan pada verba pertama dan sufiks pada verba terakhir dalam seri. VB tipe ini sangat
mirip dengan komposisi. Sebagai contoh, perhatikan dari bahasa Inanwatan yang dikutip dari Van Stadent Senft, ed., 2008:27 berikut ini.
3-2 Me-de-wo-re
3:SU-go:across-come-PAST ‘They came across’.
Dilihat dari makna konstruksi verba beruntun, Van Staden menemukan makna: gerak motion, arah direction, perubahan kondisi, komitatif dan instrumen, kecaraan manner,
aspek dan modus.
3.2 Ciri Morfosintaktis KVB Bahasa Sikka
Durie 1997: 291, Kroeger 2004: 229-230, dan Senft 2008: 2 —12 secara lintas
bahasa dan dengan jelas mengemukakan beberapa karakteristik sebagai pembeda antara KVB dengan verba biasa atau konstruksi lainnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1 KVB dikonsepsikan dan dideskripsikan sebagai suatu peristiwa tunggal.
2 KVB beroperasi bersama-sama dengan unsur-unsur gramatikal lainnya, seperti kala, modus,
aspek, dan polaritas. 3
KVB memiliki intonasi tunggal tanpa dipisahkan oleh jeda. 4
KVB sekurang-kurangnya memerlukan sebuah argumen dan kemungkinan bisa lebih dari satu argumen.
5 Sebuah KVB tidak boleh mengandung dua FN frasa nominal yang mengacu pada argumen
yang sama. 6
KVB tidak boleh dipisahkan oleh konjungsi baik koordinatif maupun subordinatif. 7
KVB harus sama-sama merupakan verba beruntun tidak ada yang berstatus sebagai verba bantu.
8 KVB hanya membutuhkan sebuah subjek.
Kedelapan ciri KVB di atas dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu 1 ciri fonologis didukung oleh ciri no.3; 2 ciri sintaksis didukung oleh ciri 2, 4
—8; dan 3 ciri semantik atau konseptual didukung oleh ciri 1. Ketiga karakteristik KVBBS diuraikan berikut ini.
3.3 Karakterinstik Fonologis Konstruksi Verba Beruntun Bahasa Sikka
Seperti apa yang diuraikan di atas bahwa karakteristik fonologis KVB memiliki intonasi tunggal tanpa dipisahkan oleh jeda. KVB BS dapat dikatakan menunjukkan satu intonasi seperti
intonasi pada klausa tunggal, tidak ada jeda antara klausa yang satu dengan yang lainnya. Hal ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Aikhenvald dan Dixon dan linguis lainnya yang
menyatakan bahwa konstruksi verba beruntun memiliki ciri intonasi klausa berverba tunggal dan bukan intonasi serentetan klausa. Dijelaskan pula bahwa pada banyak bahasa batasan klausa
ditandai dengan pemisahan intonasi atau jeda sedangkan pada KVB tidak ada penanda jeda di antara verba-verba pembentuk KVB. Hal itu dapat dilihat pada data berikut yang dibuktikan
dengan menggunakan speach analyzer dan spektogram.