Laju Perubahan Alih Fungsi Lahan dan Sawah di Provinsi Sumatera

Utara seluas 100 ha. Dari lahan yang sudah dikembangkan itu, rata-rata produksi yang diperoleh mencapai tiga ton per hektare untuk gabah kering panen GKP Badan Pusat Statistik, 2008.

2.1.2. Laju Perubahan Alih Fungsi Lahan dan Sawah di Provinsi Sumatera

iUtara Lestari 2009 mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahanpenyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Semula fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi, palawija, atau hortikultura. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-lahan produktif pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jalan tol, permukiman, perkantoran, dan lain sebagainya. Jika dalam setahun alih fungsi lahan terdata sekitar 4.000 hektar, dalam 5 tahun ke depan lahan produktif yang beralih fungsi mencapai 20.000 hektar Winoto, 2005. Secara empiris menurut Winoto 2005, lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh : Universitas Sumatera Utara 1. Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi. 2. Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan. 3. Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari padda wilayah lahan kering. 4. Pembangunan sarana dan prasarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar. Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras. Saat ini keberadaan tanah-tanah sawah subur beririgasi terancam oleh gencarnya pembangunan kawasan industri dan perluasan kota perumahan sehingga luas tanah sawah semakin berkurang karena di konversikan untuk penggunaan nonpertanian. Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat dalam zona iklim dengan rejim temperatur yang sesuai untuk menanam padi paling tidak satu kali setahun Winoto, 2005. Pertumbuhan sektor industri, jasa, dan properti, pada umumnya telah memberikan tekanan pada sektor pertanian, terutama tanah sawah. Konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang perluasan areal pertanian Universitas Sumatera Utara sudah sangat terbatas, sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor industri, jasa, dan properti cenderung semakin meningkat. Sehingga perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat di hindarkan lagi Ilham,dkk, 2003. Perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah yang menetapkan wilayah pemukiman dan industri sehingga lahan untuk sektor pertanian telah beralih fungsi mengikutu tata ruang wilayah tersebut. Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas Ilham,dkk, 2003. Konversi lahan sawah sulit dicegah selama kebijakan pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Namun demikian konversi lahan akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ketahanan pangan, lingkungan, kesempatan kerja, dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah konversi lahan seyogianya lebih diarahkan untuk meminimalkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan. Sampai batas tertentu konversi lahan dapat dilakukan selama dampak negatif yang ditimbulkan dapat ditekan dan dinetralisir Ilham,dkk, 2003. Dengan melihat tingginya laju konversi lahan maka untuk mempertahankan luas sawah. Indonesia harus mencetak mencetak lahan baru untuk menutupi lahan sawah yang telah beralih fungsi. Apabila tidak di lahukan maka Indonesia akan Universitas Sumatera Utara mengalami kerisis pangan hal ini akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masayarakat Anonimous, 2009. Krisis ekonomi berakibat tingginya angka pengangguran menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat. Kedaan itu memicu terjadinya konversi lahan sawah. Karena sebagian masyarakat yang hanya memiliki berupa lahan sawah akan menjual lahannya untuk kebutuhan hidup kepada petani kaya,investor bahkan para spekulan. Apabila pemanfaatan lahan pertanian tersebut tidak mengarah pada sektor pertanian juga maka bedampak buruk pada produksi pertanian itu sendiri Jamal, 2000. Tipe penggunaan lahan menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua macam yaitu multiple dan compound. Multiple terdiri lebih dari satu jenis penggunaan komoditas yang diusahakan secara serentak pada suatu areal yang sama dari sebidang lahan. Setiap penggunaan memerlukan masukan dan kebutuhan, serta memberikan hasil tersendiri. Sebagai contoh kelapa ditanam secara bersamaan dengan kakao atau kopi di areal yang sama pada sebidang lahan. Demikian juga yang umum dilakukan secara diversifikasi antara tanaman cengkih dengan vanili atau pisang. Compound terdiri lebih dari satu jenis penggunaan komoditas yang diusahakan pada areal-areal dari sebidang lahan yang untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal. Perbedaan jenis penggunaan bisa terjadi pada suatu sekuen atau urutan waktu, dalam hal ini ditanam secara rotasi atau secara serentak, tetapi pada areal yang berbeda pada sebidang lahan yang dikelola dalam unit organisasi yang sama. Sebagai contoh suatu perkebunan besar sebagian areal secara terpisah satu blokpetak digunakan untuk tanaman karet, dan blokpetak Universitas Sumatera Utara lainnya untuk kelapa sawit. Kedua komoditas ini dikelola oleh suatu perusahaan yang sama Jamal, 2000. Alih fungsi lahan yang paling memprihatinkan terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Bali. Beberapa daerah yang disebutkan ini memiliki lahan yang cukup produktif, tetapi seringkali terjadi alih fungsi. di Sumatera dan Kalimantan. Umumnya terjadi alih fungsi dari lahan sawah ke lahan kelapa sawit. Selain itu, di banyak tempat di Indonesia lahan sawah produktif sudah beralih fungsi menjadi perumahan, industri, pariwisata maupun untuk tujuan lain. Sementara pencetakan sawah baru untuk mengganti lahan sawah yang hilang memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang lama karena berbagai kendala diantaraanya terbatasnya infrastruktur penunjang seperti jalan penghubung, prasarana irigasi dan transportasi Sitorus, 2010. Di Sumatera Utara, alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain berdasarkan data Sensus Pertanian Tahun 2003 menunjukkan terjadinya laju konversi lahan sawah yang sangat cepat. Pada rentang waktu tahun 2000 hingga 2002, alih fungsi lahan sawah di Sumatera Utara mencapai 563.000 hektar atau rata-rata sekitar 188.000 hektar per tahun. Lahan sawah di Sumatera Utara pada tahun 2002 seluas 7,75 juta terjadi pengurangan mencapai 7,27 selama 3 tahun atau rata-rata 2,42 per tahun. Sejak 2007-2008, laju konversi lahan pertanian di Sumatera Utara sekitar 4,2. Lahan pertanian tersebut dialihkan ke tanaman keras dan kawasan pemukiman. Luas lahan sawah berpengairan yang beralih fungsi pada tahun 2006 mencapai 280.847 hektar dan tahun 2008 mencapai 278.560 hektar. Sementara, Universitas Sumatera Utara lahan tadah hujan tak berpengairan yang sudah beralih fungsi tahun 2006 seluas 211.975 hektar dan pada tahun 2007 sebanyak 193.454 hektar Sitorus, 2010. Hal ini merupakan ancaman bagi produksi pangan baik secara nasional maupun regional, khususnya di daerah-daerah yang sangat pesat perkembangan perkotaannya di Indonesia. Kekurangan pangan sangat berpengaruh terhadap gizi buruk, kesehatan, sekaligus menurunkan kualitas sumber daya manusia. Dampak serius lain yang ditimbulkan akibat kekurangan bahan pangan adalah terganggunya stabilitas sosial politik, ekonomi dan keamanan. Ketahanan pangan harus stabil dan tetap terjaga secara berkelanjutan. Untuk menunjang ketahanan pangan yang berhubungan dengan aspek ketersediaan pangan, membutuhkan ketersediaan lahan secara berkelanjutan dalam jumlah dan mutu yang memadai Sitorus, 2010.

2.1.3. Definisi, Tujuan dan Fungsi Program Pemerintah Pusat dan Program