Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah di Daerah Penelitian Selama 8 Tahun Terakhir Kesimpulan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah di Daerah Penelitian Selama 8 Tahun Terakhir

Dari hasil penelitian yang dicantumkan dalam lampiran 2 diketahui bahwa perkembangan luas lahan dan produksi padi sawah di kecamatan Setia Janji mengalami penurunan. Luas lahan padi sawah pada tahun 2005, 2006, dan 2007 seluas 5.275.000 m 2 , pada tahun 2008,2009, dan 2010 seluas 4.800.000 m 2 , pada tahun 2011 dan 2012 seluas 4.500.000 m 2 . Dari penjelasan diatas, luas lahan padi sawah pada tahun 2005 sampai dengan 2007 adalah sama. Namun luas lahan padi sawah pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga tahun 2012. Demikian juga dengan produksi padi sawah di Kecamatan Setia Janji mengalami penurunan. Produksi padi sawah pada tahun 2005, 2006, dan 2007 sebesar 3.583 hingga 3.652 ton, sedangkan pada tahun 2008,2009, dan 2010 sebesar 2872 hingga 2899 ton. Jumlah produksi padi terus mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 2.636 ton dan 2012 2.547 ton. Dari penjelasan diatas, produksi padi sawah pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 memiliki rentang jumlah yang dekat, demikian juga dengan tahun 2008,2009, dan 2010 memiliki rentang jumlah yang sama dan juga pada tahun Universitas Sumatera Utara 2011 dan 2012. Namun adanya penurunan jumlah produksi padi yang cukup signifikan pada tahun 2007 ke 2008 dan pada tahun 2010 ke 2011. Jadi dapat disimpulkan bahwa luas lahan dan produksi padi sawah di Kecamatan Setia janji mengalami penurunan karena adanya alih fungsi lahan padi sawah.

5.2 Perkembangan Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Daerah Penelitian Selama 8 Tahun Terakhir

Dari hasil penelitian yang dicantumkan dalam lampiran 2 diketahui bahwa perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di kecamatan Setia Janji mengalami penurunan. Alih fungsi lahan padi sawah pada tahun 2005 ke tahan 2007 seluas 1.775.000 m 2 namun pada tahun 2008 hingga tahun 2012 alih fungsi terjadi seluas 300.000 m 2 . Artinya bahwa perkembangan alih fungsi lahan tersebut mengalami penurunan yang awalnya seluas 6.275.000 m 2 menjadi 4.500.000 m 2 . Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia janji mengalami penurunan pada 8 tahun terakhir. 5.3 Dampak Alih Fungsi Lahan dan Strategi Mitigasinya Terhadap Swasembada Beras di Daerah Penelitian

5.3.1 Dampak yang Paling Dominan dari Alih Fungsi Lahan Padi Sawah

Dampak yang paling dominan dari alih fungsi lahan padi sawah adalah : 1. Tingkat keamanan Tingkat keamanan didasari oleh kenyamanan yang dirasakan warga untuk dapat hidup di lingkungannya. Dengan meningkatnya kemauan masyarakat Universitas Sumatera Utara di daerah penelitian untuk menanami lahannya dengan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit dan karet akan mengakibatkan menurunnya tingkat keamanan dikarenakan suasana lingkungan menjadi lebih minim pencahayaan. 2. Alih komoditi ke perkebunan Alih komoditi perkebunan pada dasarnya berpusat kepada komoditi kelapa sawit dan karet. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diberikan mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga dan juga dalam pembudidayaannya tidak sulit. 3. Kondisi fisiktingkat kesuburan tanah Kondisi fisik ataupun tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh intesitas penggunaan lahan itu sendiri. Adanya siklus jeda dalam penanaman padi memberikan waktu istirahat kepada lahan sehingga unsur hara yang terdapat didalamnya tidak dapat habis secara signifikan. Demikian juga tingkat kesuburan berhubungan dengan curah hujan ataupun intensitas air. 4. Sistem Warisan Sistem warisan berhubungan dengan kebudayaan. Besarnya fenomena pembagian harta warisan berupa tanah orangtua kepada anak mengakibatkan lahan pertanian yang dahulu membudidayakan hanya 1 komoditi dapat menjadi beberapa komoditi tergantung dari pemiliknya. 5. Harga tanah Harga tanah yang berfluktuasi mengakibatkan kemauan masyarakat untuk menginvestasikan tanahnya. Hal ini dipengaruhi dari bagaimana kondisi Universitas Sumatera Utara lahan itu sendiri seperti jarak ke kota besar, komoditi yang sedang diusahakan di tanah tersebut, grade tanah, dll. 6. Fluktuasi harga gabah Fluktuasi harga gabah adalah laju perubahan harga gabah yang mengalami kenaikan dan penurunan. Meningkatnya harga gabah setiap tahunnya berpengaruh langsung terhadap kemauan petani untuk melakukan usaha tani padi sawah, akan tetapi peningkatan harga gabah tidak sesuai dengan harapan para petani tersebut. 7. Kapasitas pasokan air Kebutuhan usaha tani padi sawah akan air sangat tinggi. Akan tetapi debit air yang dibutuhkan memiliki ukuran yang tertentu, artinya debit air tidak menyebabkan lahan padi sawah menjadi banjir ataupun kekeringan. 8. Permintaankebutuhan beras Asahan Permintaankebutuhan beras Asahan pada tahun 2012 mengalami kekurangan. Hal ini mengakibatkan Kabupaten Asahan mengimport beras dari Kabupaten tetangga. 9. Permintaankebutuhan beras Sumatera Utara Permintaankebutuhan beras Sumatera Utara pada tahun 2007 masih dapat dipenuhi salah satunya dari Kabupaten Asahan dikarenakan belum adanya pemekaran Kabupaten Batu Bara Kabupaten Asahan salah satu lumbung padi Sumatera Utara. 10. Peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll Universitas Sumatera Utara Peranan Pemerintah dalam pemberian bantuan sangat berpengaruh nyata dalam usaha tani padi sawah. Seperti halnya pemberian hand tracktor, subsidi pupuk, bantuan obat-obatan insektisida, pestisida, dll dan bibit gratis. Hingga tahun 2012 bibit padi sawah masih diberikan secara gratis oleh pemerintah namun adanya wacana bahwasannya mulai dari tahun 2013 bibit padi sawah hanya disubsidi 25 oleh pemerintah. Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dapat dilihat dampak – dampak internal kekuatan dan kelemahan dan dampak – dampak eksternal peluang dan ancaman yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan yang disajikan pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan Dampak – Dampak Parameter Dampak Internal • Kekuatan 1. Alih komoditi ke perkebunan 2. Harga tanah • Kelemahan 1. Tingkat keamanan 2. Kondisi fisiktingkat kesuburan tanah 3. Sistem Warisan Dampak Eksternal • Peluang

1. Kapasitas pasokan air

2. Peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll • Ancaman 1. Fluktuasi harga gabah 2. Permintaankebutuhan beras Asahan 3. Permintaankebutuhan beras Sumatera Utara Sumber : Lampiran 3 - 18 Universitas Sumatera Utara

5.3.2 Strategi Mitigasi dari Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah

Penentuan strategi mengatasi dampak alih fungsi lahan padi sawah memiliki tahapan – tahapan yaitu : 1. Identifikasi dampak internal kekuatan dan kelemahan dan dampak eksternal peluang dan ancaman Tahapan pertama adalah mengidentifikasi dampak internal kekuatan dan kelemahan dan dampak eksternal dilakukan dengan pemberian nilai skor yang terdiri dari 4 skor. Kemudian diperoleh rata – rata skor tiap faktor sehingga dapat ditentukan dampak internal yang memiliki skor 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skor 3 dan 4 menunjukkan kekuatan, sedangkan pada dampak eksternal skor 1 dan 2 menunjukkan ancaman, skor 3 dan 4 menunjukkan peluang. Oleh karena itu, dapat diperoleh dampak – dampak yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang disajikan dalam tabel 5.2 dan tabel 5.3 secara berurutan. Tabel 5.2 Penentuan Dampak – Dampak Internal Kekuatan dan Kelemahan Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan No Dampak – Dampak Internal Skor Keterangan 1. Alih komoditi ke perkebunan 3,225 Kekuatan 2. Harga tanah 3,275 Kekuatan 3. Tingkat keamanan 1,95 Kelemahan 4. Kondisi fisiktingkat kesuburan tanah 2,55 Kelemahan 5. Sistem Warisan 2,325 Kelemahan Sumber : Lampiran 3 dan 4 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dampak internal yang menjadi kekuatan lebih sedikit daripada kelemahan. Dampak internal yang menjadi kekuatan ada 2 faktor yaitu alih komoditi ke perkebunan dan harga tanah. Dampak internal yang menjadi kelemahan ada 3 faktor yaitu tingkat keamanan, kondisi fisiktingkat kesuburan tanah, dan sistem warisan. Tabel 5.3 Penentuan Dampak – Dampak Eksternal Peluang dan Ancaman Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan No Dampak – Dampak Internal Skor Keterangan 1. Kapasitas pasokan air 3,025 Peluang 2. Peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll 3,15 Peluang 3. Fluktuasi harga gabah 2,85 Ancaman 4. Permintaankebutuhan beras Asahan 2,65 Ancaman 5. Permintaankebutuhan beras Sumatera Utara 2,5 Ancaman Sumber : Lampiran 3 dan 5 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa faktor peluang lebih sedikit daripada faktor ancaman. Dampak eksternal yang menjadi peluang ada 2 yaitu kapasitas pasokanair dan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat – obatan, dll. Dampak eksternal yang menjadi ancaman ada 3 faktor yaitu fluktuasi harga gabah, permintaankebutuhan beras Asahan, dan permintaankebutuhan beras Sumatera Utara. Setelah diperoleh skor tiap dampak, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap dampak. Pembobotan dampak – dampak internal dan dampak – dampak eksternal disajikan dalam lampiran 15 dan 16 secara berurutan. Universitas Sumatera Utara Kondisi fisiktingkat kesuburan tanah memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,24. Hal ini berarti kondisi fisiktingkat kesuburan tanah merupakan dampak internal yang dianggap sangat penting dalam alih fungsi lahan. Kemudian diikuti oleh harga tanah yang memiliki bobot 0,22; sistem warisan memiliki bobot 0,19; tingkat keamanan dan alih komoditi ke perkebunan yang memiliki bobot paling kecil yaitu 0,17. Hal ini berarti tingkat keamanan dan alih komoditi ke perkebunan merupakan dampak internal yang dianggap kurang penting dalam alih fungsi lahan padi sawah. Fluktuasi harga gabah memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0.31. Hal ini berarti fluktuasi harga gabah merupakan dampak eksternal yang dianggap sangat penting dalam alih fungsi lahan padi sawah. Kemudian diikuti oleh permintaankebutuhan beras Asahan memiliki nilai bobot sebesar 0.20; kapasitas pasokan air memiliki nilai bobot sebesar 0.19 ; permintaankebutuhan beras Sumatera Utara memiliki nilai bobot sebesar 0.16; peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat-obatan, dll memiliki nilai bobot sebesar 0.14. Hal ini berarti peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat-obat, dll merupakan dampak eksternal yang dianggap kurang penting dalam alih fungsi lahan padi sawah. Selanjutnya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada dampak internal yang bertujuan untuk memperoleh hasil skor terbobot. Perkalian antara bobot dan skor pada dampak internal dalam alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan disajikan pada lampiran 17. Universitas Sumatera Utara Hasil pembobotan dampak internal yang paling tinggi adalah harga tanah kekuatan dan kondisi fisiktingkat kesuburan kelemahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh dari dampak internal yang paling dominan terjadi pada harga tanah. Adanya harga tanah yang mendukung perkembangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan alih fungsi lahan padi sawah. Kondisi fisiktingak kesuburan tanah merupakan salah satu dampak pendukung dalam peningkatan alih fungsi lahan. Tingkat keamanan adalah dampak terakhir yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Selanjutnya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada dampak eksternal yang bertujuan untuk memperoleh hasil skor terbobot. Perkalian antara bobot dan skor pada dampak ekstenal dalam alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan disajikan dalam lampiran 18. Hasil pembobotan dampak eksternal yang paling tinggi adalah kapasitas pasokan air peluang dan fluktuasi harga gabah ancaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh dampak eksternal yang paling dominan adalah kapasitas pasokan air untuk melakukan alih fungsi lahan padi sawah. Dampak peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat-obat, dll merupakan peluang yang dapat diraih. Namun, fluktuasi harga gabah merupakan ancaman terbesar yang harus diatasi lebih awal karena sangat mempengaruhi perkembangan alih fungsi lahan. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya dilakukan penggabungan antara dampak strategis internal dan dampak strategis eksternal yang disajikan pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Gabungan Matriks Evaluasi Dampak Strategis Internal dan Eksternal Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji Dampak - Dampak Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor KEKUATAN 1. Alih komoditi ke perkebunan 0,17 3,225 0,54 2. Harga tanah 0,22 3,275 0,72 Total Skor Kekuatan 0,39 6,5 1,26 KELEMAHAN 1. Tingkat keamanan 0,17 1,95 0,33 2. Kondisi fisiktingkat kesuburan 0,24 2,55 0,61 3. Sistem Warisan 0,19 2,325 0,44 Total Skor Kelemahan 0,6 6,825 1,38 Selisih Kekuatan – Kelemahan - 0,12 Dampak - Dampak Strategis Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor PELUANG

1. Kapasitas pasokan air

0,19 3,025 0,57 2. Peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll 0,14 3,15 0,44 Total Skor Peluang 0,33 6,175 1,01 ANCAMAN 1. Fluktuasi harga gabah 0,31 2,85 0,88 2. Permintaankebutuhan beras Asahan 0,20 2,65 0,53 3. Permintaankebutuhan beras Sumatera Utara 0,16 2,5 0,4 Total Skor Ancaman 0,67 8 1,81 Selisih Peluang – Ancaman -0,8 Sumber : Lampiran 17 dan 18 dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa selisih dampak internal kekuatan - kelemahan sebesar -0.12, artinya pengaruh kelemahan lebih besar Universitas Sumatera Utara dibandingkan pengaruh kekuatan pada alih fungsi padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Dan selisih faktor eksternal peluang - ancaman sebesar -0.8, artinya pengaruh ancaman lebih besar dibandingkan pengaruh peluang pada alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi dampak internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi mengatasi alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan tersebut. Posisi strategi mengatasi di analisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat x, y. nilai x diperoleh dari selisih dampak internal dan nilai y diperoleh dari selisih dampah eksternal. Posisi titik koordinatnya dapat dilihat dalam koordinat Cartesius pada gambar 5.1. Gambar 5.1 Matriks Posisi Strategi Mitigasi Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji Dampak Eksternal D a m p a k I n t e r n a l Kuadran III Strategi Turn - Around Kuadran I Strategi Agresif Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran II Strategi Diversifikasi Y + Y - X + X - -0,12,-0,8 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1 menunjukkan nilai x 0 yaitu - 0.12 dan nilai y 0 yaitu - 0.8. hal ini berarti posisi strategi mengatasi alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan berada pada kuadran IV yang menandakan perkembangan alih fungsi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Difensif, artinya meningkatnya keinginan petani padi sawah dalam mengalihfungsikan lahannya sehingga sangat diharapkan untuk terus melakukan penyuluhan berupa pembelajaranpembekalan pentingnya lahan padi sawah. 2. Penentuan Alternatif Strategi Mitigasi Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji Tahapan kedua adalah penentuan alternatif strategi mitigasi dampak alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Strategi mengatasi alih fungsi lahan dilakukan dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan matriks SWOT yang ada, maka dapat disusun empat strategi utama, yaitu Strenghts-Oppurtunities SO, Weaknesses- Oppurtunities WO, Strenghts-Threats ST, dan Weaknesses-Threats WT. penentuan alternatif strategi mengatasi alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan, disajikan dalam tabel 5.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 Penentuan Alternatif Strategi Mitigasi Dampak Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji IFAS EFAS KekuatanStrengths S 1. Alih komoditi ke perkebunan 2. Harga tanah KelemahanWeakness W 1. Tingkat keamanan 2. Kondisi fisiktingkat kesuburan 3. Sistem Warisan Peluang Opportunities O

1. Kapasitas pasokan air

2. Peranan pemerintah

dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll 1. Mengurangi alih komoditi ke perkebunan dengan menjaga kapasitas pasokan air S1,O1 Strategi SO 2. Mengurangi alih komoditi ke perkebunan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat – obatan,dll S1,O1 3. Menjaga harga tanah tetap stabil dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, pengetahuan,dll S2,O2 1. Menjaga tingkat keamanan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll W1,O2 Strategi WO 2. Meningkatkan kondisi fisiktingkat kesuburan dengan menjaga kapasitas pasokan air dan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit,pupuk,obat- obatan,dll W2,S2 3. Memberikan pengajaran atas pemanfaatan lahan dari system pembagian warisan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan penyuluhan dan pendidikan W3,S2 AncamanThreats T 1. Fluktuasi harga gabah 2. Permintaankebutuhan beras Asahan

3. Permintaankebutuhan

beras Sumatera Utara 1. Menjaga dan menetapkan batasan dalam penentuan harga tanah untuk mengurangi fluktuasi harga gabah S2,T1. Strategi ST 2. Mengurangi dan memantau alih fungsi lahan padi ke perkebunan untuk menjaga tidak terjadinya kekurangan akan kebutuhan beras di Asahan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. S1,T2,T3 1. Meningkatkan keamanan dan kondisi fisiktingkat kesuburan agar tidak terjadi alih fungsi yang menyebabkan fluktuasi harga gabah W1,W2,T1 Strategi WT 2. Memberikan pengetahuan akan pemanfaatan tanah warisan agar tidak terjadinya alih fungsi secara besar – besaran guna menjaga tidak terjadinya kekurangan akan kebutuhan beras di Asahan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. W3,T2,T3 Sumber : Lampiran 2 - 18 Universitas Sumatera Utara 3. Evaluasi Strategi Mengatasi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan 1. Mengurangi alih komoditi ke perkebunan dengan menjaga kapasitas pasokan air S1,O1. Strategi SO 2. Mengurangi alih komoditi ke perkebunan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat – obatan,dll S1,O1.

3. Menjaga harga tanah tetap stabil dengan meningkatkan peranan pemerintah

dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, pengetahuan,dll S2,O2. 1. Menjaga tingkat keamanan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat - obatan, dll W1,O2 Strategi WO 2. Meningkatkan kondisi fisiktingkat kesuburan dengan menjaga kapasitas pasokan air dan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit,pupuk,obat-obatan,dll W2,S2 3. Memberikan pengajaran atas pemanfaatan lahan dari system pembagian warisan dengan meningkatkan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan penyuluhan dan pendidikan W3,S2 Universitas Sumatera Utara 1. Menjaga dan menetapkan batasan dalam penentuan harga tanah untuk mengurangi fluktuasi harga gabah S2,T1. Strategi ST 2. Mengurangi dan memantau alih fungsi lahan padi ke perkebunan untuk menjaga tidak terjadinya kekurangan akan kebutuhan beras di Asahan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. S1,T2,T3 1. Meningkatkan keamanan dan kondisi fisiktingkat kesuburan agar tidak terjadi alih fungsi yang menyebabkan fluktuasi harga gabah W1,W2,T1 Strategi WT 2. Memberikan pengetahuan akan pemanfaatan tanah warisan agar tidak terjadinya alih fungsi secara besar – besaran guna menjaga tidak terjadinya kekurangan akan kebutuhan beras di Asahan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. W3,T2,T3

5.4 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Setia Janji Kabupaten Asahan

Alih fungsi lahan di daerah penelitian dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain pertumbuhan pembangunan sarana transportasi jalan, pertumbuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman, perubahan lahan perkebunan kelapa sawit, dan pertumbuhan kepadatan penduduk Pakpahan, 2005. Hasil-hasil analisis faktor-faktor yang memperngaruhi alih fungsi lahan di daerah penelitian dapat dilihat sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah Penduga Koefisien Regresi Sig T Sig F Tolerence VIF Konstanta 7,840x10 7 0,179 Panjang Sarana Transportasi -1457,307 0,535 0,319 3,135 Lahan Industri 82146,328 0,861 0,174 5,761 Lahan Pemkiman 12,828 0,429 0,132 7,568 Lahan Perkebunan -0,297 0,443 0,122 8,190 Kepadatan Penduduk -6,138x10 9 0,450 0,166 6,016 R 2 0,839 0,355 R = 0,916 F-Hitung = 2,083 F-Tabel = 19,3 T-Tabel = 4,303 Durbin-Watson = 3,043 Sumber : Lampiran 20 Model yang diperoleh dari hasil regresi di atas adalah : Y = 7,840x10 7 - 1457,307 X 1 + 82146,328 X 2 + 12,828 X 3 - 0,297 X 4 - 6,138x10 9 X 5 + ɛ Dengan nilai koefisien determinasi R 2 yang diperoleh adalah sebesar 0,839. Keterangan : Y = Alih Fungsi m 2 A = Nilai konstanta b1 sd b5 = Koefisien Regresi X 1 = Pertumbuhan Pembangunan Sarana Trasnportasi m 2 X 2 = Pertumbuhan Lahan untuk Industri m 2 X 3 = Pertumbuhan Sarana Pemukiman m 2 X 4 = Pertumbuhan Lahan Perkebunan m 2 X 5 = Pertumbuhan Kepadatan Penduduk orangm 2 ɛ = Kesalahan Pengganggu error Universitas Sumatera Utara

5.4.1 Interpretasi Model

Dari model regresi linier berganda di atas dapat diketahui bahwa nilai Y Alih Fungsi dapat dijelaskan dari nilai X 1 Pertumbuhan Pembangunan Sarana Trasnportasi, X 2 Pertumbuhan Lahan untuk Industri, X 3 Pertumbuhan Sarana Pemukiman, X 4 Pertumbuhan Lahan PerkebunanKelapa Sawit dan X 5 Pertumbuhan Kepadatan Penduduk. Koefisien pertumbuhan pembangunan sarana transportasi bernilai negatif yaitu sebesar -1457,307 angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan sarana transportasi jalan sebesar 1, maka akan terjadi penurunan alih fungsi lahan sebesar 14,57. Hal ini dikarenakan pertumbuhan sarana transportasi tidak memerlukan lahan yang cukup banyak. Nilai koefisien pertumbuhan lahan untuk industri mempunyai nilai positif sebesar 82146,328. Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan lahan untuk industri sebesar 1, akan menyebabkan pengalihan fungsi lahan meningkat sebesar 82,14. Hal ini menyatakan bahwa meningkatnya pengalihan fungsi lahan sangat dipengaruhi oleh perkembangan industri, dikarenakan di daerah penellitian yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang cukup luas tetapi tidak cukup akan lahan industri yang mendukungnya. Nilai koefisien pertumbuhan sarana pemukiman bernilai positif yaitu sebesar 12,828. Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan lahan pemukiman sebesar 1, maka akan menyebabkan pengalihan fungsi lahan sebesar 12,83 hal ini menyatakan bahwa meningkatnya pengalihan fungsi lahan dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara pertumbuhan lahan pemukiman, dikarenakan cukup meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di daerah penelitian yang berbanding lurus dengan kebutuhan akan pemukiman. Nilai koefisien pertumbuhan lahan perkebunankelapa sawit bernilai negatif yaitu sebesar -0,297. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan luas lahan perkebunankelapa sawit sebesar 1, maka akan terjadi penurunan alih fungsi lahan sebesar 0,3. Lahan perkebunan di daerah penelitian memiliki ±65 dari total luas kecamatan Setia Janji, maka dari itu pertumbuhan lahan perkebunankelapa sawit tidak akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dikarenakan adanya komoditi perkebunan selain kelapa sawit yang menjadi primadona di daerah tersebut yaitu karet. Nilai koefisien pertumbuhan kepadatan penduduk memiliki nilai negatif sebesar - 6,13. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi pertumbuhan kepadatan penduduk sebesar 1, maka akan terjadi penurunan alih fungsi lahan sebesar 6,13. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Kecamatan Setia Janji masih sedikit.

5.4.2 Uji Keseuaian Model

1. Analisis koefisien determinasi R 2 Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,839 lampiran 20. Hal ini menunujukkan bahwa 83,9 variasi variabel pertumbuhan pembangunan sarana trasnportasi, pertumbuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman, pertumbuhan Universitas Sumatera Utara lahan perkebunankelapa sawit, pertumbuhan kepadatan penduduk dapat menjelaskan perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Kemudian sisanya 16,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. 2. Uji – F Uji SimultanSerempak Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai signifikan F sebesar 0,355 yaitu lebih besar d ibandingkan dengan α sebesar 0,05 5 dengan demikian H diterima H 1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh nyata terhadap perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di daerah penelitian. 3. Uji – T Uji Parsial a. Pertumbuhan Pembangunan Sarana Transportasi X 1 Secara parsial ternyata variabel pertumbuhan pembangunan sarana transportasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah di daerah penelitian dikarenakan nilai Thitung - 0,743 lebih kecil dibandingakan dengan nilai Ttabel 4,303 pada taraf kepercayaan α = 0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan pembangunan sarana transportasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah. b. Pertumbuhan Pembangunan Lahan untuk Industri X 2 Untuk variabel pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, nilai Thitung 0,198 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ttabel 4,303 pada taraf kepercayaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan Universitas Sumatera Utara pembangunan lahan untuk industri tersebut tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan pembangunan lahan untuk industri secara parsial berpengaruh nyata terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah. Tidak nyatanya pengaruh tersebut dimungkinkan karena besarnya modal yang dibutuhkan untuk membangun suatu bangunan perindustrian yang cukup besar. c. Pertumbuhan Sarana Pemukiman X 3 Untuk variabel pertumbuhan sarana pemukiman, nilai Thitung 0,983 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ttabel 4,303 pada taraf kepercayaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan sarana pemukiman tersebut tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan sarana pemukiman benrpengaruh nyata secara parsial terhadap pengalihan fungsi padi sawah. Tidak nyatanya pengaruh tersebut dimungkinkan karena selain modal untuk mendirikan rumah cukup besar, kondisi jalan di daerah penelitian cukup mengkhawatirkan. d. Pertumbuhan Lahan PerkebunanKelapa Sawit X 4 Untuk variabel pertumbuhan lahan perkebunankelapa sawit , nilai Thitung - 0,948 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ttabel 4,303 pada taraf kepercayaan α = 0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan lahan perkebunankelapa sawit Universitas Sumatera Utara tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah. e. Pertumbuhan Kepadatan Penduduk X 5 Untuk variabel pertumbuhan kepadatan penduduk, nilai Thitung -0.648 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ttabel 4,303 pada taraf kepercayaan α = 0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan kepadatan penduduk tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap pengalihan fungsi lahan padi sawah.

5.4.3 Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas Ada tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai Tolerance dan VIF dari masing-masing variabel seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 5.7 Output Collinearity Statistics Variabel Tolerance VIF Panjang Sarana Transportasi 0,319 3,135 Lahan Industri 0,174 5,761 Lahan Pemukiman 0,132 7,568 Lahan Perkebunan 0,122 8,190 Kepadatan Penduduk 0,166 6,016 Sumber : Lampiran 4 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas di dalam model regresi tersebut. 2. Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada lampiran 20. Universitas Sumatera Utara Dari output diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed panjang sarana transportasi 0,308, lahan industri 0,366, lahan pemukiman 0,540, lahan perkebunan 0,174, dan kepadatan penduduk 0,600 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa residual dalam model regresi tersebut sudah terdistribusi atau menyebar secara normal. Untuk lebih meyakinkan bahwa residual terdistribusi secara normal, dapat dilihat dari scatter plot berikut: Gambar 5.2 Scatter Plot Uji Normalitas Menurut Priyatno 2009, uji normalitas dengan plot memiliki kriteria: - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara Dari gambar plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi dengan normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 3. Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi, dapat dilihat pola titik-titik pada scatter plot dari output regresi dan disajikan sebagai berikut: Gambar 5.3 Scatter Plot Uji Heterokedastisitas Dari scatter plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka pada model regresi tersebut tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Luas lahan dan produksi padi sawah di Kecamatan Setia janji mengalami penurunan karena adanya alih fungsi lahan padi sawah pada 8 tahun terakhir. 2 Perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia janji mengalami penurunan pada 8 tahun terakhir. 3 Dampak internal yang dihasilkan oleh alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan yaitu tingkat keamanan, alih komoditi ke perkebunan, kondisi fisiktingkat kesuburan tanah, sistem warisan, dan harga tanah. Dampak eksternal yaitu fluktuasi harga gabah, kapasitas pasokan air, permintaankebutuhan beras Asahan, permintaankebutuhan beras Sumatera Utara, dan peranan pemerintah dalam pemberian bantuan bibit, pupuk, obat –obatan, dll.. Maka terdapat 10 sepuluh strategi mitigasi dari dampak alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan dimana yang terutama yaitu memberikan pengetahuan akan pemanfaatan tanah warisan agar tidak terjadinya alih fungsi secara besar – besaran guna menjaga tidak terjadinya kekurangan akan kebutuhan beras di Asahan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. 4 Nilai koefisien determinasi R 2 yang diperoleh adalah sebesar 0,839. Hal ini menunujukkan bahwa 83,9 variasi variabel X 1 , X 2 , X 3 , X 4 , dan X 5 dapat menjelaskan perkembangan alih fungsi lahan padi sawah di daerah penelitian. Kemudian sisanya 16,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan Universitas Sumatera Utara dalam model. Namun secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan padi sawah di daerah penelitian.

6.2 Saran