commit to user
20
6
Ang 1997 menyatakan bahwa
Return on Asset
adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya.
Return on Asset
diukur dari laba bersih setelah pajak
ea rning a fter ta x
terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan. ROA yang merupakan salah satu ukuran profitabilitas juga merupakan ukuran
efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan
keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk
operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi
return
yang semakin besar Puspita, 2009
d. Leverage Keuangan
Menurut Al-Malkawi 2008 struktur keuangan perusahaan terdiri dari hutang kewajiban dan pembiayaan ekuitas. Pembiayaan jangka panjang
biasanya mengacu pada struktur modal perusahaan, dan sejauh mana perusahaan bergantung pada pembiayaan hutang yang disebut
levera ge
keuangan. Selain keuntungan dari pajak pemotongan bunga
interest
atas penghasilan, penggunaan pendanaan hutang dapat menaikan
lever-up
laba pemegang saham atas ekuitas. Namun,
levera ge
mengandung risiko, yaitu, ketika sebuah perusahaan memperoleh pembiayaan hutang dan
berkomitmen untuk beban keuangan tetap diwujudkan dalam bunga
commit to user
21
6
pembayaran dan jumlah pokok, maka kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini dapat membuat perusahaan ke dalam likuidasi. Risikonya
berkaitan dengan tingginya derajat
levera ge
keuangan karena dapat mengakibatkan rendahnya pembayaran dividen karena perusahaan perlu
untuk menjaga arus kas internal mereka untuk membayar kewajiban mereka daripada mendistribusikan uang tunai untuk pemegang saham.
Selain itu, Rozeff 1982 menunjukkan bahwa, perusahaan dengan leverage keuangan tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran dividen
rendah untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan pembiayaan eksternal. Selain itu, ada juga beberapa perjanjian hutang yang berlaku
dengan pembatasan pembayaran dividen. Adanya restriksi dividen dalam perjanjian hutang mendorong terjadinya konflik tersebut. Menurut Kalay
1982, adanya pembatasan dividen yang dijumpai dalam perjanjian hutang dimaksudkan untuk mengontrol biaya agensi hutang yang timbul dari
pembayaran dividen yang mungkin didanai dari penerbitan hutang baru dan atau dari investasi yang terlebih dahulu
foregoing investment
. Sebagai salah satu konsekwensi pembatasan tersebut, pihak perusahaan terikat
dengan perjanjian tersebut. Bila perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan, jumlah investasi minimal perusahaan kemungkinan besar
dikonversi kedalam dividen yang rendah. Hasil penelitian DeAngelo dan DeAngelo 1996 menunjukan bahwa perusahaan mengurangi jumlah
dividen yang dibayarkan ketika sedang mengalami kesulitan keuangan. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan adanya pengurangan dividen
commit to user
22
6
walaupun tidak terikat dengan perjanjian hutang. Menurut Deskmukh 2005 para manajer memotong dividen ketika sedang menghadapi
kesulitan keuangan untuk menghindari kemungkinan tidak membayar di masa datang. Biaya yang terjadi akan sangat mahal bila perusahaan
meniadakan pembagian dividen. Karena para manajer lebih suka mengurangi dividen dibandingkan dengan pemutusan pembagian dividen,
perusahaan dengan tingkat kesulitan keuangan yang tinggi akan membagi dividen yang lebih rendah untuk menjaga kebijakan dividen yang stabil.
Oleh karena itu, hal yang lainnya menjadi sama, hubungan terbalik antara hutang dan pembayaran dividen tampaknya masuk akal. Beberapa
penelitian telah melaporkan hubungan negatif antara hutang dan dividen Jensen
et a l
, 1992., Agrawal Jayaraman, 1994 dan Gugler Yurtoglu, 2003.
Selanjutnya, sebagaimana didalilkan oleh Jensen 1986, hutang dapat berfungsi sebagai perangkat pengganti untuk dividen dalam mengurangi
biaya agensi dari arus kas bebas. Artinya, ketika sebuah perusahaan mendapatkan hutang, itu membuat komitmen tetap untuk kreditur, yang
mengurangi dana diskresioner yang tersedia untuk manajer dan memusatkan mereka untuk pengawasan hutang-pemasok. Ini menunjukkan
bahwa, perusahaan dengan
levera ge
tinggi diharapkan memiliki pembayaran dividen yang rendah. Seperti yang dinyatakan Sudarsi 2002,
peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban
commit to user
23
6
perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden.
Untuk menguji sejauh mana hutang dapat mempengaruhi keputusan dividen, studi ini menggunakan rasio leverage keuangan yang didefinisikan
sebagai rasio dari total hutang terhadap total aset FLEVER –
financia l levera ge ratio
. Berdasarkan pembahasan di atas, hubungan negatif diharapkan antara dividen dan
levera ge
keuangan.
e. Pertumbuhan perusahaan