commit to user
52
rata 6,8322 dan nilai standar deviasi 4,36311 dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata sehingga dapat dinyatakan variabel ROA
memiliki sebaran data tidak besar dengan minimum data – 1,41 dan maksimum 15,35. Untuk variabel
levera ge
keuangan, nilai rata-rata 0,4007 dan nilai standar deviasi 0,20805 dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari
nilai rata-rata sehingga dapat dinyatakan variabel
levera ge
memiliki sebaran data yang tidak besar dengan minimum data 0,06 dan maksimum 0,88.
Sedangkan untuk variabel pertumbuhan perusahanan PER nilai standar deviasi 11,61818 dan nilai rata-rata 13,2750. Dengan standar deviasi yang
lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran tidak terlalu besar yang ditunjukkan dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar
50,19 dan - 6,94. Dan untuk variabel kebijakan dividen DPR nilai standar deviasi 25,88004 dan nilai rata-rata 32,7578. Dengan standar deviasi yang
lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran tidak terlalu besar yang ditunjukkan dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar –
113,81 dan – 61,29.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Tahap kedua adalah uji normalitas data, hal ini penting untuk mengetahui residual berdistribusi secara normal. Untuk mengetahui data
berdistribusi secara normal digunakan uji Kolmogorov-Smirnov K-S.
commit to user
53
Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan program
SPSS 17 for Windows
dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
U
N 46
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 22.19375593
Most Extreme Differences Absolute .105
Positive .079
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .713
Asymp. Sig. 2-tailed .689
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah, 2012
Pada tabel diatas terlihat bahwa uji
Kolmogrov-Smirnov
didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,689. Hal ini berarti nilai signifikansi berada di
atas 0,05 yang mengindikasikan data tersebut berdistribusi normal. Cara lain untuk menguji normalitas data dengan teknik grafik
plot
yaitu melihat nilai residual pada model regresi yang akan di uji. Jika sampel
berasal dari sebuah populasi yang normal, titik-titik dalam plot akan jatuh di sekitar garis lurus. Jika sampel berasal dari sebuah populasi yang tidak
normal, plot akan terlihat seperti kurva. Dalam pengujian ini dilakukan dengan program
SPSS 17 for Windows
. Gambar 2 menunjukkan hasil
pengujian normalitas data.
commit to user
54
Sumber: Data diolah , 2012
Gambar 2 Hasil Pengujian Normalitas Data
Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik dalam plot jatuh di sekitar garis lurus dan tidak ada data yang menyimpang secara
ekstrim. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi jika variabel independen secara kuat berkorelasi satu sama lain. Multikolinieritas terdeteksi apabila dari
persamaan regresi didapatkan nilai adjusted R square yang tinggi sedangkan nilai tiap variabelnya rendah. Pengujiannya adalah dengan
melihat koefisien VIF. Apabila berada pada kisaran 0,1 sampai dengan 10
commit to user
55
maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengolahan data dengan program
SPSS 17 for Windows
sebagai berikut: Tabel 4
Hasil Pengujian Multikolinieritas Variabel
Nilai VIF
Insider 1,439
Capital Market 1,305
ROA 1,468
Leverage 1,155
PER 1,391
Sumber: Data diolah, 2012
Hasil olah data tersebut secara jelas menunjukkan nilai VIF dari tiap-tiap variabel berada pada posisi 0,1 sampai dengan 10 sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas pada variabel yang diteliti. Besarnya nilai VIF masing-masing variabel adalah biaya agensi
Insider
sebesar 1,439; ukuran perusahaan
Capita l Ma rket
sebesar 1,305; profitabilitas ROA sebesar 1,468; leverage keuangan sebesar 1,155; dan
pertumbuhan perusahaan PER sebesar 1,391. 3.
Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi jika pengganggu, e, berkorelasi dari waktu ke
waktu. Terjadinya korelasi karena sebuah kejadian dalam satu periode waktu mungkin mempengaruhi satu kejadian di periode waktu berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson dan
Runs Test
. Hasil pengujian Durbin Watson dengan program
SPSS 17 for Windows
dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
commit to user
56
Tabel 5 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .514
a
.265 .173
23.54003 2.266
a. Predictors: Constant, PER, Leverage, Capital Market, ROA, Insider b. Dependent Variable: DPR
Sumber: data diolah, 2012
Dari hasil diatas dapat dilihat koefisien Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 2,266, sedangkan nilai d
u
dan d
l
pada tabel DW masing-masing sebesar 1,776 dan 1,287.
Gambar 3 Gambar Grafik Durbin-Watson
Suatu data dikatakan bebas autokorelasi jika nilai dw diantara d
u
dan 4 - d
u
. Karena nilai d berada diantara 4 - d
u
dan 4 - d
l
maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut pada daerah tanpa keputusan.
Korelasi dapat terjadi karena banyak data dalam penelitian bergerak bersama-sama Chandra Wijaya, 2005. Karena data masuk ke dalam
daerah tanpa keputusan, maka perlu dilakukan pengobatan terhadap data
commit to user
57
yang akan dianalisis yaitu dengan mentransformasi model awal menjadi model
difference
: DIVPOL
t
= β
1
+ β
2
INDS
t
+ β
3
SIZE
t
+ β
4
PROF
t
+ β
5
FLEVER
t
+ Β
6
PER
t
+ µ …………………………………. Persamaan IV.1
Diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti
a utoregressive
AR1 sebagai berikut:
µ
t
= ρμ
t-1
+ ε
t
– 1
ρ 1 ………..……..…….……...Persamaan IV.2
Dengan mentransformasikan data kedalam bentuk logaritma natural, kemudian dilakukan regresi maka dapat diketahui dengan menghitung
menggunakan rumus
Theil
dan
Nagar
sebagai berikut :
………………………………………Persamaan IV.3
Jika persamaan persamaan IV.1 benar untuk waktu t, maka akan benar juga dengan waktu t-1, sehingga :
DIVPOL
t-1
= β
1
+ β
2
INDS
t-1
+ β
3
SIZE
t-1
+ β
4
PROF
t-1
+ β
5
FLEVER
t-1
+ Β
6
PER
t-1
+ µ
t-1
……………………..…………. Persamaan IV.4
Sisi kanan dan kiri persamaan dikalikan dengan ρ diperoleh persamaan
sebagai berikut : ρDIVPOL
t-1
= ρβ
1
+ ρβ
2
INDS
t-1
+ ρβ
3
SIZE
t-1
+ ρβ
4
PROF
t-1
+ ρβ
5
FLEVER
t-1
+ ρβ
6
PER
t-1
+ ρµ
t-1
……..…..…. Persamaan IV.5
commit to user
58
Dengan mengurangkan persamaan VI.1 dan VI.5 akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
DIVPOL
t
- ρDIVPOL
t-1
= β
1
1 – ρ
+ β
2
INDS
t
- ρINDS
t-1
+ β
3
SIZE
t
– ρSIZE
t-1
+ β
4
PROF
t
- ρPROF
t-1
+ β
5
FLEVER
t
- ρFLEVER
t-1
+ β
6
PER
t
- ρPER
t-1
+ ε
t
……………………..… Persamaan IV.6
Dimana ε
t
= µ
t
- ρµ
t-1
Sehingga persamaan diatas dinyatakan sebagai berikut : DIVPOL
t
= β
1
+ β
2
INDS
t
+ β
3
SIZE
t
+ β
4
PROF
t
+ β
5
FLEVER
t
+ β
6
PERt + ε
t
………………………………. Persamaan IV.7
Oleh karena residual persamaan IV.7 memenuhi asumsi OLS, maka kita dapat menggunakan OLS untuk menaksir persamaan IV.7 yaitu dengan
meregresikan dengan metode estimasi
Genera lized Lea st Squa re
GLS. Setelah itu dilakukan kembali pengujian Durbin-Watson sehingga
menghasilkan :
Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson [Revisi]
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .534
a
.285 .194
23.31152 1.809
a. Predictors: Constant, PERstar, Caparketstar, Leveragestar, INSDstar, ROAstar b. Dependent Variable: DPRstar
Dari hasil di atas dapat dilihat koefisien Durbin-Watson revisi menunjukkan angka sebesar 1,809, sedangkan nilai d
u
sebesar 1,776. Seperti disebutkan di atas bahwa suatu data dikatakan bebas autokorelasi
commit to user
59
jika nilai dw diantara d
u
dan 4 - d
u
, maka setelah pengobatan di atas nilai dw dalam penelitian ini berada diantara d
u
dan 4 - d
u
1,776 ≤ 1,809 ≤
2,224. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data bebas autokorelasi positif atau negatif.
Cara lain pengujian ada tidaknya gejala autokorelasi pada model dengan melihat nilai signifikansi pada
Runs Test
. Suatu data dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika memiliki nilai signifikansi di atas 5. Hasil
pengujian
Runs Test
setelah data ditransformasikan dengan program
SPSS 17 for Windows
dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7 Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
.36152 Cases Test Value
22 Cases = Test Value
23 Total Cases
45 Number of Runs
26 Z
.607 Asymp. Sig. 2-tailed
.544 a. Median
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi menunjukkan angka sebesar 0,544 yang berarti nilai
Runs Test
berada diatas 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi positif atau negatif.
commit to user
60
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi klasik terakhir adalah heteroskedastisitas. Asumsi dari regresi linier menyatakan bahwa pengganggu, e, dalam
persamaan regresi populasi mempunyai varians yang konstan. Salah satu cara untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji
Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variable independen. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi
tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa model yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika parameter
beta tidak signifikan secara statistik maka asumsi homoskedastisitas pada model tidak dapat ditolak. Uji Glejser dilakukan menggunakan program
SPSS 17 for Windows
, hasilnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
21.308 22.748
.937 .355
INSDstar
41.626 36.349
.207 1.145
.259
Caparketstar
-.442 1.569
-.049 -.281
.780
ROAstar
.074 .639
.021 .116
.908
Leveragestar
10.953 11.676
.152 .938
.354
PERstar
-.421 .233
-.323 -1.813
.078
a. Dependent Variable: abs
commit to user
61
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan atau nilainya di atas
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara lain pengujian heteroskedastisitas dengan melihat penyebaran data pada grafik
scatter plot
. Dalam sebuah plot residual, nilai residual seharusnya terlihat tersebar secara random, tanpa adanya pola yang
sistematik. Jika varians tidak konstan, dalam sebuah plot residual, nilai residual akan membentuk pola yang sistematik. Kejadian ini menunjukkan
adanya heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan program
SPSS 17 for Windows
.
Sumber: Data diolah, 2012 Gambar 4
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
commit to user
62
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa plot residual persamaan regresi tidak menunjukkan pola yang sistematik dan data tersebar secara
random. Dengan demikian persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
D. Uji Hipotesis