Kajian Tentang Positive Reinforcement

25 menjadi juara. Dari pernyataan tersebut kegiatan atau atau aktivitas yang menyenangkan pada anak dapat dijadikan penguat terutama penguat positif pada tindakan yang dimunculkan oleh anak. Termasuk perilaku juga dapat diberikan penguat positif berupa kegiatan yang menyenangkan pada anak. Misalnya perilaku negatif muncul diberikan penguat positif berupa kegiatan yang menyenangkan. Hal tersebut untuk meminimalisir perilaku negatif supaya tergantikan sengan perilaku yang positif.

F. Kerangka Pikir

Seperti yang telah dipaparkan dalam kajian pustaka, anak autistik terjadi akibat mengalami kerusakan pada bagian otak sehingga mempengaruhi perkembangan bahasa, interaksi sosial, dan perilaku. Sebagaimana anak autistik kelas II di Sekolah Luar Biasa Mardi Mulyo Kretek Bantul yang mengalami hambatan pada perhatiannya sehingga memerlukan penanganan yang sesuai. Hal tersebut supaya pembelajaran bagi anak dapat berjalan lancar sehingga tidak ada perilaku yang mengganggu ketika belajar. Hambatan dalam perhatian pada anak autistik tersebut dapat mengganggu pembelajaran. Dalam hal ini, anak autistik yang mengalami masalah inattention atau beralih perhatian muncul dengan bentuk beralih ke aktivitas lain, melamun, tidak mengikuti instruksi dengan memalingkan muka atau meninggalkan tempat duduk ketika pembelajaran. Inattention atau inatensivitas adalah tidak ada perhatian atau tidak menyimak Marlina,2007: 26 5. Penderita mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapinya. Perhatian anak mudah beralih dari satu kegiatan pada kegiatan yang lain. Tidak jarang dijumpai anak dengan gangguan perilaku inattention lebih memilih melakukan hobi atau minat anak daripada harus mengerjakan tugas yang diberikan. Munculnya perilaku inattention selama proses pembelajaran jika tidak dikendalikan maka akan mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk menangani perilaku inattention ialah dengan positive reinforcement. Penggunaan aktivitas melukis sebagai positive reinforcement yang digunakan untuk mengurangi perilaku inattention mengacu pada modifikasi perilaku yang diungkapkan oleh Martin dan Pear, 2015:96 yaitu mengamati individu tersebut dalam aktivitas-aktivitas kesehariannya dan mencatat aktivitas atau objek apa yang paling sering terlibat dengannya. Metode tersebut memanfaatkan dari prinsip Premack dirumuskan David Premack tahun 1959 bahwa jika peluang untuk terlibat di sebuah perilaku yang memiliki probabilitas tinggi kemunculan dibuat kontingen bagi sebuah perilaku yang memiliki probabilitas rendah kemunculan, maka perilaku yang rendah probabilitas kemunculannya tersebut akan meningkat. Aplikasinya ialah aktivitas yang diberikan pada anak autistik ialah aktivitas melukis sebagai kegiatan yang disenangi oleh anak ketika perilaku inattention muncul. Positive reinforcement diberikan ketika anak muncul perilaku inattention pada pembelajaran. Ketika pemberian positive reinforcement, aktivitas melukis