Epidemiologi Patogenesis Penyakit TB

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi

Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia, dan World Health Organization WHO memperkirakan insidensi TB akan terus meningkat. 4,5 Tahun 1995, WHO memperkirakan sedikitnya 180 juta anak usia 15 tahun terinfeksi M. tuberculosis di seluruh dunia. 6,7 Laporan WHO tahun 1998, menyebutkan bahwa satu orang terinfeksi TB setiap empat detik dan satu orang meninggal akibat infeksi TB setiap sepuluh detik. 7 Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang terabaikan selama beberapa tahun dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di negara berkembang, 8 dengan jumlah kematian lebih dari 2 juta pertahun. 9 Sepanjang dasawarsa terakhir, jumlah kasus baru TB terus meningkat di seluruh dunia, 95 kasus terjadi di negara berkembang. 1-3 Di Indonesia, berdasarkan laporan WHO tahun 2009, insidensi TB sebesar 228 per 100 000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB 39 per 100 000 penduduk atau 250 orang per hari. Di Medan, berdasarkan laporan Depkes RI tahun 2000-2010, angka penjaringan suspek TB adalah 264 per 100 000 penduduk dengan proporsi pasien TB paru positif diantara suspek TB sebesar 10.3 . 10 Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada saat ini, diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu diagnosis tidak tepat, pengobatan kurang adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, infeksi endemik HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri self treatment, meningkatnya kemiskinan, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Infeksi TB ini disebut sebagai the re-emerging disease. 2

2.2. Patogenesis Penyakit TB

Infeksi primer terjadi pada anak yang sebelumnya belum pernah terpajan dengan kuman TB. 1 Droplet yang terhirup masuk kedalam paru, karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dapat masuk sampai ke alveolus. Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98 kasus infeksi TB. Kuman TB yang masuk ke paru, pada sebahagian kasus akan dihancurkan oleh imunitas nonspesifik, namun pada sebahagian kasus lainnya, tidak dapat menghancurkan seluruh kuman TB, sehingga kuman TB ini akan berkembang biak dalam makrofag dan menyebabkan lisis makrofag dan membentuk lesi yang disebut fokus primer Ghon. 3 Melalui aliran saluran limfe, dari fokus Ghon, kuman TB akan dibawa ke kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe limfangitis dan di kelenjar limfe limfadenitis. Gabungan antara fokus primer Ghon, limfangitis dan limfadenitis dinamakan kompleks primer primary complex. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB sampai terbentuk kompleks primer disebut masa inkubasi. Masa inkubasi TB berlangsung sekitar 2-12 minggu, biasanya 4-8 minggu. Setelah kompleks primer terbentuk, saat itu imunitas seluler juga terbentuk yang ditandai oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tuberkuloprotein yaitu uji tuberkulin positif dan infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. 3 Sistem imun yang berperan penting dalam imunologi TB adalah imunitas seluler. 3 Bukti secara eksperimental menunjukkan, bahwa pertahanan anti mikobakteri adalah makrofag dan limfosit T. Sel fagosit mononuklear atau makrofag berperan sebagai efektor utama sedangkan limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Limfosit T tidak bekerja sendiri tetapi harus berinteraksi dengan sel-sel imun lainnya untuk mencapai proteksi yang optimal. Semua populasi sel T CD4, CD8, dan sel T memori berperan dalam proteksi. Sel limfosit T dapat dibagi menjadi sel T CD4 yang mengenal peptida antigenik yang dipresentasikan oleh molekul MHC kelas II dan sel T CD8 yang mengenal peptida antigenik yang dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I. 11 Berdasarkan fungsinya Sel T CD4 dibedakan menjadi 2 sub populasi yaitu sel Th1 dan Th2. Sel Th1 menghasilkan IFN, IL-2 dan limfotoksin yang berfungsi meningkatkan aktivitas mikrobisidal makrofag serta menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Sedangkan sel Th2 menghasilkan IL-4, IL-5, IL- 6 dan IL-10 yang berfungsi merangsang diferensiasi dan pertumbuhan sel B. Sel Th1 dan sel Th2 menghasilkan IL-3, GM-CSF Granulocyt Macrophage- Colony Stimulating Factor dan TNF. Baik Th1 dan Th2 berpengaruh terhadap manifestasi infeksi oleh patogen intraseluler. 11 Meskipun beberapa penelitian menitikberatkan pada fungsi sel T CD4 yang berperan sebagai antimikobakteri melalui produksi sitokin dan aktivasi makrofag, mekanisme lain dari sel T pada sistem pertahanan tubuh adalah melalui sitolisis langsung oleh makrofag dan sel fagosit yang terinfeksi M. tuberculosis. Sel T CD8 merupakan populasi sel T sitolitik yang mempunyai fungsi pertahanan terhadap patogen intraseluler. Peran sel T CD8 dapat dibuktikan dengan percobaan bahwa deplesi sel T CD8 akan memperburuk infeksi M. tuberculosis dan imunisasi BCG pada tikus, dan transfer sel CD8 yang selektif akan melindungi terhadap tuberkulosis. Berbagai studi in vitro menunjukkan bahwa sel T CD4 yang reaktif terhadap mikobakterium sangat potensial menghasilkan IFN. Namun IFN juga dihasilkan oleh sel T CD8 yang spesifik terhadap mikobakterium. 11

2.3. Faktor Risiko