Imunisasi Bacille Calmette-Guerin BCG

pengaruh BCG. 21 Pengaruh BCG secara bertahap akan semakin berkurang dengan berjalannya waktu, dan paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan, sehingga jika membaca hasil tuberkulin pada anak berusia lebih dari 5 tahun, faktor BCG dapat diabaikan. Selain itu infeksi M. atipik juga dapat mempengaruhi hasil pembacaan uji tuberkulin. 3,22 Gambar 2.2. Hasil indurasi uji Mantoux. 23 Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun imunokompromais maka cut off-point hasil positif yang digunakan adalah ≥5 mm. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau pasien yang mendapat imunosupresan jangka panjang ≥2 minggu. Pada keadaan tersebut, uji tuberkulin dapat positif sehingga pasien dengan dugaan anergi tetap dilakukan uji tuberkulin jika dicurigai TB. 3,21,24

2.6. Imunisasi Bacille Calmette-Guerin BCG

Strategi utama dalam pencegahan dan kontrol TB adalah deteksi dini dan pengobatan, terapi pencegahan, pencegahan penularan dan imunisasi BCG. 25 Vaksin BCG dikembangkan oleh Camille Calmett dan Albert Guerin sejak tahun 1906, dan pada tahun 1921 vaksin BCG yang berasal dari strain M. bovis yang dilemahkan mulai digunakan pada manusia. 26,27 Tujuan imunisasi BCG, diharapkan infeksi primer M. tuberculosis yang berbahaya diganti dengan infeksi BCG yang tidak berbahaya dan timbul aktivasi imunitas seluler terhadap M. tuberculosis. Anak yang sudah diimunisasi BCG jika terinfeksi TB alamiah maka sel limfosit T memori segera berproliferasi, berdifferensiasi, mengaktifkan makrofag dan memproduksi sitokin. Sitokin akan meningkatkan kemampuan makrofag dalam mekanisme mikrobisida dan telah dibuktikan bahwa sitokin ini mampu menghambat pertumbuhan basil, dan menghambat mobilitas makrofag yang terinfeksi sehingga tidak terjadi penyebaran infeksi secara hematogen. 3 Selama ini, lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan di seluruh dunia. Meskipun demikian, perdebatan mengenai efektivitas BCG dalam memproteksi bayianak terhadap TB masih terus berlangsung. 3 Sejak tahun 1975, telah banyak penelitian kasus kontrol yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas BCG. Daya proteksi BCG untuk mencegah meningitis TB dan TB milier pada anak 52-100, sedangkan untuk mencegah TB paru 2-80. Efek proteksi vaksin BCG pada anak maupun dewasa, tidak ditemukan lagi lima tahun setelah penyuntikan. 25 Hingga saat ini, pemberian imunisasi BCG masih menjadi bagian dari strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Satgas imunisasi IDAI merekomendasikan pemberian BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian BCG setelah usia 1 bulan lebih baik. 3 Imunisasi BCG memiliki efek proteksi terhadap penyakit TB, selain itu juga memiliki efek proteksi terhadap infeksi TB alamiah. Suatu penelitian yang dilakukan pada anak yang terpapar dengan penderita TB dewasa di Turki melaporkan, BCG dapat mencegah infeksi TB sebesar 40. Penelitian ini menggunakan uji ELISpot dalam mendeteksi infeksi TB dimana ELISpot ini spesifik untuk infeksi akibat M.tuberculosis. 26 Imunisasi BCG dapat mempengaruhi hasil uji tuberkulin, dan belum ada metode yang reliable yang dapat membedakan hasil uji tuberkulin akibat imunisasi BCG atau infeksi M. tuberculosis. Interferon- γ disebutkan memiliki spesifitas yang lebih baik dibanding uji tuberkulin untuk mendeteksi infeksi M. tuberculosis pada anak yang telah diimunisasi BCG. 3 2.7.Kerangka konseptual : yang diamati dalam penelitian Gambar 2.3. Kerangka konseptual Lingkungan : Rumah Kepadatan penghuni Ventilasi rumah Status imunologis Daya tahan tubuh M. tuberculosis Kontak dengan penderita TB dewasa BTA positif Imunisasi BCG Mycobacterium bovis yang dilemahkan Merangsang imunitas seluler APC mempresentasikan Ag melalui MHC kls I II kepada Sel T CD4 T CD8 Aktivasi makrofag “killing” sel target Differensiasi cel T CD-4 CD-8 Sekresi IFN, TNF, GM-CSF, IL-2, IL-3 oleh Th-1 IL-4, IL-5, IL-10 oleh Th-2 Uji tuberkulin positif Imunitas Seluler terbentuk INFEKSI TB Masuk kedalam tubuh Menghambat inhibisi

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain