Sprayer Tangan Sprayer Manual Sprayer mesin

2.1.7. Jenis Alat Semprot

Menurut Wudianto jenis alat semprot terbagi atas :

1. Sprayer Tangan

Hand sprayer atau alat semprot tangan adalah jenis alat semprot yang paling kecil dan sederhana. Kapasitas tangkinya tidak lebih dari 5 liter, sehingga gampang diangkat dan diarahkan pada bagian-bagian tanaman yang terkena penyakit.

2. Sprayer Manual

Tekanan yang dihasilkan berasal dari tenaga manusia dengan cara mengerakkan handel pompa. Golongan sprayer manual ada 2 jenis yaitu : a. Sprayer knap sack Tangkinya berbentuk pipih atau segi empat yang disesuaikan dengan bentuk punggung. Kapasitas tangkinya antara 10-17 liter yang cukup untuk menyemprot tanaman seluas 100-300 m 2 . Unit pompa biasanya menyatu dengan tangki. Di luar tangki terdapat selang semprot, di ujung tangki semprot terdapat nozel. b. Sprayer bertekanan udara Alat ini biasa disebut sprayer otomatis. Bagian sprayer ini hampir sama dengan knap sack sprayer yang terdiri dari tangki, selang semprot, tangki semprot dan nozel. Bedanya, tangki sprayer ini berbentuk silinder dari bahan logam, karena harus dapat menahan tekanan udara didalam tangki hingga 10 - 15 kgcm 2 . Handel pompa biasanya terdapat di bagian atas tangki dan menyatu dengan tutup tangki, sehingga gampang dilepas dan dibersihkan. Universitas Sumatera Utara

3. Sprayer mesin

Sprayer jenis ini dilengkapi mesin untuk menggerakkan pompa sebagai pengganti tenaga manusia.Sprayer mesin dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Ultra low volume sprayer ULV. Alat ini dipakai dengan cara menggendong dipunggung. Volume tangkinya sangat kecil hanya sekitar 3 -5 liter, karena alat ini dirancang untuk menyemprotkan pestisida konsentrat yang tidak dilarutkan didalam air. b. Boom sprayer Alat ini digerakkan oleh unit traktor, operatornya hanya mengemudikan dan mengontrol hasil penyemprotan. Kapasitas tangki mampu menampung 200 -1000 liter air. Unit penghasil tenaga dapat berupa motor bensin atau PTO power of take traktor. 2.1.8.Pengamanan Penggunaan Pestisida Pedoman pengamanan penggunaan pestisida yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan DepKes RI tahun 2003 untuk petani adalah sebagai berikut: 2.1.8.l. Persiapan A. Pengadaanpembelian pestisida 1. Pilihlah jenis pestisida yang sesuai dengan hama atau serangga yang akan dikendalikan . 2. Pastikan luas area yang dikendalikan. Universitas Sumatera Utara 3. Pilih bentuk formulasi pestisida dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. 4. Pilih kemasan yang terkecil yang utuh dari pestisida yang terdaftar dan isinya dapat habis dalam sekali pakai. 5. Perhatikan gambar pictogram yang tertera pada kemasan. B. Penyediaan alat 1. Alat aplikasi pestisida a. Pestisida yang berbentuk EC, WP atau SP di dalam mengaplikasikannya digunakan alat penyemprot. b. Pestisida yang berbentuk butiran dalam mengaplikasikannya tidak menggunakan alat. 2. Alat bantu pencampuran pestisida a. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur pestisida dalam bentuk cair yang akan dicampur atau timbangan untuk pestisida yang berbentuk tepung. b. Wadah atau ember kecil dan kayu pengaduk yang bersih. c. Corong. 3. Alat pelindung diri. Pakaian alat pelindung diri minimal terdiri dari : sarung tangan, masker, pelindung mata kaca mata, topi pelindung kepala, sepatu boot dan pakaian kerja. Universitas Sumatera Utara 4. Pemahaman arti gambar piktogram dalam label kemasan. Sebelum menggunakan pestisida, perhatikan label kemasan, brosur atau leaflet. Biasanya dijumpai piktogram atau diagram gambar yang bermakna sehubungan dengan pestisida yang digunakan. Gambar ini sangat berguna agar pengguna lebih waspada. C. Pengangkutan Perhatikan : 1. Sesuai jenis kemasan, hati-hati dalam pengangkutan dan perhatikan gambar piktogram yang ada pada label. 2. Jangan mengangkut pestisida bersama-sama dalam makanan, bahan makanan, binatang dan penumpangorang. 3. Alat angkut harus memiliki ventilasi yang baik. 4. Jangan menempatkan pestisida dekat dengan pengemudi. Bila mengangkut pestisida dalam jumlah yang banyak, letakkansusun pestisida sedemikian rupa sesuai dengan jenisnya. D. Penyimpanan pestisida 1. Penyimpanan skala kecil. Pestisida harus disimpan ditempat yang aman dengan cara : a. Disimpan dalam lemari yang terkunci atau dalam kotak penyimpanan dan jauh dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan. b. Tidak diletakkan dalam ternpat penyimpanan makanan atau bahan makanan, dekat api, tungku atau perapian. Universitas Sumatera Utara c. Jangan disimpan dalam botol atau tempat makananminuman simpanlah pestisida selalu pada kemasan aslinya. d. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung, air dan banjir. e. Wadah pestisida tertutup rapat selama dalam penyimpanan. f. Tempatbotol wadah pestisida diberi label. Apabila ada pestisida tanpa label jangan coba-coba menerka isinya. g. Jangan menyimpan pestisida di suatu tempat bersama-sama dengan bahan kimia lain yang tidak berbahaya. h. Herbisida atau defolian bahan perontok daun jangan disatukan dengan bahan pemberantas lainnya. i. Setiap kali mengeluarkan pestisida dari tempat penyimpanannya ambillah sebanyak yang diperlukan selama satu hari. 2. Penyimpanan skala besar. Pestisida dalam jumlah besar disimpan dalam ruangan atau suatu tempat yang aman dengan cara : a. Semua pintu dan jendela harus dikunci. b. Dipasang papan peringatan pada tempat penyimpanan. c. Pestisida harus disimpan di rak-rak. d. Herbisida, insektisida dan fungisida harus disimpan ditempat yang terpisah. Universitas Sumatera Utara e. Formulasi cair tidak boleh disimpan diatas formulasi tepung atau butiran, untuk menghindari resiko tumpahan. f. Tempat penyimpanan harus bebas tikus, pastikan semua lobang-lobang tertutup atau dilapisi jaring kawat. g. Tempat penyimpanan harus mempunyai ventilasi yang baik. h. Tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan dekat dengan pintu. i. Kotak P3K harus diletakkan ditempat yang mudah dijangkau. j. Bahan-bahan penyerap seperti tanah pasir atau serbuk gergaji harus tersedia ditempat penyimpanan untuk mengatasi apabila terjadi tumpahan atau ceceran. k. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena cahaya langsung matahari, air dan banjir. 2.1.8.2.Pelaksanaan 1. Cara mencampur pestisida. Langkah-langkah : a. Pengenceren disesuaikan dengan konsentrasi atau dosis yang disarankan dalam kemasan. b. Apabila ingin dicampur dengan bahan lain, perhatikan petunjuk pada label. c. Biasanya dalam label dituliskan bisa tidaknya dicampur dengan bahan lain d. Pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar pada waktu pencampuran pestisida. Universitas Sumatera Utara e. Pakailah alat pelindung yang sesuai. f. Jauhkan dari anak-anak. g. Tiap terjadi kontaminasi segera dicuci. 2. Cara aplikasi a. Pilihlah volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. b. Pastikan alat dalam keadaan baik tidak bocor, nozle diperiksa agar tidak tersumbat, baik sebagianseluruhnya. c. Waktu paling baik penyemprotan dilakukan pada pukul 08.00 - 10.00 atau sore hari pukul 15.00 -18.00 WIB. d. Jangan melakukan penyemprotan disaat angin kencang karena banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran. e. Jangan menyemprot melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang yang menyemprot. f. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat penyemprotan. g. Gunakanlah alat pengaman berupa penutup kepala, masker penutup hidung dan mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan baju berlengan panjang. h. Jangan mengusap bagian tubuh mata, mulut dengan tangan sewaktu melakukan penyemprotan. i. Ikutilah petunjuk mengenai waktu penggunaan terutama mengenai jangka waktu antara penyemprotan pestisida terakhir dengan waktu panen. Hal ini penting jangan sampai sisa residu Universitas Sumatera Utara pestisida pada tanaman yang telah dipanen membahayakan manusia. j. Jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan mengenai tanaman lain yang disekitarnya. 2.1.8.3.Pasca pelaksanaan a. Setiap sisa campuran yang ada pada alat aplikasi dan pada alat campuran segera dikubur dalam tanah. b. Cucilah alat aplikasi dan alat campur bagian luar dan dalam alat aplikasi dan wadah pencampuran, buang air cuciannya secara aman dan jangan membuang ke saluran pengairan, kolam dan sumber air. c. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki. d. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat yang aman dan terkunci. e. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur. f. Wadahember yang digunakan untuk mencampur bahan pestisida jangan dipakai untuk keperluan lain. g. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan lengan dan wajah. h. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari. Pengamanan lainnya yang perlu diperhatikan Supardi, 2003 adalah : Universitas Sumatera Utara a. Waktu kerja jangan lebih dari 4 -5 jam. b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala oleh petugas kesehatan. c. Memperhatikan keadaan gizi. 2.1.9.Dampak Penggunaan Pestisida Berdasarkan sifatnya maka Komisi Pestisida telah mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang timbul akibat penggunaan pestisida. Dampak yang mungkin timbul adalah : 2.1.9.1.Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan Pestisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan, pengaruh itu dapat berupa Sudarmo : 1. Keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan. Keracunan pada ternak maupun hewan piaraan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung mungkin pestisida digunakan untuk melawan penyakit pada ternak, sedang secara tidak langsung pestisida yang digunakan untuk melawan serangga atau hama termakan atau terminum oleh ternak, seperti rumput yang telah terkontaminasi pestisida dimakan oleh ternak atau air yang sudah tercemar pestisida diminum oleh ternak. 2. Keracunan terhadap biota air ikan. Pencucian pestisida oleh air hujan akan menyebabkan terbawanya pestisida ke aliran tanah bagian bawah atau permukaan air sungai. Hal ini akan menyebabkan terjadinya keracunan terhadap biota air. Universitas Sumatera Utara 3. Keracunan terhadap satwa liar. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah, serangga penyubur dan satwa liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi secara langsung karena kontak dengan pestisida maupun tidak langsung karena melalui rantai makanan Bio Konsentrasi. 4. Keracunan terhadap tanaman. Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang diperlakukan. Hal ini disebabkan bahan formulasi tertentu, dosis yang berlebihan atau mungkin pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas terutama di siang hari. 5. Kematian musuh alami organisme pengganggu. Penggunaan pestisida terutama yang berspektrum luas dapat menyebabkan kematian parasit atau predator pemangsa jasad pengganggu. Kematian musuh alami tersebut dapat terjadi karena kontak langsung dengan pestisida atau secara tidak langsung karena memakan hama yang mengandung pestisida. 6. Kenaikan populasi organisme pengganggu. Sebagai akibat kematian musuh alami maka jasad pengganggu dapat lebih leluasa untuk berkembang. 7. Resistensi organisme pengganggu. Penggunaan pestisida terhadap jasad pengganggu tertentu menyebabkan timbulnya resistensi, yang merupakan akibat tekanan seleksi oleh pestisida Universitas Sumatera Utara terhadap jasad pengganggu. Resistensi berarti organisme pengganggu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Perkembangan hama resistensi tergantung pada : - Adatidaknya gen untuk resistensi - Tingkat tekanan seleksi pestisida. Makin tinggi tekanan seleksi pestisida terhadap populasi hama tersebut makin cepat berkembangnya resistensi. Penggunaan pestisida yang terus menerus merupakan tekanan seleksi yang tinggi. - Sifat-sifat hama seperti penyebaran, jangka penggenerasian, tingkat kecepatan perkembang biakan dan tingkat isolasi berperan dalam perkembangan resistensi. 8. Meninggalkan residu. Penggunaan pestisida khususnya pada tanaman akan meninggalkan residu pada produk pertanian, bahkan untuk pestisida tertentu masih dapat ditemukan sampai saat produk pertanian tersebut diproses untuk pemanfaatan selanjutnya maupun saat dikonsumsi. Besarnya residu pestisida yang tertinggal pada produk pertanian tersebut tergantung pada dosis, interval aplikasi, faktor- faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan aktifnya dan peresistensinya, serta saat terakhir aplikasi sebelum produk pertanian dipanen. Universitas Sumatera Utara 2.1.9.2.Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup Wudianto R, 2011. 1. Keracunan Kronis Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku bersifat neuro toksik atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida, antara lain: a Pada syaraf Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma. b Pada Hati Liver Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis. Universitas Sumatera Utara c Pada Perut Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida baik sengaja atau tidak efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut. d Pada Sistem Kekebalan Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. e Pada Sistem Hormon. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tiroid. Universitas Sumatera Utara 2. Keracunan akut. Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. a. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung,tenggorokan dan kulit. b. Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemahcepat tidak normal. Cara pestisida masuk kedalam tubuh : 1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit. 2. Pernafasan, bila terhisap 3. Mulut, bila terminumtertelan. Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara masuk pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian pada kemungkinan keracunan pestisida adalah Djojosumarto, 2008 Umum Kelelahan dan rasa lelah yang maksimal Kulit Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada kulit. Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan Universitas Sumatera Utara penglihatankabur, pupil dapat menyempit atau melebar. Mata Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatankabur, pupil dapat menyempit atau melebar Saluran cerna Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, hiper salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen, diare. Sistem nafas Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas berbunyi Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan Djojosumarto, 2008 1. Sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida. Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan menunggu datangnya ahli untuk menolong. a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode. b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan. c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan : mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut. 2. Tindakan dekontaminasi a. Akhiri paparan : Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi selanjutnya. Hindarkan kontak kulit danatau inhalasi dari uap atau debu pestisida. Universitas Sumatera Utara b. Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat, termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah untuk di cuci sebelum digunakan lagi. c. Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan menggunakan air yang banyak. 3. Tindakan dalam pertolongan pertama a. Umum Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik mungkin yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya komplikasi. b. Posisi Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila pasien tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan menarik dagu ke depan dan kepala ke belakang. c. Suhu tubuh Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu pada penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi sekali dan keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon air dingin. Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan selimut untuk mempertahankan suhu normal. Universitas Sumatera Utara d. Pestisida yang tertelan 1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan pertama. 2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti tanda tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda tangan merah. 3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar. e. Pernafasan Bila terjadi henti nafas muka atau lidah pasien dapat diputar dan kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong kebelakang yang akan menutup jalan nafas. f. Kejang-kejang Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar penderita jangan sampai terluka. Perhatian : Jangan biarkan penderita merokok atau minum alkohol.

2.2. Penggunaan Selektif Pestisida

Dokumen yang terkait

Persepsi Petani Mengenai Pupuk Palsu (Study kasus: Petani Jeruk Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 36 102

Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

8 62 102

Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan dan Sikap Penyemprot Pestisida di Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2009

1 42 94

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 5 37

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 2 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014 Appendix

0 0 74