Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Penggunaan Selektif Pestisida

pestisida bahkan ada yang sampai tiga jenis pestisida. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pola penyemprotan pestisida dan perilaku petani jeruk dalam hal peggunaan pestisida di Desa Berastepu karena pada umumnya pengaplikasian pestisida di Desa Berastepu dilakukan 10 hari sekali, tetapi menurut petani jeruk masih ditemukan buah jeruk yang berguguran yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman hama.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : Perilaku petani jeruk yang masih kurang baik dari segi pengetahuan, sikap dan tindakan disertai dengan pola penyemprotan yang belum sesuai dengan peraturan yang sebenarnya dan tentunya akan berdampak pada status kesehatan petani jeruk itu sendiri. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pola dan perilaku penyemprotan pestisida dan sejauh mana dampak pestisida tersebut terhadap status kesehatan petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum Untuk mengetahui pola dan perilaku penyemprotan pestisida terhadap keluhan kesehatan petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi penyemprotan pestisida pada buah jeruk. 2. Untuk mengetahui jenis pestisida yang digunakan oleh petani jeruk. 3. Untuk mengetahui karakteristik petani jeruk dalam hal penggunaan pestisida. Universitas Sumatera Utara 4. Untuk mengetahui pengetahuan petani jeruk dalam penggunaan pestisida. 5. Untuk mengetahui sikap petani jeruk dalam penggunaan pestisida. 6. Untuk mengetahui tindakan petani jeruk dalam penggunaan pestisida. 7. Untuk mengetahui keluhan-keluhan kesehatan yang dialami oleh petani jeruk setelah menggunakan pestisida.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian di Kabupaten Karo dalam upaya pencegahan, pengurangan dan penanggulangan pencemaran pestisida khususnya pada petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para petani pangguna pestisida. 3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian pencemaran pestisida dalam kaitannya dengan kesehatan. 4. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan kegiatan penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida 2.1.1.Pengertian Pestisida Pestisida adalah substansi zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi jamur, bakteria dan virus, nematoda cacing yang merusak akar, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang dikutip oleh Djojosumarto, 2008 pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : 1 Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2 Memberantas rerumputan. 3 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk. 4 Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak. 5 Memberantas dan mencegah hama-hama air. 6 Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau Universitas Sumatera Utara mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air. Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman crop protection products untuk membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain. Djojosumarto, 2008. Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman. Wudianto R, 2010. 2.1.2.Penggolongan Pestisida A. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran Wudianto R, 2010 yaitu : 1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis serangga. 2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsicendawan. 3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. 4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda. Universitas Sumatera Utara 5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba. 6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. 7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput, bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak. 8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. 9. Pestisida lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain. 10. Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi 2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman. B. Berdasarkan Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida Djojosumarto, 2008 1. Racun Kontak Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit kutikula dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja. 2. Racun Pernafasan Fumigan Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan. 3. Racun Lambung Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya. Universitas Sumatera Utara 4. Racun Sistemik Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot. 5. Racun Metabolisme Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya. 6. Racun Protoplasma Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak. C. Berdasarkan Bentuk Formulasi Pestisida Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif active ingredient yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan inert ingredient, Wudianto R, 2010. Beberapa jenis formulasi pestisida sebagai berikut : 1. Tepung Hembus, debu dust = D Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-10. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang disebut duster. Universitas Sumatera Utara 2. Butiran granula = G Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup dengan suatu lapisan. 3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air wettable powder = WP Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang. 4. Tepung yang larut dalam air water-sofable powder = SP Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap, maka dalam penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali pada waktu pencampuran. 5. Suspensi flowable concentrate = F Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air. Universitas Sumatera Utara 6. Cairan emulsifiable concentrare = EC Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi emulsifiet. Dalam penggunaanya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi. 7. Solution S Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir tidak ditemui. Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan singkatan formulasinya dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif. D. Berdasarkan Bahan Aktifnya Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu diantara empat kelompok besar berikut Kusnoputranto, 1996 : 1. Organoklorin Chlorinated hydrocarbon Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf neuro toxins yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-kejang.

2. Organofosfat Organo phosphates – Ops

Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal cicak dan mamalia, mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan Universitas Sumatera Utara kelumpuhan. Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf. 3. Karbamat carbamat Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim- enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan. 4. Piretroid Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Universitas Sumatera Utara 5. Kelompok lain Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa seperti nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium sudah dipergunakan oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu. 2.1.3.JarakFrekuensi Penyemprotan Pestisida Sesuai Golongan 1. Golongan Organofosfat Berdasarkan masa degradasinya dalam lingkungan yaitu sekitar 2 minggu maka frekuensijarak penyemprotan golongan ini adalah 2 minggu sekali. 2. Golongan Karbamat Golongan ini hampir sama dengan organofosfat, dimana golongan ini juga tidak persisten, mulai banyak dipasaran. Masa degradasi di lingkungan hampir sama dengan organofosfat yaitu sekitar 12-14 hari, oleh karena itu maka frekuensi penyemprotannya berkisar 12-14 hari. 3. Golongan Piretroid Dibandingkan dua golongan diatas, golongan Piretroid yang paling baru. Golongan Piretroid memiliki beberapa keunggulan, diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan knock down effect yang sangat baik, masa terdegradasi dalam lingkungan juga singkat, Universitas Sumatera Utara berkisar antara 10-12 hari, jadi jarakfrekuensi penyemprotan juga berkisar 10-12 hari. Djojosumarto,2008. 2.1.4.Karakteristik Pestisida Dalam menentukan pestisida yang tepat, perlu diketahui karakterisitk pestisida yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu, resistensi, LD 50, dan kompabilitas Djojosumarto, 2008 1. Efektivitas Merupakan daya bunuh pestisida terhadap organisme pengganggu. Pestisida yang baik seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan organisme pengganggu dengan dosis yang tidak terlalu tinggi, sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan. 2. Selektivitas Selektivitas sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian, merupakan kemampuan pestisida untuk membunuh beberapa jenis organisme. Pestisida yang disarankan didalam pengendalian hama terpadu adalah pestisida yang berspektrum sempit. 3. Fitotoksitas Fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi pestisida. 4. Residu Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas tertentu. Residu yang bertahan Universitas Sumatera Utara lama pada tanaman akan berbahaya bagi kesehatan manusia tetapi residu yang cepat hilang efektivitas pestisida tersebut akan menurun. 5. Persistensi Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan. 6. Resistensi Resistensi merupakan kekebalan organisme pengganggu terhadap aplikasi suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi organisme pengganggu sebaiknya tidak digunakan. 7. LD 50 atau Lethal Dosage 50 Berarti besarnya dosis yang mematikan 50 dari jumlah hewan percobaan. 8. Kompatabilitas Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif. Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisida tertentu biasanya terdapat pada label di kemasan pestisida. 2.1.5.Perjalanan Pestisida Setelah Penyemprotan Penyemprotan merupakan metode aplikasi pestisida yang paling banyak digunakan. Dalam penyemprotan larutan pestisida dipecah oleh nozzle cera, spuyer menjadi butiran semprot yang selanjutnya didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan Djojosumarto, 2008. Universitas Sumatera Utara Setelah disemprotkan kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah angin akan meniup embun hasil penyemprotan pestisida, sehingga menyebabkan perpindahan pestisida ke daerah yang tidak di harapkan. Walaupun butiran pestisida sampai ke daerah sasaran, sebenarnya tidak lagi merata. Untuk menghindarinya, sebaiknya penyemprotan pestisida dilakukan pada saat kecepatan angin di bawah 4 MPH Meter Per Hour dan tekanan tangki semprot yang berlebihan harus dihindarkan. Kemungkinan lain yang terjadi pada pestisida setelah disemprotkan sebagai berikut Wudianto R, 2010 1. Run off atau aliran permukaan. Sebagian dari butiran semprot yang membasahi daun akan mengalir dan menetes jatuh ke tanah, mungkin karena penyemprotan terlalu lama di satu tempat atau butiran semprot yang terlalu besar. 2. Penguapan, yaitu perubahan bentuk pestisida setelah disemprotkan dari bentuk cair menjadi gas dan hilang di atmosfer 3. Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif karena pengaruh cahaya 4. Penyerapan oleh partikel tanah. Hal ini menyebabkan tertimbunnya pestisida di dalam tanah dan menyebabkan pencemaran tanah. 5. Pencucian pestisida oleh hujan dan terbawa kelapisan tanah bagian bawah dan akhirnya mencemari sumber air tanah dan air sungai. 6. Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif atau tidak beracun. Universitas Sumatera Utara 7. Perombakan oleh mikro-organisme tanah. Bahan pembentuk pestisida setelah disemprotkan akan menjadi bagian dari tubuh mikro-organisme.

2.1.6. Efektivitas Pemakaian Pestisida

Efektivitas pemakaian pestisdia ditentukan oleh : 2.1.6.1.Pemilihan Jenis Pestisida Yang Tepat Pemilihan jenis pestisida yang paling cocok dan efektif digunakan sangat tergantung dari hal-hal berikut Sudarmo : 1. Jenis organisme pengganggu yang sedang berjangkit. Jenis dan cara organisme pengganggu merusak tanaman sangat menentukan jenis formulasi dan cara kerja pestisida yang dipilih. Pada label kemasan pestisida biasanya tercantum jenis organisme pengganggu yang dapat dikendalikan pestisida tersebut. 2. Jenis tanaman yang terserang. Dalam kemasan pestisida, produsen pestisida mencantumkan jenis tanaman yang dapat disemprot dengan pestisida tersebut. 3. Harga komperatif. Harga komperatif adalah perbandingan harga dari alternatif pestisida yang ada dan anggaran yang tersedia. 4. Karakter-karakter tertentu yang mendukung pengendalian hama terpadu. Pestisida dengan spektrum sempit, LD 50 yang tinggi dan persistensi rendah, sangat disaranakan dalam pelaksanaan program pengendalian hama terpadu. 5. Pencegahan kekebalan. Untuk mencegah terjadinya kekebalan organisme pengganggu terhadap pestisida disarankan tidak menggunakan satu jenis Universitas Sumatera Utara bahan aktif dalam jangka waktu panjang. Sebaiknya dilakukan pergantian atau rotasi jenis bahan aktif pestisida yang berbeda setiap kurun waktu tertentu. 2.1.6.2.Dosis, Konsentrasi, dan Volume Semprot yang Tepat Dosis konsentrasi dan volume semprot adalah beberapa istilah dalam aplikasi pestisida yang harus diketahui, sangat disarankan untuk menggunakan konsentrasi dan dosisi terkecil lebih dahulu Wudianto R, 2010 2.1.6.3.Cara dan Waktu Aplikasi yang Tepat Cara pengendalian organisme pengganggu untuk setiap jenis pestisida fungisida, insektisida dan herbisida sangat bervariasi begitu juga dengan formulasinya. Oleh sebab itu sebelum menggunakan pestisida, harus dipilih jenis dan merek dagang pestisida yang sesuai dengan hama dan penyakit tanaman, formulasi yang sesuai dengan peralatan yang tersedia dan bagaimana menggunakan pestisida secara efektif dan efisien Wudianto R, 2010. Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk mengaplikasikan pestisida. Pestisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat organisme pengganggu tanaman berada pada stadium paling peka terhadap pestisida. Aplikasi pada waktu yang tepat juga seringkali lebih murah dan lebih aman, Djojosumarto, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Jenis Alat Semprot

Menurut Wudianto jenis alat semprot terbagi atas :

1. Sprayer Tangan

Hand sprayer atau alat semprot tangan adalah jenis alat semprot yang paling kecil dan sederhana. Kapasitas tangkinya tidak lebih dari 5 liter, sehingga gampang diangkat dan diarahkan pada bagian-bagian tanaman yang terkena penyakit.

2. Sprayer Manual

Tekanan yang dihasilkan berasal dari tenaga manusia dengan cara mengerakkan handel pompa. Golongan sprayer manual ada 2 jenis yaitu : a. Sprayer knap sack Tangkinya berbentuk pipih atau segi empat yang disesuaikan dengan bentuk punggung. Kapasitas tangkinya antara 10-17 liter yang cukup untuk menyemprot tanaman seluas 100-300 m 2 . Unit pompa biasanya menyatu dengan tangki. Di luar tangki terdapat selang semprot, di ujung tangki semprot terdapat nozel. b. Sprayer bertekanan udara Alat ini biasa disebut sprayer otomatis. Bagian sprayer ini hampir sama dengan knap sack sprayer yang terdiri dari tangki, selang semprot, tangki semprot dan nozel. Bedanya, tangki sprayer ini berbentuk silinder dari bahan logam, karena harus dapat menahan tekanan udara didalam tangki hingga 10 - 15 kgcm 2 . Handel pompa biasanya terdapat di bagian atas tangki dan menyatu dengan tutup tangki, sehingga gampang dilepas dan dibersihkan. Universitas Sumatera Utara

3. Sprayer mesin

Sprayer jenis ini dilengkapi mesin untuk menggerakkan pompa sebagai pengganti tenaga manusia.Sprayer mesin dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Ultra low volume sprayer ULV. Alat ini dipakai dengan cara menggendong dipunggung. Volume tangkinya sangat kecil hanya sekitar 3 -5 liter, karena alat ini dirancang untuk menyemprotkan pestisida konsentrat yang tidak dilarutkan didalam air. b. Boom sprayer Alat ini digerakkan oleh unit traktor, operatornya hanya mengemudikan dan mengontrol hasil penyemprotan. Kapasitas tangki mampu menampung 200 -1000 liter air. Unit penghasil tenaga dapat berupa motor bensin atau PTO power of take traktor. 2.1.8.Pengamanan Penggunaan Pestisida Pedoman pengamanan penggunaan pestisida yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan DepKes RI tahun 2003 untuk petani adalah sebagai berikut: 2.1.8.l. Persiapan A. Pengadaanpembelian pestisida 1. Pilihlah jenis pestisida yang sesuai dengan hama atau serangga yang akan dikendalikan . 2. Pastikan luas area yang dikendalikan. Universitas Sumatera Utara 3. Pilih bentuk formulasi pestisida dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. 4. Pilih kemasan yang terkecil yang utuh dari pestisida yang terdaftar dan isinya dapat habis dalam sekali pakai. 5. Perhatikan gambar pictogram yang tertera pada kemasan. B. Penyediaan alat 1. Alat aplikasi pestisida a. Pestisida yang berbentuk EC, WP atau SP di dalam mengaplikasikannya digunakan alat penyemprot. b. Pestisida yang berbentuk butiran dalam mengaplikasikannya tidak menggunakan alat. 2. Alat bantu pencampuran pestisida a. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur pestisida dalam bentuk cair yang akan dicampur atau timbangan untuk pestisida yang berbentuk tepung. b. Wadah atau ember kecil dan kayu pengaduk yang bersih. c. Corong. 3. Alat pelindung diri. Pakaian alat pelindung diri minimal terdiri dari : sarung tangan, masker, pelindung mata kaca mata, topi pelindung kepala, sepatu boot dan pakaian kerja. Universitas Sumatera Utara 4. Pemahaman arti gambar piktogram dalam label kemasan. Sebelum menggunakan pestisida, perhatikan label kemasan, brosur atau leaflet. Biasanya dijumpai piktogram atau diagram gambar yang bermakna sehubungan dengan pestisida yang digunakan. Gambar ini sangat berguna agar pengguna lebih waspada. C. Pengangkutan Perhatikan : 1. Sesuai jenis kemasan, hati-hati dalam pengangkutan dan perhatikan gambar piktogram yang ada pada label. 2. Jangan mengangkut pestisida bersama-sama dalam makanan, bahan makanan, binatang dan penumpangorang. 3. Alat angkut harus memiliki ventilasi yang baik. 4. Jangan menempatkan pestisida dekat dengan pengemudi. Bila mengangkut pestisida dalam jumlah yang banyak, letakkansusun pestisida sedemikian rupa sesuai dengan jenisnya. D. Penyimpanan pestisida 1. Penyimpanan skala kecil. Pestisida harus disimpan ditempat yang aman dengan cara : a. Disimpan dalam lemari yang terkunci atau dalam kotak penyimpanan dan jauh dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan. b. Tidak diletakkan dalam ternpat penyimpanan makanan atau bahan makanan, dekat api, tungku atau perapian. Universitas Sumatera Utara c. Jangan disimpan dalam botol atau tempat makananminuman simpanlah pestisida selalu pada kemasan aslinya. d. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung, air dan banjir. e. Wadah pestisida tertutup rapat selama dalam penyimpanan. f. Tempatbotol wadah pestisida diberi label. Apabila ada pestisida tanpa label jangan coba-coba menerka isinya. g. Jangan menyimpan pestisida di suatu tempat bersama-sama dengan bahan kimia lain yang tidak berbahaya. h. Herbisida atau defolian bahan perontok daun jangan disatukan dengan bahan pemberantas lainnya. i. Setiap kali mengeluarkan pestisida dari tempat penyimpanannya ambillah sebanyak yang diperlukan selama satu hari. 2. Penyimpanan skala besar. Pestisida dalam jumlah besar disimpan dalam ruangan atau suatu tempat yang aman dengan cara : a. Semua pintu dan jendela harus dikunci. b. Dipasang papan peringatan pada tempat penyimpanan. c. Pestisida harus disimpan di rak-rak. d. Herbisida, insektisida dan fungisida harus disimpan ditempat yang terpisah. Universitas Sumatera Utara e. Formulasi cair tidak boleh disimpan diatas formulasi tepung atau butiran, untuk menghindari resiko tumpahan. f. Tempat penyimpanan harus bebas tikus, pastikan semua lobang-lobang tertutup atau dilapisi jaring kawat. g. Tempat penyimpanan harus mempunyai ventilasi yang baik. h. Tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan dekat dengan pintu. i. Kotak P3K harus diletakkan ditempat yang mudah dijangkau. j. Bahan-bahan penyerap seperti tanah pasir atau serbuk gergaji harus tersedia ditempat penyimpanan untuk mengatasi apabila terjadi tumpahan atau ceceran. k. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena cahaya langsung matahari, air dan banjir. 2.1.8.2.Pelaksanaan 1. Cara mencampur pestisida. Langkah-langkah : a. Pengenceren disesuaikan dengan konsentrasi atau dosis yang disarankan dalam kemasan. b. Apabila ingin dicampur dengan bahan lain, perhatikan petunjuk pada label. c. Biasanya dalam label dituliskan bisa tidaknya dicampur dengan bahan lain d. Pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar pada waktu pencampuran pestisida. Universitas Sumatera Utara e. Pakailah alat pelindung yang sesuai. f. Jauhkan dari anak-anak. g. Tiap terjadi kontaminasi segera dicuci. 2. Cara aplikasi a. Pilihlah volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. b. Pastikan alat dalam keadaan baik tidak bocor, nozle diperiksa agar tidak tersumbat, baik sebagianseluruhnya. c. Waktu paling baik penyemprotan dilakukan pada pukul 08.00 - 10.00 atau sore hari pukul 15.00 -18.00 WIB. d. Jangan melakukan penyemprotan disaat angin kencang karena banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran. e. Jangan menyemprot melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang yang menyemprot. f. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat penyemprotan. g. Gunakanlah alat pengaman berupa penutup kepala, masker penutup hidung dan mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan baju berlengan panjang. h. Jangan mengusap bagian tubuh mata, mulut dengan tangan sewaktu melakukan penyemprotan. i. Ikutilah petunjuk mengenai waktu penggunaan terutama mengenai jangka waktu antara penyemprotan pestisida terakhir dengan waktu panen. Hal ini penting jangan sampai sisa residu Universitas Sumatera Utara pestisida pada tanaman yang telah dipanen membahayakan manusia. j. Jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan mengenai tanaman lain yang disekitarnya. 2.1.8.3.Pasca pelaksanaan a. Setiap sisa campuran yang ada pada alat aplikasi dan pada alat campuran segera dikubur dalam tanah. b. Cucilah alat aplikasi dan alat campur bagian luar dan dalam alat aplikasi dan wadah pencampuran, buang air cuciannya secara aman dan jangan membuang ke saluran pengairan, kolam dan sumber air. c. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki. d. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat yang aman dan terkunci. e. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur. f. Wadahember yang digunakan untuk mencampur bahan pestisida jangan dipakai untuk keperluan lain. g. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan lengan dan wajah. h. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari. Pengamanan lainnya yang perlu diperhatikan Supardi, 2003 adalah : Universitas Sumatera Utara a. Waktu kerja jangan lebih dari 4 -5 jam. b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala oleh petugas kesehatan. c. Memperhatikan keadaan gizi. 2.1.9.Dampak Penggunaan Pestisida Berdasarkan sifatnya maka Komisi Pestisida telah mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang timbul akibat penggunaan pestisida. Dampak yang mungkin timbul adalah : 2.1.9.1.Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan Pestisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan, pengaruh itu dapat berupa Sudarmo : 1. Keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan. Keracunan pada ternak maupun hewan piaraan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung mungkin pestisida digunakan untuk melawan penyakit pada ternak, sedang secara tidak langsung pestisida yang digunakan untuk melawan serangga atau hama termakan atau terminum oleh ternak, seperti rumput yang telah terkontaminasi pestisida dimakan oleh ternak atau air yang sudah tercemar pestisida diminum oleh ternak. 2. Keracunan terhadap biota air ikan. Pencucian pestisida oleh air hujan akan menyebabkan terbawanya pestisida ke aliran tanah bagian bawah atau permukaan air sungai. Hal ini akan menyebabkan terjadinya keracunan terhadap biota air. Universitas Sumatera Utara 3. Keracunan terhadap satwa liar. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah, serangga penyubur dan satwa liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi secara langsung karena kontak dengan pestisida maupun tidak langsung karena melalui rantai makanan Bio Konsentrasi. 4. Keracunan terhadap tanaman. Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang diperlakukan. Hal ini disebabkan bahan formulasi tertentu, dosis yang berlebihan atau mungkin pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas terutama di siang hari. 5. Kematian musuh alami organisme pengganggu. Penggunaan pestisida terutama yang berspektrum luas dapat menyebabkan kematian parasit atau predator pemangsa jasad pengganggu. Kematian musuh alami tersebut dapat terjadi karena kontak langsung dengan pestisida atau secara tidak langsung karena memakan hama yang mengandung pestisida. 6. Kenaikan populasi organisme pengganggu. Sebagai akibat kematian musuh alami maka jasad pengganggu dapat lebih leluasa untuk berkembang. 7. Resistensi organisme pengganggu. Penggunaan pestisida terhadap jasad pengganggu tertentu menyebabkan timbulnya resistensi, yang merupakan akibat tekanan seleksi oleh pestisida Universitas Sumatera Utara terhadap jasad pengganggu. Resistensi berarti organisme pengganggu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Perkembangan hama resistensi tergantung pada : - Adatidaknya gen untuk resistensi - Tingkat tekanan seleksi pestisida. Makin tinggi tekanan seleksi pestisida terhadap populasi hama tersebut makin cepat berkembangnya resistensi. Penggunaan pestisida yang terus menerus merupakan tekanan seleksi yang tinggi. - Sifat-sifat hama seperti penyebaran, jangka penggenerasian, tingkat kecepatan perkembang biakan dan tingkat isolasi berperan dalam perkembangan resistensi. 8. Meninggalkan residu. Penggunaan pestisida khususnya pada tanaman akan meninggalkan residu pada produk pertanian, bahkan untuk pestisida tertentu masih dapat ditemukan sampai saat produk pertanian tersebut diproses untuk pemanfaatan selanjutnya maupun saat dikonsumsi. Besarnya residu pestisida yang tertinggal pada produk pertanian tersebut tergantung pada dosis, interval aplikasi, faktor- faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan aktifnya dan peresistensinya, serta saat terakhir aplikasi sebelum produk pertanian dipanen. Universitas Sumatera Utara 2.1.9.2.Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup Wudianto R, 2011. 1. Keracunan Kronis Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku bersifat neuro toksik atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida, antara lain: a Pada syaraf Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma. b Pada Hati Liver Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis. Universitas Sumatera Utara c Pada Perut Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida baik sengaja atau tidak efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut. d Pada Sistem Kekebalan Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. e Pada Sistem Hormon. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tiroid. Universitas Sumatera Utara 2. Keracunan akut. Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. a. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung,tenggorokan dan kulit. b. Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemahcepat tidak normal. Cara pestisida masuk kedalam tubuh : 1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit. 2. Pernafasan, bila terhisap 3. Mulut, bila terminumtertelan. Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara masuk pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian pada kemungkinan keracunan pestisida adalah Djojosumarto, 2008 Umum Kelelahan dan rasa lelah yang maksimal Kulit Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada kulit. Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan Universitas Sumatera Utara penglihatankabur, pupil dapat menyempit atau melebar. Mata Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatankabur, pupil dapat menyempit atau melebar Saluran cerna Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, hiper salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen, diare. Sistem nafas Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas berbunyi Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan Djojosumarto, 2008 1. Sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida. Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan menunggu datangnya ahli untuk menolong. a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode. b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan. c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan : mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut. 2. Tindakan dekontaminasi a. Akhiri paparan : Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi selanjutnya. Hindarkan kontak kulit danatau inhalasi dari uap atau debu pestisida. Universitas Sumatera Utara b. Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat, termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah untuk di cuci sebelum digunakan lagi. c. Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan menggunakan air yang banyak. 3. Tindakan dalam pertolongan pertama a. Umum Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik mungkin yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya komplikasi. b. Posisi Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila pasien tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan menarik dagu ke depan dan kepala ke belakang. c. Suhu tubuh Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu pada penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi sekali dan keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon air dingin. Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan selimut untuk mempertahankan suhu normal. Universitas Sumatera Utara d. Pestisida yang tertelan 1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan pertama. 2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti tanda tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda tangan merah. 3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar. e. Pernafasan Bila terjadi henti nafas muka atau lidah pasien dapat diputar dan kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong kebelakang yang akan menutup jalan nafas. f. Kejang-kejang Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar penderita jangan sampai terluka. Perhatian : Jangan biarkan penderita merokok atau minum alkohol.

2.2. Penggunaan Selektif Pestisida

Keefektifan cara pengendalian merupakan pemikiran pokok dalam pengelolaan hama. Pestisida jenis baru memang banyak yang cepat di degradasi secara biologis tetapi daya racunnya cukup luas. Tetapi telah ditemukan pestisida yang cukup selektif seperti mikroba yang bahan aktifnya bakteri spora biotoksin dan Bacillus thuringiensis. Dengan adanya perundang-undangan lingkungan hidup maka arah pengembangan insektisida Universitas Sumatera Utara akan berubah, yaitu mengarah ke insektisida yang secara fisiologis selektif, dari segi ekologis, aplikasi dan perilakunya apabila digunakan. 1. Selektifitas Fisiologis Senyawa yang mempunyai sifat selektif fisiologis bekerja pada sasaran yang spesifik yang ada hubungannya dengan pola perkembangan yang spesifik bagi serangga, atau biotoksin yang secara evolusi memang hanya tertuju pada serangga. 2. Selektifitas Ekologi Untuk mengurangi penggunaan insektisida dapat dimulai dengan menggunakan cara yang selektif dan mengganti cara rutin berjadwal dengan perlakuan apabila perlu saja, yang berdasarkan pengetahuan ekologi hama, pengembangan konsep neraca hijau hama memberikan informasi tentang stadium dan siklus hidup yang mempunyai faktor-faktor utama pertumbuhan populasi yaitu predatisme, parasitisme, penyakit, makanan, migrasi dan cuaca. 3. Selektifitas Melalui Perbaikan Cara Aplikasi Sebagian besar pestisida yang disemprotkan jatuh diantara daun dan selanjutnya sampai diatas tanah atau melayang ke tempat lain, sehingga menjadi kontaminan yang tidak diharapkan. Hal ini tentu saja merugikan petani dan masyarakat umum. Ada beberapa cara sederhana untuk mencegah perlakuan yang berlebihan, yakni : 1 Pengurangan dosis bahan akif. 2 Menggunakan formulasi butiran pada waktu tanam. Universitas Sumatera Utara 3 Menggunakan insektisida sistemik, memanfaatkan sifat non-persistensi terhadap perlakuan benih dan buah. 4. Selektifitas Perilaku Dengan cara menentukan waktu dan penempatan insektisida yang tepat

Dokumen yang terkait

Persepsi Petani Mengenai Pupuk Palsu (Study kasus: Petani Jeruk Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 36 102

Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

8 62 102

Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan dan Sikap Penyemprot Pestisida di Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2009

1 42 94

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 5 37

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 2 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014 Appendix

0 0 74