Kesimpulan Tinjauan Yuridis Tentang Pencekalan Yang Dilakukan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Yang Dilakukan Oleh Pimpinan KPK Dalam Kasus Pencekalan Terhadap Direktur PT. Masaro Radiokom ( Anggoro Widjoyo)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bahwa pengaturan mengenai kewenangan pencekalan telah diatur secara tegas dan jelas menurut Pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang menyatakan bahwa “Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri”. 2. Bahwa pencekalan yang dilakukan oleh dua orang Pimpinan KPK yaitu Bibit S Rianto terhadap Joko S Chandra dan Chandra M. Hamzah terhadap Anggoro Widjojo telah sah dan sesuai dengan prosedur. Pencekalan tersebut merupakan kewenangan KPK dalam rangka menjalankan Undang- Undang. Kewenangan melakukan pencekalan terhadap seseorang yang diduga terkait dengan penyidikan tindak pidana korupsi, terdapat pada pasal 12 ayat 1 huruf b Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Kewenangan yang dimiliki oleh KPK tersebut merupakan kewenangan atribusi, yaitu pemberian wewenang pemerintah yang oleh suatu peraturan perundang-undangan produk hukum legislatif diberikan untuk melaksanakan tugas pemerintahan secara penuh. Dalam pelaksanaan wewenang pemerintah mengenai pengeluaran surat Universitas Sumatera Utara pencekalan terhadap Anggoro Widjojo maupun Surat Pengentian Pencekalan terhadap Djoko Chandra yang dilakukan oleh pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut telah pula mempertimbangkan Asas yuridikitas rechmatigeheid, Asas legalitas wetmatigeheid maupun Asas diskresi freies ermessen. Dengan demikian pencekalan yang dilakukan oleh dua Pimpinan KPK tersebut bukan tanpa landasan hukum. Sehingga pencekalan tersebut tidak perlu diragukan lagi keabsahannya. 3. Bahwa tindakan pencekalan yang dilakukan oleh dua Pimpinan KPK, yakni Chandra M Hamzah dan Bibit S Rianto sudah secara nyata telah memenuhi kelompok asas-asas pemerintahan yang baik bersifat formal sehubungan dengan proses persiapan pembentukkan keputusan, asas-asas umum pemerintahan yang baik bersifat formal sehubungan dengan motivasi terbitnya keputusan, dan juga asas kepastian hukum, asas persamaan, asas keseimbangan, asas larangan penyalahgunaan wewenang, asas fair play, asas kepercayaanpengharapan dan asas larangan bertindak sewenangwenang. Dengan demikian pencekalan yang dilakukan tersebut tidak menyalahi Asas-Asas Umum Pemeruntahan Yang Baik.

B. Saran