Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian; Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; b. Kejaksaan Agung Republik Indonesia; Departemen Luar Negeri; d. Departemen Dalam Negeri; Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilit

1. Wewenang dan tanggung jawah penangkalan terhadap orang

asing dilakukan oleh: 87

a. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian;

b. Jaksa Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan Pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; c. Panglima Angkatan Bersenjata Repubilk Indonesia sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998. 2. Wewenang dan tanggung jawab penagkalan terhadap Warga Negara Indonesia dilakukan oleh sebuah Tim yang dipimpin oleh Menteri dan anggotanya terdiri dari unsur-unsur: 88

a. Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; b. Kejaksaan Agung Republik Indonesia;

c. Departemen Luar Negeri; d. Departemen Dalam Negeri;

87 Undang-Undang Tentang Keimigrasian, UU Nomor 9 Tahun 1992, Lembaran Negara RI Nomor 33 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3474, Pasal 15 Ayat 1. 88 Undang-Undang Tentang Keimigrasian, UU Nomor 9 Tahun 1992, Lembaran Negara RI Nomor 33 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3474, Pasal 16 Ayat 1. Universitas Sumatera Utara

e. Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional; dan

f. Badan Koordinasi Intelijen Negara.

Adapun mengenai pelaksanaan atas keputusan penangkalan baik terhadap warga Negara asing maupun warga Negara Indonesia hamper sama dengan ketentuan mengenai pencegahan dimana hanya dilakukan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk olehnya. 89 89 Undang-Undang Tentang Keimigrasian, UU Nomor 9 Tahun 1992, Lembaran Negara RI Nomor 33 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3474, Pasal 15 ayat 2 jo. Pasal 16 Ayat 2. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa, ternyata tidak dapat menjadi indikator bagi peradaban suatu bangsa. Akhir-akhir ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada permasalahan penyakit moral yang dapat dikatakan sudah sangat parah, yaitu korupsi. Penyakit moral yang katanya sudah membudaya dan mengakar dari sejak jaman penjajahan, ternyata masih saja berlangsung sampai saat ini. Pergantian setiap rezim yang terjadi ternyata tidak mengubah terlalu banyak perilaku kotor yang dilakukan oleh para koruptor tersebut, padahal untuk setiap rezim itu pula janji manis pemberantasan korupsi akan dilakukan. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. 2 Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. 3 2 Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. UU No. 30 Tahun 2002. LN No.137, TLN No. 4250, penjelasan umum. 3 Ibid., Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan Universitas Sumatera Utara