sedikit dari pada jumlah aparat Kepolisian maupun Kejaksaan. Dengan keterbatasan yang dimiliki itulah penyidik KPK diberi kewenangan untuk
meminta bantuan kepada Kepolisian atau Instansi lain yang terkait, misalnya dalam melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan,
Penyidik KPK memerlukan bantuan dari pihak Kepolisian atau Instansi lainnya.
3. Aturan Tentang KPK dan POLRI Sehubungan Dengan Tugas dan Kewenangannya
a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU KPK
Aturan yang khusus melakukan pengaturan tentang KPK saat ini adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Setelah mengalami
beberapa kali perubahan dari beberapa undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi lahirlah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 ini. Regulasi ini
lahir merupakan penyempurnaan dari regulasi sebelumnya dan merupakan jawaban pemerintah kepada masyarakat terkait dengan komitmennya
dalam memberantas korupsi di Indonesia. Disadari bahwa korupsi adalah kejahatan yang luar biasa dan
melibatkan pihak yang cenderung memiliki kekuatan yang cukup kuat, disisi lain dirasa bahwa keberadaan kejaksaan dan kepolisian dianggap
kurang kuat untuk menghadapi kejahatan yang dikenal dengan ‘white
Universitas Sumatera Utara
collar crime” ini. Sehingga hal ini melatarbelakangi lahirnya lembaga KPK ini dengan landasan hukum aturan ini. Dalam aturan ini KPK
dibentuk untuk menjadi institusi yang luar biasa “extra ordinary”, hal ini merujuk pada kenyataan bahwa kejahatan korupsi adalah termasuk
kejahatan luar biasa sebagaimana telah dikemukakan sebelmnya. Dikatakan luar biasa karena lembaga ini memiliki kewenangan rangkap
yang dimiliki pihak kepolisian, Kejaksaan dan memiliki Pengadilan Sendiri.
Atas dasar dan kenyataan itulah lembaga ini dibentuk dan diharapkan dapat menjadi terobosan baru pemerintah dalam memberantas
korupsi yang sudah sangat menyengsarakan negeri ini.
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia UU Kepolisian
Aturan yang juga dibentuk khusus seperti UU KPK adalah Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian yang melakukan
pengaturan mengenai kepolisian sehubungan dengan tugas dan wewenang yang akan dijalankannya. Regulasi ini merupakan hasil amandemen dari
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Perubahan ini merupakan ciri bahwa kepolisian dinamis terhadap perubahan kondisi masyarakat yang semakin modern, sehingga regulasi ini
mengadaptasikan dirinya agar selalu berjalan sejalan dengan perubahan masyarakat itu sendiri. Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup
Universitas Sumatera Utara
pesat, seiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi, dan
akuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.
UU Kepolisian ini telah didasarkan kepada paradigma baru sehingga diharapkan dapat lebih memantapkan kedudukan dan peranan
serta pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan
bangsa dan negara dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang ini menampung pula pengaturan tentang keanggotaan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890 yang meliputi
pengaturan tertentu mengenai hak anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia baik hak kepegawaian, maupun hak politik, dan kewajibannya
tunduk pada kekuasaan peradilan umum. Substansi lain yang baru dalam
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang ini adalah diaturnya lembaga kepolisian nasional yang tugasnya memberikan saran kepada Presiden tentang arah kebijakan
kepolisian dan pertimbangan dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sesuai amanat Ketetapan MPR RI No. VIIMPR2000, selain
terkandung pula fungsi pengawasan fungsional terhadap kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga kemandirian dan
profesionalisme Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat terjamin. UU Kepolisian ini lahir dalam rangka menjamin keamanan dalam
negeri, hal ini dilakukan melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku
alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Selain itu UU Kepolisian ini merupakan penegasan bahwa
telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
c. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian