Pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance) terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT PLN JASA
SERTIFIKASI, JAKARTA
Oleh
FANUR INDRA UMAR
H24104045
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONONI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(2)
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT PLN JASA
SERTIFIKASI, JAKARTA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FANUR INDRA UMAR
H24104045
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONONI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(3)
Nama : Fanur Indra Umar
NIM : H24104045
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Erlin Triyulianti, S.TP,M.Si NIP. 19730712 199702 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1 002
(4)
3P (Pay for person, pay for position, pay for performance) terhadap Semangat Kerja pada PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta. Di bawah bimbingan ERLIN TRIYULIANTI.
PT.PLN Jasa Sertifikasi Jakarta merupakan perusahaan milik negara yang dikelola oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta secara bersama, dalam hal ini perusahaan PT. PLN Jasa Sertifikasi memberikan kompensasi kepada setiap pegawai dengan asas konsep 3P (Pay for Person,Pay for Position,Pay for Performance), dengan adanya konsep tersebut maka diharapkan manajemen dapat menarik seefektif mungkin dalam pemberian kompensasi kepada setiap pegawai perusahaan, yang dimana penilaian menggunakan konsep 3P (Pay for Person,Pay for Position,Pay for Performance) yang bertujuan agar setiap pegawai dapat meningkatkan kinerja.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisa pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person,Pay for Position,Pay for Performance) terhadap semangat kerja. (2) Menganalisa pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person,Pay for Position,Pay for Performance) yang paling signifikan terhadap semangat kerja. (3) Menganalisa hubungan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja
Informasi diperoleh berasal dari data primer yakni wawancara dan penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, skripsi, tesis, jurnal informasi dari internet. Metode penarikan sampel menggunakan
Simple Random Sampling. Alat analisis yang digunakan analisis spread sheet excel untuk menghasilkan nilai deskriptif menjadi kuantitatif (indeks), regresi linier sederhana mengolah pengaruh varibel dan analisis tabulasi silang mengetahui hubungan karakteristik responden dengan kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance)
Hasil dari penelitian, didapat untuk hasil indeks maka didapat nilai tertinggi untuk Pay for person indeks 3.75 yaitu tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai sudah sesuai dengan gaji yang diterima pegawai, untuk Pay for
position indeks 3.75 yaitu fasilitas yang diberikan merupakan bentuk dari
tunjangan, untuk Pay for performance indeks 3.70 yaitu penyesuaian terhadap rotasi jabatan maka diikuti dengan perubahan insetif dan bonus.sedangkan untuk regresi sederhana untuk kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance) terhadap semangat kerja didapatkan hasil t hitung =10,937dan t tabel = 1,673 dapat ditarik kesimpulan bahwa kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance) berpengaruh positif dengan semangat kerja. Analisis tabulasi silang hasilnya jenis kelamin = laki-laki, usia = 21-30 tahun, pendidikan = DIII, lama bekerja = 1-5 tahun, gaji = 2.000.000-2.400.000 menyatakan setuju akan persepsi bahwa kompensasi mempengaruhi kinerja.
(5)
iii
Fanur Indra Umar lahir pada tanggal 1 Juni 1988 di Jakarta, DKI Jakarta. Penulis merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara dari keluarga Bapak H. A. Fardie dan Ibu Hj. Nurma Bahar
Pada tahun 1993-1995 memulai pendidikan di TK Asshabirin Jakarta. Setelah itu melanjutkan pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah (M.I) Jakarta pada tahun 1995-2001. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah (Mts). Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dilalui selama 3 tahun di SMAN 79 dan lulus pada tahun 2007 lalu melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Diploma Keahlian Akuntansi melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) sebagai Angkatan 44. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pada program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sebagai Angkatan 8.
(6)
i
v
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for positon, pay for performance) terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta. Skripsi merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang.
Bogor, Juni 2013
(7)
v
Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1. Ibunda dan ayahanda tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan doa yang tulus.
2. Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
3. Ibu Ela selaku Operasional Manajer, Bapak H. Sutarman selaku Manajer Accounting, Bapak Yanto selaku manajer SDM, dan Ibu Prita selaku Staff finance yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini.
4. Kakakku Ivan, Iwan, Ina, terimakasih atas kasih sayang dan semangat yang telah diberikan.
5. Bapak Rahman yang telah meluangkan waktu untuk memberi pencerahan dan pengarahan kepada penulis.
6. Staf dan karyawan di PT PLN Jasa Sertifikasi yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Alih Jenis Manajemen, FEM IPB.
8. Renilda Saraswati A.Md terimakasih atas ketulusan, kesabaran, kasih sayang, semangat dan doanya yang tulus.
9. Shinya, Angger, Embah, Gaoy, Nijam, Geda, Abok, Babeh, Kemas, Ucok dan anak-anak Rem Blong atas ketulusan, kesabaran, kasih sayang, semangat dan doanya yang tulus..
10. Rekan-rekan satu bimbingan (Rani, Adinda) terimakasih atas semangat, saran dan motivasinya.
(8)
vi
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP………..iii
KATA PENGANTAR... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... .3
1.3 Tujuan Penelitian...4
1.4 Manfaat Penelitian ...4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Kompensasi ...5
2.1.1 Tujuan diadakan pemberian Kompensasi ...6
2.1.2 Sistem Kompensasi ...7
2.1.3 Asas Kompensasi ...7
2.1.4 Kompensasi dengan Konsep 3P ...8
2.2 Semangat Kerja... ...12
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu... ... 19
III.METODE PENELITIAN... 20
3.1 Kerangka Pemikiran ...20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
3.3 Variabel Penelitian... 22
3.4 Jenis dan Sumber Data... 22
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.6 Teknik Pengambilan Sampel... 24
3.7 Pengolahan dan Analisis Data... 25
3.7.1 Uji Hipotesis... 25
3.7.2 Analisis Deskriptif... 27
3.7.3 Uji Validitas ... 27
3.7.4 Uji Reliabilitas... 29
3.7.5 Uji Normalitas ... 30
(9)
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Gambaran Umum perusahaan ... 33
4.1.1 Sejarah PT. PLN Jasa Sertifikasi... 33
4.1.2 Bidang Usaha ... 33
4.1.3 Ruang Lingkup ... 34
4.1.4 Visi dan Misi PT PLN ... 36
4.1.5 Struktur Organisasi... 37
4.2 Penerapan Konsep 3P (Pay for Position, Pay for Performance, Pay for Competence) pada PT PLN Jasa Sertifikasi ... 42
4.2.1 Gambaran Umum Responden... 43
4.3 Analisis Data dan Pembahasan... 46
4.3.1 Analisis Deskripsi Variabel... 46
4.4 Analisis Hasil ... 53
4.4.1 Analisis Regresi... 53
4.4.2 Koefisien Determinasi... 54
4.4.3 Pengujian Hipotesis... 55
4.4.4 Uji-t ... 55
4.5 Analisis Tabulasi Silang... 56
4.6 Implikasi Manajerial... 61
KESIMPULAN DAN SARAN... 63
1. Kesimpulan ... 63
2.Saran... 64
DAFTAR PUSTAKA... 65
(10)
viii
No. Halaman
1. Hasil validitas ... 28
2. Realiabilitas ... 29
3. Jenis kelamin responden ... 44
4. Umur responden ... 44
5. Pendidikan responden ... 45
6. Lama bekerja responden ... 45
7. Gaji responden ... 46
8. Pernyataan responden mengenaipay for person... 47
9. Pernyataan responden mengenaipay for position... 49
10. Pernyataan responden mengenaipay for performance... 50
11. Pernyataan responden mengenai semangat kerja ... 51
12. Hasil analisis regresi sederhana ... 54
13. Koefisien determinasi ... 55
14. Hasil Uji-t... 56
15. Tabulasi jenis kelamin... 57
16. Tabulasi usia... 58
17. Tabulasi pendidikan ... 59
18. Tabulasi lama bekerja ... 60
(11)
ix
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 21
2. Grafik kurva histogram ... 30
3. Kurva P-Plot... 31
(12)
x
No. Halaman
1. Kuesioner penelitian... 69
2. Validitas ... 74
3. Reliabilitas ... 75
4. Normalitas ... 81
5. Regresi sederhana... 81
(13)
(14)
1.1. Latar Belakang
Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja didalam lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumberdaya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tegantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatakan semangat kerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Dengan semangat kerja yang tinggi, maka karyawan akan lebih mudah termotivasi untuk bekerja dengan baik.
Pentingnya kompensasi yang merupakan stimulus untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, perusahaan menempuh beberapa cara misalnya pendidikan, pelatihan, pemberian kompensasi finansial maupun non-finansial yang layak, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dalam atmosfir pekerjaan. Terpenuhinya kompensasi yang sesuai tentu saja akan meningkatkan semangat kerja serta kinerja para karyawan.
Salah satu penyebab ketidakpuasan yang dituntut oleh karyawan dikarenakan pemberian balas jasa atau kompensasi yang tidak layak, baik berupa uang atau fasilitas yang diperoleh sebagai imbalan hasil kerja mereka. Karyawan bekerja dengan tujuan agar kebutuhan hidupnya tercukupi, maka dari itu suatu perusahaan membayar jasa karyawan seharusnya dengan kompensasi yang layak sesuai dengan hasil kerjanya.
(15)
Situasi kerja yang aman dan stabil akan membuat karyawan merasa senang dan nyaman berada di lingkungan kerja, sehingga para karyawan akan lebih semangat dalam bekerja sesuai dengan standar pekerjaan yang diberikan, dan pada akhirnya dapat lebih meningkatkan semangat kerja mereka. Pemberian kompensasi kepada karyawan yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab akan membuat mereka termotivasi untuk bekerja yang akan berdampak terhadap semangat kerja.
Dewasa ini, semakin ketatnya tingkat persaingan bisnis mengakibatkan perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Salah satunya PT. PLN Jasa Serifikasi Jakarta yang merupakan anak perusahaan dari Perusahaan Listrik Negara Pusat, PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta yang menangani masalah kelistrikan. dimana PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta merupakan salah satu unit usaha penunjang ketenagalistrikan yang tugas pokoknya adalah mengelola dan mengembangkan jasa dan produk sertifikasi, menjalani pengujian, evaluasi dan kegiatan sertifikasi kelaikan operasi instalasi peralatan ketenagalistrikan dan tera meter, sistem manajemen K3 dan sistem manajemen lingkungan.
Program-program yang ada dalam perusahaan merupakan komponen dari konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance), berangkat dari komponen program-program tersebut maka dijadikan dasar untuk melaksanankan penelitian tentang semangat kerja. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat diangkat judul : “pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta”, yang mengidentifikasi pengaruh yang ada berdasarkan teori dengan pengaruh yang ada pada PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta berdasarkan penilaian responden (karyawan), sehingga diharapkan dapat mengetahui dengan tepat pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja karyawan pada PT. PLN Jasa Sertifiaksi Jakarta
(16)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi pada PT. PLN Jasa Sertifiaksi Jakarta adalah adanya persaingan yang semakin ketat dengan competitor produk sejenis, akan tetapi PT. PLN Jasa Serifikasi Jakarta tetap beraktifitas dengan mengandalkan para karyawan dan konsumen mereka, disamping PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta mengupayakan inovasi agar tetap bisa bertahan. Pada kesempatan ini akan diteliti bagaimana perusahaan. PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta tetap besedia bekerja demi kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) yang paling berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta ?
2. Bagaimana pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta ?
3. Bagaimana hubungan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa kerja terhadap kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) pada PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Payfor Position, Pay for Performance) yang paling berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta
2. Menganalisa pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Payfor Position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta
3. Menganalisa hubungan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa kerja terhadap semangat karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta?
(17)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan tempat dilakukannya penelitian, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk pengembangan dan pembinaan sumberdaya manusia.
2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan sumberdaya manusia. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah terbatas pada kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Payfor Position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja dan persepsi pegawai dari karakteristik pegawai yang ada pada PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta
(18)
2.1. Kompensasi
Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000). Hani Handoko (1993) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi (Panggabean, 2002). Selain itu dalam buku Malayu Hasibuan (2002) terdapat beberapa pengertian kompensasi dari beberapa tokoh yaitu :
1. Menurut Werther dan Davis (2000) kompensasi adalah apa yang seorang perkerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah per jam ataupun gaji periodic dan dikelola oleh bagian personalia 2. Menurut F. Sikula (2001) kompensasi adalah segala sesuatu yang
dikonstitusikan atau dianggap sebagai balas jasa atau ekuivalen
Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literature yang dikemukakan oleh bebrapa pakar, antara lain :
1. Menurut Bejo Siswanto (2003) kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan financial yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi.
(19)
2. Menurut Dessler (1997) kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
3. Menurut Handoko (1993) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
2.1.1 Tujuan Diadakan Pemberian Kompensasi
Menurut Hasibuan (2002), tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah:
1. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yangqualifieduntuk perusahaan akan lebih mudah. 4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karenaturn-overrelatif kecil.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
(20)
7. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8. Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
2.1.2 Sistem Kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah: 1. Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. 2. Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.
3. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.
2.1.3 Asas Kompensasi
Menurut Hasibuan (2003), program kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan memperhatikan undang-undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian dengan sebaik- baiknya agar balas jasa yang akan diberikan merangsang motivasi dan kepuasan kerja karyawan.
1. Asas Adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan pekerja. Jadi adil bukan berarti setiap karyawan menerima kompensasi yang sama
(21)
besarnya. Asas adil menjadi dasar penilaian, perlakuan, dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan. Dengan asas adil akan tercipta suasana kerjasama yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas karyawan akan lebih baik.
2. Asas Layak
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat yang ideal dan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Tolok ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimum pemerintah melalui undang-undang perburuhan yang berlaku.
2.1.4 Kompensasi dengan Konsep 3P
Konsep 3P yakni Pay for Position, Pay for
Competence/Person, dan Pay for Performance atau dalam istilah
Bahasa Indonesia di kenal dengan konsep 3K yakni Kedudukan, Kompetensi, dan Kinerja adalah konsep yang berawal dari konsep
job evaluationyang melahirkanpay for position, konsepcompetency
yang melahirkan pay for competence dan konsep performance
managementyang melahirkan pay for performance. Konsep ini lahir
dari ketidakpuasan sistem kompensasi dimana dalam sistem tersebut titik beratnya masih tertumpu pada pay for position. Hal ini membuat implementasinya di lapangan terkadang membingungkan dan tidak mampu memuaskan berbagai pihak terutama bagi mereka yang merasa mempunyai kontribusi yang besar pada perusahaan [www.portalhr.com, 2013].
1. Pay for Person
Pay for Personmerupakan pembayaran dimana perusahaan
mengacu pada budaya organisasi serta adaptabilitas yang tinggi dari karyawan untuk bisa nyaman bekerja.. Evaluasi yang dilakukan terhadap seseorang adalah membandingkan antara kapabilitas dan pengalamannya dengan tuntutan posisi yang didudukinya. Oleh karena itu, langkah awal dari pay for person
(22)
adalah menentukan tingkat kompetensi dan pengalaman yang dituntut oleh suatu posisi. "Profil Kompetensi Jabatan" dibuat untuk menjabarkan pengalaman dan kompetensi ideal (yakni kemampuan atau aptitude, sikap atau attitudes, keterampilan atau skills, dan pengetahuan atau knowledge) yang diinginkan organisasi untuk dimiliki oleh individu yang menjabat posisi tertentu [www.portalhr.com, 2013].
Bayaran untuk karyawan dialokasikan melalui gaji aktual (gaji sesungguhnya) dan modifikasi berdasarkan tuntutan pasar. Alokasinya didasarkan kepada kebijakan yang sudah didefinisikan dengan jelas, yang bertujuan untuk menjawab tekanan pasar, perbedaan kompetensi, status karyawan, senioritas dan sebagainya.
Gaji aktual seorang individu didasarkan pada perbandingan antara kompetensi yang dimiliki individu tersebut terhadap kompetensi ideal untuk posisi yang dijabatnya. Jika memiliki tingkat kompetensi yang penuh, maka akan menerima bayaran sesuaiReference Salary. Sementara jika kompensasinya di bawah tingkat ideal, maka akan menerima bayaran yang lebih rendah
dari Reference Salary. Namun terdapat pengecualian jika
seseorang memiliki kompetensi di atas ideal posisi yang bersangkutan, ia tidak akan memperoleh bayaran ekstra, karena sesungguhnya kompetensi itu tidaklah dibutuhkan untuk menjalankan posisinya yang sekarang.
Penyesuaian gaji terhadap tuntutan pasar dibayarkan melalui tunjangan- tunjangan yang dapat naik ataupun turun tiap tahunnya sesuai perubahan kondisi pasar. 'Market Allowance'
terkadang perlu dibayarkan karena ada kelangkaan dalam jangka waktu singkat di pasar tenaga kerja. Tunjangan seperti itu membantu perusahaan untuk menarik dan mempertahankan individu-individu yang memiliki keahlian yang unik. Biasanya hanya sedikit saja dari para karyawan yang memiliki keahlian
(23)
khusus yang menerima penyesuaian gaji seperti ini.
Dalam sistem 3P menurut Setyo (2008), gaji yang sesungguhnya dibayarkan tidak sama persis dengan Reference
Salary, melainkan beragam sesuai dengan perbandingan posisi
atau individu dan berapa lamanya seseorang telah menjabat posisi itu.
Setiapgrade memiliki rentang tersendiri. Bayaran terendah bagi setiap grade didasarkan dari:
a. Tingkat kompetensi minimal yang dapat diterima untuk dapat menjabat posisi itu.
b. Tingkat bayaran di pasaran yang diperlukan untuk dapat memikat seseorang yang memiliki tingkat kompetensi tersebut.
Bayaran tertinggi bagi setiap grade besarnya mendekati
Reference Salary. Hal ini berdasarkan logika bahwa sebuah
organisasi hanya membayar kompetensi yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab sebuah posisi. Jika seseorang memiliki kompetensi yang lebih tinggi daripada yang dituntut oleh posisinya, maka organisasi harus menggali kemungkinan dilakukannya promosi atau memindahkannya ke suatu posisi lain dan dapat memanfaatkan tingkat kompetensi yang dimilikinya secara lebih.
Seandainya belum dapat dilakukan promosi atau tidak ada posisi cocok yang tersedia, maka organisasi dapat memberi bayaran yang lebih tinggi daripada Reference Salary untuk mempertahankan individu di posisi, sampai ada posisi tersedia baginya di tingkatangrade Up
2. Pay for Position
Membayar untuk posisi adalah hal yang pertama dalam konsep 3P, dan hal inilah yang merupakan dasar bagi kebijakan dan praktek pembayaran gaji di suatu organisasi, dimana perusahaan mengacu pada standar yang diberlakukan untuk
(24)
sebuah posisi yang akan ditempati oleh karyawan (Malthis, 2003).
Bayaran untuk posisi ditentukan dengan menggunakan
Reference Salary bagi setiap grade (golongan), yang secara
seragam diterapkan bagi semua posisi di grade yang sama.
Grade ditentukan melalui evaluasi posisi. Di dalam satugrade
yang sama, tidak ada perbedaan bayaran sekalipun ukuran pekerjaan (jobsize) nya berbeda. Golongan yang sangat lebar mengakibatkan kurangnya penekanan pada posisi, karena dalam golongan yang lebar tertampung banyak posisi dengan ukuran pekerjaan yang berbeda.
Menurut Setyo (2008), Reference Salary adalah suatu besaran gaji yang dipercayai perusahaan perlu dibayarkan untuk dapat mempertahankan karyawan-karyawannya yang kompeten. Referensi ini disusun berdasarkan kebijakan kompensasi dan survei pasar. Setiap golongan memiliki Reference Salary yang secara seragam diterapkan kepada semua posisi dalam golongan yang sama.Reference Salaryditentukan berdasarkan:
a. Jumlah karyawan disetiap golongan, mengingat semua individu dalam golongan yang sama memperoleh referensi gaji yang sama.
b. Tingkat kenaikan antar Reference Salary yang diinginkan untuk menjamin kekonsistenan dan keadilan internal.
c. Market positioning yang diinginkan untuk Reference
Salary setiap golongan sebagai indikator daya saing eksternal
3. Pay for Performance
Pembayaran dimana perusahaan memberikan peningkatan imbal jasa yang disesuaikan dengan kinerja. Bayaran untuk Kinerja dialokasikan melalui skema insentif yang dirancang untuk memberi imbalan bagi kinerja korporasi, tim, atau individu.
Pay for Performancetelah dihitung terlebih dahulu sebagai harga pokok produk, dengan tujuan kepastian laba per unit produk tetap
(25)
dalam pantauan. Perusahaan boleh menjadi lebih royal dalam memberi imbalan bagi kinerja karyawannya dengan memberikan pembayaran sekali bayar, karena pembayaran seperti ini tidak menaikkan biaya tetap pada tahun berikutnya. Dengan melakukan perubahan sistem pembayaran kinerja yang tadinya berdasarkan gaji (salary-based) menjadi berdasarkan insentif (incentive-based), sebuah perusahaan secara terus-menerus kapasitasnya akan bertambah untuk membayar insentif (Setyo, 2008).
2.2. Semangat Kerja
Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril atau semangat juang (Echols & Shadily,1997). Chaplin (2006) berpendapat morale (moril) adalah sikap atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik. Nitisemito (1996) mengatakan bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan Hasibuan (2005) mengatakan semangat kerja sebagai keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Pendapat lain mengatakan bahwa semangat kerja merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik (Hasley, 1992). Sastrohadiwiryo (2003) mengatakan semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Davis (1996) menyatakan bahwa semangat kerja adalah kesediaan perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang terdapat dalam suatu organisasi dan terungkap
(26)
dalam sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspel kerja termasuk didalamnya lingkungan, kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan tujuan perusahaan.
Strauss dan Sylessn (1999) menyebutkan semangat kerja sebagai sikap partisipasi pekerja dalam mencapai tujuan oraganisasi yang harus dilakukan denag dorongan yang kuat, antusias dan bertanggung jawab terhadap prestasi serta konsekuensi organisasi dimasa sekarang dan yang akan datang.
Menurut Winardi (2004), semangat kerja mengandung pengertian ketiadaan konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi secara baik, dan tingkat keterlibatan ego dalam pekerjaan, sementara menurut Kosen(1993) semangat kerja adalah suasana yang ditimbulkan oleh sikap kerja dari para anggota usaha organisasi.
Denim (2004) mendefinisikan semangat kerja atau kegairahan kerja sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Kosen (1993) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk meneruskan pekerjaan, kegembiraan, dan organisasi yang baik.
Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan bahwa semangat kerja yang tinggi adalah karyawan yang bekerja dengan berenergi, antusias. Karyawan yang memiliki semangat kerja rendah adalah ketika karyawan merasa bosan, berkecil hati dan malas.
Semangat kerja merupakan bentuk nyata dari komitmen yang ditunjukan dengan semangat, antusiasme dan keprcayaan pada kebijakan organisasi, program dan tujuan organisasi. Semangat kerja ditunjukan dengan apa yang individu dan kelompok katakana dan lakukan untuk memperlihatkan ketertarikan, pemahaman dan identifikasi diri terhadap keutuhan dan kesuksesan kelompok kerja (Staudohar, 1992).
(27)
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap individu dalam bekerja yang menunjukan rasa kegairahan, antusias, bertanggung jawab dan komitmen dalam melaksanakan tugas agar mencapai tujuan organisasi.
1. Faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Patanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu:
a. Perasaan kebersamaan, Karyawan memiliki rasa saling memiliki dna peduliantara anggota kelompok kerja.
b. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih, Karyawan memiliki beban kerja yangjelas dan tujuan yang jelas.
c. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan, Memiliki kepercayaan bahwa pekerja dapat dilakukan sesuai tujuan yang diinginkan perusahaan atau organisasi.
d. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapinya tujuan, Tugas yang diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi antar anggota kelompok kerja.
e. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan, Pemimpin sering berhubungan langsung dengan para karyawan, memberikan motivasi yang membangun dan mengarahkan bawahan agar bekerja lebih produktif.
2. Ciri-ciri semangat kerja tinggi
Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan bahwa yang menjadi cirri-ciri semangat kerja yang tinggi adalah sebagai berikut:
1. Ceria
Senyum dan tertawa mencerminkan kebahagiaan individu dalam bekerja. Walaupun individu tidak memperlihatkan senyum dan tawanya, tetapi di dalam dirinya individu merasa tentang dan nyaman bekerja serta menikmati tugas yang dilaksakan
(28)
2. Memiliki Inisiatif
Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan memiliki kemauan diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan tanpa perintah dari atasan.
3. Berfikir kreatif dan luas
Individu mempunyai ide-ide baru, dan tidak mempunyai hambatan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas.
4. Menyenangi apa yang sedang dilakuakan
Individu lebih fokus terhadap pekerjaan daripada memperlihatkan gangguan selama melakukan pekerjaan.
5. Tertarik dengan pekerjaannya
Individu menaruh minat pada pekerjaan karena sesuai keahlian dan keinginannya.
6. Bertanggung jawab
Individu bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan. 7. Memiliki kemauan bekerja sama
Individu memiliki kesediaan untuk bekerja sama dengan individu yang lain untuk mempertahankan kualitas kerja. 8. Berinteraksi dengan atasan
Adanya interaksi yang baik dengan atasan, sehingga karyawan merasa nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.
Menurut Carlaw, Deming & Friedman (2003) penjelasan diatas adalah, tanda- tanda karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi, namun semangat kerja yang rendah sering ditunjukan dengan perilaku sebagai berikut:
1. Menjadi sangat tenang karena tidak tertarik dengan pekerjaannya. 2. Tidak bersosialisasi dengan rekan kerja.
3. Selalu datang terlambat dan pulang lebih awal. 4. Kurangnya kinerja yang dimiliki karyawan
(29)
3. Indikasi Turunnya Semangat Kerja
Indikasi turunnya semangat kerja ini penting diketahui oleh setiap perusahaan, karena dengan pengetahuan tentang indikasi ini akan dapat diketahui sebab turunnya semangat kerja. Dengan demikian perusahaan akan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau pemecah masalah secepat mungkin. Meskipun demikian sebelumnya kita harus meneliti kebenarannya terlebih dahulu, sebelum mengambil keputusan. Misalnya absensi yang tinggi adalah merupakan salah satu indikasi turunnya semangat kerja.
Adapun indikasi dari semangat kerja yang menurun menurut Alex S. Nitisemito (1996:161), yaitu sebagai berikut:
1. Turun/rendahnya produktivitas kerja 2. Tingkat absensi yang naik/turun
3. Tingkat perpindahan pegawai yang tinggi 4. Tingkat kerusakan yang naik/tinggi 5. Kegelisahan dimana-mana
6. Tuntutan yang sering terjadi
Masing-masing indikasitersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Turun/rendahnya produktivitas kerja
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan, penundaan pekerjaan dan sebagainya. Dan ini semua adalah merupakan suatu indikasi adanya semangat kerja dan kegairahan kerja yang turun. 2. Tingkat absensi yang naik/turun
Pada umumnya bila semangat dan kegairahan kerja turun, maka mereka akan malas untuk setiap hari datang bekerja. Apalagi bilamana kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dipotong waktu mereka tidak masuk. Setiap ada kesempatan untuk tidak bekerja akan mereka pergunakan, apalagi bilamana waktu yang luang tersebut dapat dipakai untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi meskipun untuk sementara.
(30)
3. Tingkat perpindahan pegawai yang tinggi
Bila dalam perusahaan tersebut terjadi tingkat keluar masuknya karyawan naik daripada sebelumnya, maka sebetulnya hal ini merupakan indikasi turunnya semangat keja. Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah disebabkan karena ketidak senangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut, sehingga untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai. Sebetulnya keluar masuknya karyawan dapat merugikan perusahaan tersebut, sebab kemungkinan karyawan yang keluar tersebut adalah karyawan yang sudah terlatih dan cukup berpengalaman. Hal ini selain dapat menurunkan produktivitas kerja juga dapat mengganggu kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Tingkat kerusakan yang naik/tinggi
Bila ternyata tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun peralatan yang dipergunakan meningkat. Naiknya tingkat kerusakan tersebut sebetulnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang, terjadinya kecorobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Banyak faktor-faktor lain yang dapat juga meningkatkan tingkat kerusakan. Misalnya hal ini dapat pula disebabkan karena kerusakan mesin dan peralatan, kesalahan pembelian bahan baku, kesalahan penyimpanan, kurangnya pengawasan dan sebagainya. Dan ini menunjukkan bahwa semangat kerja menurun.
5. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan akan terjadi bilamana semangat kerja turun. Kegelisahan-kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak tenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain. Hal ini perlu diketahui sebab kegelisahan merupakan salah satu indikasi turunnya semangat kerja. Kegelisahan pada tingkat tertentu yang dibiarkan begitu saja akan dapat merugikan perusahaan dengan segala akibatnya yang tidak kita inginkan.
(31)
6. Tuntutan yang sering terjadi
Sering terjadi tuntutan juga merupakan indikasi semangat dan kegairah kerja yang turun. Tuntutan merupakan perwujudan dari rasa ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
7. Pemogokan
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat kerja adalah bilamana terjadi pemogokan, karena pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan dan lain sebagainya. Bila mana hal ini telah memuncak dan tidak tertahan lagi, maka hal ini akan menimbulkan tuntutan. Dan bilamana tuntutan ini tidak berhasil pada umumnya berakhir dengan suatu pemogokan. Pemogokan merupakan indikasi yang paling kuat terhadap turunnya semangat kerja. Pemogokan ini dapat menimbulkan kelumpuhan bagi perusahaan dengan segala akibatnya. Meskipun pemogokan yang terjadi itu akhirnya dapat diatasi tetapi ketegangan yang mempengaruhi terhadap hubungan antara atasan dan bawahan dapat berlangsung cukup lama.
Pelaksanaan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan pada dasarnya untuk menciptakan atau menumbuhkan suatu semangat dalam bekerja sehingga akan berdampak kepada aktivitas karyawan dalam menjalankan pekerjaan.
Menurut Nitisemito (1996:167) sebab-sebab turunnya semangat kerja adalah sebagai berikut:
1. Upah yang terlalu rendah 2. Insentif yang kurang terarah
(32)
2.3. Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan Haryono (2009) tentang pengaruh karakteristik pekerjaan dan kompensasi terhadap kinerja pegawai dengan motivasi kerja sebagai variable intervening studi pada pegawai badan pelaksanaan peyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan kabupaten batang, didapatkan data bahwa kompensasi berpengaruh positif pada kinerja karyawan karena dengan adanya kompensasi yang signifikan maka kinerja karyawan meningkat dengan meningkatnya kinerja maka produktifitas kinerja ikut meningkat secara signifikan dengan memperhatikan kompensasi yang diberikan terutama gaji dan komisi.
Menurut penelitian yang dilakukan Anoki (2010) tentang analisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan PT. Slamet langgeng Purbalingga dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening, didapat komepnsasi berpengaruh poisitif dan signifikan terhadap kinerja dan juga mempengaruhi kinerja karyawan melaluli motvasi baik secara langsung dan secara tidak langsung motivasi diperngaruhi oleh kompensasi.
Menurut penelitian Haryono (2009) tentang pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerj PT. Davos Inti Berkaya, didapat menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja dengan kepuasan kerja dan motivasi, hal ini telah menunjukkan bahwa adanya rasa puas dengan kompensasi yang diberikan baik yang berupa gaji, bonus tunjangan dan lain-lain akan menumbuhkan motivasi yang tinggi dalam bekerja, karena para karyawan merasa dihargai dan didukung dalam bekerja.
(33)
(34)
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan.. Dalam pelaksanaannya tidak semua karyawan mempunyai pemahaman yang sama mengenai tugas dan fungsinya. Hal ini erat kaitannya dengan sikap, nilai, perilaku dan motivasi yang bersangkutan dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga harus dilakukan pengelolaan karyawan dengan baik. Pengelolaan karyawan ini berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan suatu tanda bahwa perusahaan tersebut dikelola dengan baik dan menunjukkan kesesuaian antara imbalan serta harapan yang disediakan oleh pihak perusahaan. Harapan dan imbalan tersebut salah satunya besarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan
Kompensasi asas konsep 3P merupakan kebijakan divisi sumber daya manusia dari PT PLN Jasa Sertifikasi Jakarta. Penilaian konsep 3P terdiri dari
Pay for person, Pay for positiondanPay for performance.Sedangkan penilaian untuk semangat kerja adalah ceria, memiliki inisiatif, berfikir kreatif dan luas, menyenangi pekerjaan, tertaik dengan pekerjaan, bertanggung jawab, memiliki kemampuan kerja sama, berinteraksi dengan atasan. Penentuan Penilaian konsep 3P (Pay for person, pay for position dan pay for performance) dan semangat kerja tersebut dianggap paling sesuai untuk menggambarkan kondisi pada PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta.
Analisis pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja karyawan dilakukan pengukuran terhadap atribut-atribut kompensasi konsep 3P (pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) dan karakteristik karyawan sehingga dari pengukuran tersebut akan diperoleh suatu kebijakan yang diambil oleh perusahaan terdapat pada Gambar 1 sebagai berikut:
(35)
]
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Sumber daya Manusisa Kebijakan SDM
Konsep 3P (Pay for Person, Position,
Performance) 1. Pay for Person
Kompetensi Pengalaman Pengakuan 2. Pay for position
Lingkungan kerja Fasilitas
Pelatihan Gaji
3. Pay for performance Prestasi Penghargaan Insentif
Rotasi karyawan Promosi jabatan
Semangat kerja Implikasi Manajerial
Ceria
Memiliki inisiatif Berfikir Kreatif dan luas
Menyenangi yang dilakukannnya Tertarik dengan pekerjaannya Bertanggung jawab
Memiliki kemauan kerja sama Berinteraksi dengan atasan
Kompensasi dengan konsep 3P dan
Karaktersitik Karyawan Kompensasi asas konsep 3P Karakteristik Karyawan 1. JenisKelamin 2. Umur 3. Tingkat Pendidikan 4. Masa kerja
Tabulasi Silang dan Chi Square
Pengaruh Kompensansi dengan
konsep 3P terhadap Semangat kerja
Hubungan Karakteristik dengan
Kompensasi dengan konsep 3P PT. PLN Jasa
(36)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta Jalan Laboratorium, Duren Tiga, Jakarta Selatan 12760, yang merupakan anak perusahaan dari Perusahaan Listrik Negara Pusat. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, mulai bulan Desember 2012 sampai pertengahan bulan Februari 2013. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2002). Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah kompensasi (Sugiyono, 2002).
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah kinerja (Sugiyono, 2002).
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data ordinal (Sugiyono, 2002).
(37)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2002). Data penelitian ini data sekunder yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua cara untuk mengumpulkan data yang akan diperlukan untuk melakukan analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan tehnik sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian secara langsung dan medalam dengan cara berkomunikasi (berbiacara dan tatap muka) secara langsung dengan pihak yang di anggap kompeten dan mengetahui seluk beluk permasalahan penelitian yang terjadi pada objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan bertanya kepada pegawai PT. PLN Jasa Sertifikasi
b. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
(38)
c. Dokumentasi
Cara memperoleh data dengan mencari dan mempelajari data yang berasal dari catatan dan dokumen yang telah dimiliki perusahaan yang dianggap penting dan menunjang penelitian. Dokumen tersebut dapat berupa peraturan, kebijakan, sejarah dan lain-lain. 2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang diberikan oleh perusahaan, seperti struktur organisasi dan sejarah perusahaan.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Imam Ghozali ( 2005 ), skala Likert adalah skala yang berisi 5 tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Cukup setuju
4 = Setuju
5 = Sangat setuju 3.6. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitan ini yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta sejumlah 112 orang.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiyono, 2002 ). Sampel diambil berdasarkan
random sampling (probability sampling), dengan teknik simple random
(39)
Oleh karena populasi sudah diketahui jumlahnya, maka untuk menentukan jumlah sample yang akan diteliti menggunakan rumus :
=
1 + ( )
= 112
1 + 112 (0,1) Type equation here. = 112
2.12
= 52.83 53
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 karyawan PT. PLN Jasa Sertifikasi Jakarta.
3.7. Pengolahan dan Metode Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang digunakan merupakan analisis deskriptif dan kuantitaif. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi pegawai mengenai pengaruh kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, Pay for position, Pay for Performance) terhadap semangat kerja sedangkan analisis crosstab digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan semangat kerja. Analisis kuantitatif berupa analisis regresi sederhana dan uji t
3.7.1 Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini untuk menentukan apakah benra-benar ada pengaruh positif antara kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, Pay for position, Pay for performance). Langkah-langkah dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis dilakukan dengan syarat, yaitu:
a. Jika thitung> maka rtable,maka Hoditerima, Haditolak b. Jika thitung≤ maka rtable,maka Hoditolak, Haditerima 2. Menetapkan rancangan hipotesis statistic yang diajukan.
a. Ho :ρ = 0,Artinya tidak terdapat pengaruh antara kompensasi
dengan konsep 3P (Pay for person, Pay for position, Pay for Performance) (Variabel X) dengan semangat kerja (Variabel Y)
(40)
b. Ha : ρ ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh antara kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, Pay for position, Pay for Performance) (Variabel X) dengan semangat kerja (Variabel Y)
3. Analisis yang digunakan untuk menentukan Ho ditolak atau diterima dengan menggunakan rumus statistic uji t sebagai berikut:
=
………
(1)
Keterangan:
t =Probabilitas
r =Koefisien regresi linier sederhana
n =Banyaknya subjek atau responden 4. Menentukan tingkat signifikan
Tingkat signifikan α (level of significant) yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan derajat kebebasan (db = N-2). Tingkat ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili dalam pengujian kedua varibel tersebut.
5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Gozali, 2005)
(41)
3.7.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk menggambarkan besar kecilnya tingkat variabel (independen dan dependen) dalam suatu penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan antara lain rata-rata (mean), maksimum, minimum dan standar deviasi. Deskriptif variabel penelitian dalam penelitian ini mengenai identifikasi responden terhadap semangat kerja.
3.7.3 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut ( Imam Ghozali, 2005). Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Sedangkan untuk mengetahui skor masing – masing item pertanyaan valid atau tidak, maka ditetapkan kriteria statistic sebagai berikut :
1. rhitung > rtabel, maka dinyatakan valid 2. rhitung≤rtabel,maka dinyatakan tidak valid
Pengujian dilakukan dengan membandingkan r hitung dan r tabel. Nilai r hitung merupakan hasil korelasi jawaban responden pada masing-masing pertanyaan di setiap variabel yang dianalisiss dengan program spss dan outputnya bernama corrected item correlation,. Sedangkan untuk mendapatkan r tabel dilakukan dengan tabel r product moment, yaitu menentukan α = 0,05 kemudian n (sampel) = 30 sehingga didapat nilai r tabel dua sisi sebesar 0,361. Tingkat kevalidan indikator atau kuesioner dapat ditentukan, apabila rhitung> rtabel = Valid dan rhitung < rtabel = Tidak Valid
Berdasarkan Tabel 11 hasil uji validitas memperlihatkan nilai r hitung setiap indikator variabel kompensasi, motivasi dan kinerja lebih besar dibanding nilai r tabel. Dengan demikian indikator atau kuesioner yang digunakan oleh masing-masing variabel kompensasi,
(42)
motivasi dan kinerja dinyatakan valid untuk digunakan sebagai alat ukur variabel. Hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat Tabel 1.
Tabel 1.Hasil Validitas
Variabel Indikator Rhitung Rtabel Keterangan
Pay for person
Indikator 1 0,535
0,361 Valid Indikator 2 0,743
Indikator 3 0,424 Indikator 4 0,479 Indikator 5 0,562 Indikator 6 0,875 Indikator 7 0,875 Indikator 8 0,600
Pay for position
Indikator 1 0,792
0,361 Valid Indikator 2 0,568
Indikator 3 0,442 Indikator 4 0,450 Indikator 5 0,446 Indikator 6 0,821 Indikator 7 0,532 Indikator 8 0,653
Pay for performance
Indikator 1 0,435
0,361 Valid Indikator 2 0,679
Indikator 3 0,535 Indikator 4 0,755 Indikator 5 0,467 Indikator 6 0,580 Indikator 7 0,762 Indikator 8 0,413 Indikator 9 0,529 Indikator 10 0,438
Semangat kerja
Indikator 1 0,654
0,361 Valid Indikator 2 0,656
Indikator 3 0,392 Indikator 4 0,741 Indikator 5 0,598 Indikator 6 0,661 Indikator 7 0,518 Indikator 8 0,411 Indikator 9 0.527 Indikator 10 0,383 Indikator 11 0,865 Indikator 12 0,747 Indikator 13 0,614 Indikator 14 0,656 Indikator 15 0.628 Indikator 16 0.371
(43)
3.7.4 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang mempunyai indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Repeted measure atau pengukuran yaitu seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya 2. One shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan yang lain atau mengukur korelasi antara jawaban dengan pertanyaan.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha ( α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbanch Alpha > 0,60 ( Ghozali,2005 ).
Reliabilitas suatu indikator atau kuesioner dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha (α), yaitu apabila nilai cronbach’s alpha (α) lebih besar (>) 0,60 maka indikator atau kuesioner adalah reliabel, sedangkan apabila nilai cronbach’s alpha(α) lebih kecil (<) 0,60 maka indikator atau kuesioner tidak reliabel. Secara keseluruhan hasil uji reliabilitas dapat dilihat hasilnya pada Tabel 2. Tabel 2.Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
Standar
Reliability Keterangan
Pay for person 0.875 0.60 Reliabel
Pay for position 0.850 0.60 Reliabel
Pay for
performance 0.853 0.60 Reliabel
(44)
3.7.5 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat normalitas model regresi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan grafik yaitu histogram dan normal p-p plot.
1. Kurva Histogram
Pada kurva histogram, model memenuhi asumsi normalitas jika bentuk kurva simetris atau tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan. Berikut ini hasil uji normalitas dengan menggunakan kurva histogram :
a. Kurva histogram kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance terhadap semangat kerja
Kurva histogram untuk pengujian normalitas regresi linear antara kompensasi terhadap motivasi kerja dapat dilihat hasilnya pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik kurva histogram kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance) terhadap semangat kerja
Hasil kurva histogram menunjukkan bahwa bentuk kurva simetris dan tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan sehingga berdasarkan kurva histogram, model regresi berdistribusi normal.
(45)
2. Grafik Normal P-P Plot
Pada grafik normal p-p plot, model memenuhi asumsi normalitas jika titik –titik pada kurva berhimpit mengikuti garis diagonalnya. Berikut ini hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal p-p plot :
a. Kurva Normal P-P Plot kompensasi dengan konsep 3P (Pay for person, pay for position, pay for performance terhadap semangat kerja
Kurva normal p-p plot untuk pengujian normalitas regresi linear antara kompensasi terhadap motivasi kerja dapat dilihat hasilnya pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik normal probabilty plot kompensasi terhadap motivasi kerja
Hasil kurva normal probability plot memperlihatkan bahwa titik–titik pada grafik berhimpit dan mengikuti garis diagonalnya, sehingga dapat disimpulkan model regresi berdistribusi normal
3.7.6 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kompensasi dengan konsep 3P dan implikasinya terhadap semangat kerja.
(46)
Dalam regresi linier berganda terdapat 3 variabel, yaitu : a. Variabel Bebas (X1), yaitu Kompensasi dengan konsep 3P b. Variabel Terikat (Y), yaitu Semangat Kerja
Untuk menguji variabel tersebut maka digunakan analisa regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :
Y1 = b1X1+ e1
Y2 = b3X1 + b2X2 + e2 Dimana :
Y = semangat kerja
b1, b2,b3 = koefisien garis regresi
X1 = kompensasi dengan konsep 3P e = residual atau prediction error 3.7.7 Koefisien Determinasi
Koefesien determinasi digunakan untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen, dimana nilai Adjusted R Square yang mendekati satu maka variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
3.7.8 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)
Analisis tabulasi silang (Crosstab) adalah metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantaranya dan salahs atu analisis korelasional yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Sehingga analisis tabulasi silang ini dapat digunakan untuk menggambarkan ketertarikan pegawai meliputi jenis kelamin, pendidikan, usia, besaran gaji, masa kerja dan jumlah tanggungan.
(47)
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi didirikan pada tanggal 28 November 1961 sebagai proyek Laboratorium PLN. Beberapa nama pernah disandang oleh institusi ini sesuai dengan perkembangan ketenagalistrikan di indonesia. 4.1.1 Sejarah PT. PLN Jasa Sertifikasi
Pada tanggal 17 Juli 1964 institusi ini berubah namanya menjadi Lembaga Masalah Kelistrikan dan sejak 24 Juni 1965 sebagai Lembaga Penelitian Masalah Ketenagaan. Pada tanggal 5 September 1966 berganti nama menjadi Lembaga Masalah Ketenagaan yang disingkat LMK dan selanjutnya singkatan ini menjadi Trade Mark yang dikenal familiar dengan logo <> LMK <>
Sesuai dengan perubahan status PLN dari perusahaan negara menjadi perseroan terbatas, maka sejak 28 November 1996 institusi ini menjadi salah satu unit bisnis PLN yang dikenal dengan nama Jasa Teknik Kelistrikan, disingkat PLN-JTK. Pada perkembangan selanjutnya tepatnya sejak tanggal 19 November 2003 institusi ini dipecah menjadi 2 (dua) unit yaitu PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi dan PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan. 4.1.2 Bidang Usaha
PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi merupakan salah satu unit usaha penunjang ketenagalistrikan yang tugas pokonya adalah mengelola dan mengembangkan jasa dan produk sertifikasi, menjalankan pengujian, evaluasi dan kegiatan sertifikasi kelaikan operasi instalasi peralatan ketenagalistrikan dan tera meter, menjalankan pengujian, evaluasi dan kegiatan sertifikasi sistem manajemen mutu, sistem manajemen K3 dan sistem manajemen lingkungan, membina hubungan dan kerjasama dengan lembaga akreditasi nasional dan internasional dan mengelola
(48)
pelanggan dan penerimaan jasa sertifikasi serta melakukan pemasaran dan pengembangan usaha jasa sertifikasi.
PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi dibagi menjadi lima bidang yang terdiri dari :
1. Bidang Manajemen Mutu dan Audit Internal 2. Bidang Pengembangan Usaha
3. Bidang Sertifikasi Kelaikan Instalasi & Tera Meter 4. Bidang Sertifikasi Produk & Sistem Manajemen Mutu 5. Bidang SDM, Administrasi & Keuangan
4.1.3 Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan bisnis PLN-Jasa Sertifikasi adalah : 1. Sertifikasi kelaikan instalasi pembangkit tenaga listrik
Sertifikasi/inspeksi adalah pengakuan formal secara profesional suatu instalasi ketenagalistrikan terhadap persyaratan teknis, kontrak dan operasi sebelumnya pengoperasiannya. PLN-Jasa Sertifikasi adalah suatu unit usaha PT PLN (Persero) yang melakukan pelayanan jasa sertifikasi /inspeksi.
Sertifikasi/inspeksi ketenagalistrikan mendukung instalasi yang Aman, Andal, dan Akrab Lingkungan. Kegiatan sertifikasi/inspeksi telah dilaksanakan sejak tahun 1971 sampai dengan sekarang yang meliputi serah terima barang dan instalasi pembangkit listrik, gardu induk dan transmisi milik PLN dan non PLN di seluruh Indonesia.
Peralatan dan instalasi pembangkit tenaga listrik yaitu, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTMG, PLTP, PLTD, PLTA dan PLTM. Peralatan dan instalasi jaringan yaitu SUTET, SUTT, GI, SUTM, GD, JTR, dan instalasi bangunan komersil.
(49)
2. Sertifikasi produk (SPM)
Sertifikasi produk adalah kegiatan PLN-Jasa Sertifikasi yang telah dilakukan sejak tahun 1975 oleh PLN-LMK yang lebih dikenal sebagai Sistem Pengawasan Mutu (SPM). Logo <> LMK <> tercetak pada produk-produk peralatan listrik yang telah di uji oleh PLN-Jasa Sertifikasi dan telah memenuhi persyaratan serta spesifikasi teknis tertentu menurut standar yang berlaku. Dan sekarang SPM secara luas menjadi tanda Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada saat ini logo <> LMK <> dipakai pada berbagai peralatan listrik seperti : 1. Kabel Listrik
2. KWh Meter
3. Mini circuit breaker (MCB) 4. Isolator dan konektor 5. Transformator distribusi 6. Aksesoris
7. Kotak APP
3. Sertifikasi sistem mutu & manajemen lingkungan
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) PLN-Jasa Sertifikasi beraktivitas sejak tahun 1997. Dengan lingkup pelayanan : Sertifikasi ISO 9001. Saat ini LSSM PLN-Jasa Sertifikasi telah mendapatkan akreditasi dari komite Akreditasi Nasional (KAN-BSN) sesuai dengan BSN 301-1999. PLN-Jasa Sertifikasi sedang melaksanakan set up Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (LSSML) ISO 14001 untuk memperoleh pengakuan dari KAN.
4. Komisioning pembangkit dan jaringan
Komisioning/Inspeksi teknik telah dilakukan sejak tahun 1971 terhadap instalasi pembangkit listrik dan jaringan baik milik PLN maupun non PLN yang meliputi :
(50)
1. Peralatan dan instalasi pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU, PLTGU, PLTG, PLTMG, PLTP, PLTD, PLTA, dan PLTM
2. Peralatan dan instalai jaringan yaitu SUTET, SUTT, GI, SUTM, GD, JTR, dan Instalasi bangunan komerisial
3. Peralatan dan instalasi mesin industri yaitu Turbin, Boiler, dan Heat Exchager.
5. Terameter
Melaksanakan persiapan Tera kWh meter yang akan dikirim ke PLN, dan telah mendapat tanda daftar perusahaan untuk persiapan peneraan kWh Meter baru dari pabrik/produsen, disamping itu juga melaksanakan tera ulang.
4.1.4 Visi dan Misi PT PLN (Persero) Visi
Menunjang upaya menjadi tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dapat tercapai moto” Elektrik for a Better Life” dengan mewujudkan suatu unit usaha sertifikasi sebagai penjamin tingkat kelaikan instalasi tenaga listrik, produk peralatan listrik serta mutu pelayanan usaha ketenagalistrikan yang bertumpu pada potensi insani.
Misi
1. Melaksanakan bisnis jasa sertifikasi dibidang ketenagalistrikan yang meliputi : sertifikasi produk peralatan listrik, sertifikasi sistem manajemen mutu dan lingkungan bidang usaha kelistrikan, sertifikasi kelaikan instalasi tenaga listrik dan terameter secara profesional, independen, mandiri, unggul, dan terpercaya.
2. Memenuhi tuntunan pasar dengan moto pelayanan ” Faster, Better, & Competitive”
3. Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan hasil terbaik kepada pemilik, tanpa mengabaikan pegawai ataupun pemasok.
(1)
Cronbach's
Alpha
on
Standardized
Items
N of Items
.816
.812
10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
.853
.853
10
•
Kompensasi dengan konsep 3P
pay for person
Validitas t table (0.361)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
24.5926
14.133
.599
.397
.550
VAR00002
24.7778
13.384
.550
.391
.555
VAR00003
24.3148
15.842
.432
.296
.601
VAR00004
24.2407
16.639
.329
.210
.625
VAR00005
24.6481
16.610
.277
.294
.638
VAR00006
24.6852
17.842
.157
.289
.664
VAR00007
24.3519
17.138
.188
.144
.662
VAR00008
24.3889
16.997
.244
.211
.646
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
28.9000
18.783
.787
.
.750
VAR00002
29.1667
18.420
.711
.
.762
VAR00003
28.4333
23.082
.394
.
.807
VAR00004
28.6000
23.834
.448
.
.800
VAR00005
28.8333
22.626
.481
.
.796
VAR00006
28.8667
24.533
.314
.
.813
VAR00007
28.7333
22.892
.454
.
.799
(2)
Lanjutan Lampiran 3.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
24.5333
26.809
.535
.
.870
VAR00002
25.1333
21.499
.743
.
.849
VAR00003
24.7000
26.907
.424
.
.880
VAR00004
24.5667
27.426
.479
.
.874
VAR00005
24.3000
26.907
.562
.
.868
VAR00006
24.8667
21.430
.875
.
.830
VAR00007
24.8667
21.430
.875
.
.830
VAR00008
25.3667
24.654
.600
.
.863
•
Kompensasi dengan konsep 3P
pay for person
Reliabilitas
(α = 0,60)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.652
.645
8
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
.811
.804
9
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
(3)
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Item-Total
Correlation
Multiple
Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00009
52.5111
60.665
.740
.721
.790
VAR00010
52.2889
73.392
.371
.527
.819
VAR00011
52.0222
73.931
.298
.542
.823
VAR00012
52.0889
75.401
.198
.282
.828
VAR00013
51.9111
70.446
.394
.580
.818
VAR00014
52.0889
72.128
.422
.576
.816
VAR00015
52.2222
70.722
.473
.600
.813
VAR00016
51.8889
71.783
.399
.637
.817
VAR00017
52.1778
69.149
.515
.619
.810
VAR00018
51.9778
76.704
.130
.277
.831
VAR00019
52.8000
59.936
.827
.832
.783
VAR00020
52.0889
68.265
.644
.631
.803
VAR00021
52.2222
70.813
.527
.716
.810
VAR00022
52.4000
74.382
.254
.545
.825
VAR00023
52.0000
72.773
.350
.485
.820
VAR00024
51.9778
74.522
.255
.463
.825
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
52.8333
76.420
.660
.711
.890
VAR00002
53.2000
82.372
.594
.663
.892
VAR00003
52.4667
87.982
.371
.732
.899
VAR00004
52.7000
78.493
.736
.803
.886
VAR00005
52.3333
82.851
.575
.812
.892
VAR00006
52.7000
83.183
.689
.740
.889
VAR00007
52.6000
83.834
.526
.739
.894
VAR00008
52.2333
88.323
.411
.714
.897
VAR00009
52.4000
85.352
.538
.733
.894
VAR00010
52.7000
87.045
.356
.617
.900
VAR00011
53.1667
74.764
.886
.934
.879
VAR00012
52.5333
78.947
.769
.815
.885
VAR00013
52.6333
85.551
.597
.855
.892
VAR00014
52.8667
88.602
.289
.551
.901
VAR00015
52.6333
81.482
.640
.792
.890
(4)
Lanjutan Lampiran 3.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
52.5000
83.638
.654
.
.903
VAR00002
52.8667
88.602
.656
.
.901
VAR00003
52.1333
95.223
.392
.
.909
VAR00004
52.3667
85.551
.741
.
.898
VAR00005
52.0000
89.793
.598
.
.903
VAR00006
52.3667
90.930
.661
.
.902
VAR00007
52.2667
91.375
.518
.
.906
VAR00008
51.9000
95.886
.411
.
.909
VAR00009
52.0667
92.961
.527
.
.906
VAR00010
52.3667
94.102
.383
.
.910
VAR00011
52.8333
82.144
.865
.
.893
VAR00012
52.2000
86.510
.747
.
.898
VAR00013
52.3000
92.769
.614
.
.904
VAR00014
52.8667
88.602
.656
.
.901
VAR00015
52.3000
88.976
.628
.
.902
VAR00016
52.1667
95.109
.371
.
.910
•
Semangat kerja Reliabilitas
(α = 0,60)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.825
.814
16
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
.899
.896
16
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
(5)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00
001
VAR00
002
VAR00
003
VAR00
004
VAR00
005
VAR00
006
VAR00
007
VAR00
008
N
53
53
53
53
53
53
53
53
Normal
Paramete
rs(a,b)
Mean
3.5849
3.5283
3.6226
3.4151
3.7547
3.4906
3.4151
2.8491
Std.
Deviat
ion
1.0457
6
.79913
.98501
1.1339
8
.82987
.99272
1.0819
1
1.1993
0
Most
Extreme
Differenc
es
Absol
ute
.203
.251
.253
.188
.295
.206
.253
.190
Positi
ve
.203
.217
.162
.152
.233
.180
.162
.157
Negati
ve
-.164
-.251
-.253
-.188
-.295
-.206
-.253
-.190
Kolmogorov-Smirnov Z
1.475
1.826
1.842
1.366
2.151
1.496
1.840
1.382
Asymp. Sig.
(2-tailed)
.026
.003
.002
.048
.000
.023
.002
.044
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Lampiran 5. Regresi sederhana
Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1
.837(a)
.701
.695
.30980
2.354
a Predictors: (Constant), VAR_X
b Dependent Variable: VAR_Y
Collinearity Diagnostics
a
1.987
1.000
.01
.01
.013
12.578
.99
.99
Dimension
1
2
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index
(Constant)
VAR_X
Variance Proportions
Dependent Variable: VAR_Y
a.
Coefficients
a
.575
.269
2.135
.038
.808
.074
.837
10.937
.000
1.000
1.000
(Constant)
VAR_X
Model
1
B
Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Tolerance
VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: VAR_Y
a.
(6)
Lampiran 6. Tabulasi silang
Jenis Kelamin * Kompensasi_3P Crosstabulation
4 4 4 12 8 32
12.5% 12.5% 12.5% 37.5% 25.0% 100.0%
66.7% 66.7% 50.0% 52.2% 80.0% 60.4%
7.5% 7.5% 7.5% 22.6% 15.1% 60.4%
2 2 4 11 2 21
9.5% 9.5% 19.0% 52.4% 9.5% 100.0%
33.3% 33.3% 50.0% 47.8% 20.0% 39.6%
3.8% 3.8% 7.5% 20.8% 3.8% 39.6%
6 6 8 23 10 53
11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0%
Count % within Jenis Kelamin % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Jenis Kelamin % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Jenis Kelamin % within Kompensasi_3P % of Total Laki-laki
Perempuan Jenis Kelamin
Total
Sangat
Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Sangat Setuju Kompensasi_3P
Total
Usia * Kompensasi_3P Crosstabulation
0 0 0 3 2 5
.0% .0% .0% 60.0% 40.0% 100.0%
.0% .0% .0% 13.0% 20.0% 9.4%
.0% .0% .0% 5.7% 3.8% 9.4%
0 0 1 8 5 14
.0% .0% 7.1% 57.1% 35.7% 100.0%
.0% .0% 12.5% 34.8% 50.0% 26.4%
.0% .0% 1.9% 15.1% 9.4% 26.4%
6 6 4 5 1 22
27.3% 27.3% 18.2% 22.7% 4.5% 100.0% 100.0% 100.0% 50.0% 21.7% 10.0% 41.5% 11.3% 11.3% 7.5% 9.4% 1.9% 41.5%
0 0 2 5 2 9
.0% .0% 22.2% 55.6% 22.2% 100.0%
.0% .0% 25.0% 21.7% 20.0% 17.0%
.0% .0% 3.8% 9.4% 3.8% 17.0%
0 0 1 2 0 3
.0% .0% 33.3% 66.7% .0% 100.0%
.0% .0% 12.5% 8.7% .0% 5.7%
.0% .0% 1.9% 3.8% .0% 5.7%
6 6 8 23 10 53
11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% Count
% within Usia % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Usia % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Usia % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Usia % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Usia % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Usia % within Kompensasi_3P % of Total < 20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
> 50 tahun sebutkan Usia
Total
Sangat
Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Sangat Setuju Kompensasi_3P
Total
Pendidikan * Kompensasi_3P Crosstabulation
0 0 0 3 2 5
.0% .0% .0% 60.0% 40.0% 100.0%
.0% .0% .0% 13.0% 20.0% 9.4%
.0% .0% .0% 5.7% 3.8% 9.4%
0 0 1 8 6 15
.0% .0% 6.7% 53.3% 40.0% 100.0%
.0% .0% 12.5% 34.8% 60.0% 28.3%
.0% .0% 1.9% 15.1% 11.3% 28.3%
6 6 4 3 0 19
31.6% 31.6% 21.1% 15.8% .0% 100.0% 100.0% 100.0% 50.0% 13.0% .0% 35.8%
11.3% 11.3% 7.5% 5.7% .0% 35.8%
0 0 2 7 2 11
.0% .0% 18.2% 63.6% 18.2% 100.0%
.0% .0% 25.0% 30.4% 20.0% 20.8%
.0% .0% 3.8% 13.2% 3.8% 20.8%
0 0 1 2 0 3
.0% .0% 33.3% 66.7% .0% 100.0%
.0% .0% 12.5% 8.7% .0% 5.7%
.0% .0% 1.9% 3.8% .0% 5.7%
6 6 8 23 10 53
11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% Count
% within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Pendidikan % within Kompensasi_3P % of Total SMA/Sederajat DI DIII S1 S2 Pendidikan Total Sangat
Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Sangat Setuju Kompensasi_3P
Total
Penghasilan * Kompensasi_3P Crosstabulation
0 0 0 3 2 5
.0% .0% .0% 60.0% 40.0% 100.0%
.0% .0% .0% 13.0% 20.0% 9.4%
.0% .0% .0% 5.7% 3.8% 9.4%
0 0 1 8 2 11
.0% .0% 9.1% 72.7% 18.2% 100.0%
.0% .0% 12.5% 34.8% 20.0% 20.8%
.0% .0% 1.9% 15.1% 3.8% 20.8%
0 2 3 1 4 10
.0% 20.0% 30.0% 10.0% 40.0% 100.0% .0% 33.3% 37.5% 4.3% 40.0% 18.9%
.0% 3.8% 5.7% 1.9% 7.5% 18.9%
6 4 3 8 1 22
27.3% 18.2% 13.6% 36.4% 4.5% 100.0% 100.0% 66.7% 37.5% 34.8% 10.0% 41.5%
11.3% 7.5% 5.7% 15.1% 1.9% 41.5%
0 0 1 3 1 5
.0% .0% 20.0% 60.0% 20.0% 100.0%
.0% .0% 12.5% 13.0% 10.0% 9.4%
.0% .0% 1.9% 5.7% 1.9% 9.4%
6 6 8 23 10 53
11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 11.3% 11.3% 15.1% 43.4% 18.9% 100.0% Count
% within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Count % within Penghasilan % within Kompensasi_3P % of Total Antara 1.500. 000-1.900.000 Antara 2.000. 000-2.400.000 Antara 2.500. 000-2.900.000 Antara 3.000. 000-3.400.000 >3.500.000 Penghasilan Total Sangat
Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Sangat Setuju Kompensasi_3P