13 ukuran 109-110 Mustakim 2008.
Soenarjanto 1977 melaporkan bahwa ikan mujair di Waduk Selorejo memijah pertama kali pada ukuran 13-15 cm. Ukuran pertama matang gonad
ikan mujair di Danau Mooat adalah 7,2 cm Bataragoa Rondo 1990.
2.5 Kebiasaan Makanan
Mustakim 2008 melaporkan bahwa ikan betok di Danau Melintang termasuk ikan omnivora yang cenderung ke karnivora, makanan utamanya adalah
insekta sedangkan makanan lainnya adalah ikan, krustase, serasah tumbuhan dan plankton. Abdullah 2005 menyatakan bahwa makanan utama ikan mujair adalah
Chlorophyceae dan makanan tambahannya adalah Bacillariophyceae. Berbagai
hasil penelitian mengemukakan bahwa ikan mujair adalah pemakan plankton, detritus dan juga makrofita Pittman et al. 1998; Bhakta Bandyopadhyay
2007. Hal ini hampir sama dengan makanan dari genus yang sama Oreochromis Kariman, Shalloof Khalifa 2009. Bowen 1976, 1982 in Webb et al. 2007
berpendapat bahwa umumnya jenis Tilapia termasuk O. mossambicus
mengganti cara memakan contohnya dari herbivor ke detrivor atau antara pemakan
fitoplankton dan zooplankton. Hal ini berkaitan dengan pola memakan yang insidental.
2.6 Sifat Fisik, Kimiawi, dan Biologi Air
Walk et al. 2000 menyatakan bahwa suhu tinggi akan berpengaruh langsung terhadap proses fisiologis pada beberapa jenis ikan dan menurunkan
kelimpahannya di perairan. Bagi ikan yang hidup di perairan tawar, perubahan suhu perairan pada musim penghujan memberikan tanda secara alamiah untuk
melakukan pemijahan, beruaya dan mencari makan. Suhu juga memengaruhi distribusi ikan dan kelimpahan makanan di suatu perairan.
Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar salinitas, temperatur air yang tinggi, oksigen terlarut yang rendah, dan konsentrasi ammonia
yang tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya yang umum untuk budidaya Webb et al. 2007. Huet 1971 menyatakan ikan mujair tahan
terhadap daerah yang bersuhu panas dan optimalnya pada suhu 20 C, untuk
perkembangan berkisar antara 22 C-32
C, suhu terendah mencapai 12 C.