Kebiasaan Makanan Sifat Fisik, Kimiawi, dan Biologi Air

14 Philippart Ruwet 1982 menyatakan bahwa toleransi ikan mujair terhadap salinitas berkisar antara 0-60 ‰, suhu terendah berkisar antara 8-15 O C dan maksimum pada suhu 39-40 C. Pada kondisi yang ekstrim lethal kisaran toleransi terhadap suhu berkisar antara 41-42 C Philippart Ruwet 1982; Stauffer 1986. Beberapa studi tentang kisaran toleransi ikan mujair dan famili Ciclidae lainnya terhadap suhu telah dilaporkan Allanson et al. 1971; Chervinski Lahar 1976. Chen 1976 melaporkan bahwa suhu optimal perairan untuk memijah bagi ikan mujair berkisar antara 20-35 C, dimana suhu 22-24 C dan 26 C merupakan suhu optimal yang terbaik untuk reproduksi. Mustakim 2008 melaporkan kisaran suhu untuk perkembangan ikan betok berkisar antara 28,0 C- 30,02 C. Balarin Haller 1980 mengemukakan ikan mujair tahan terhadap kadar O 2 kurang dari 5,0 ppm. Kisaran kadar O 2 ikan betok di Danau Melintang berkisar antara 1,97-4,75 mgl Mustakim 2008. 15 III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu, Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010 di perairan Danau Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat Gambar 4. St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 Gambar 4. Peta lokasi penelitian Keterangan : Daerah Perairan Terbuka Daerah Tumbuhan Air 16 Bentuk morfologi perairan Danau Taliwang berupa segi empat dari suatu dataran rendah yang melandai ke arah selatan, dengan luas total 1.085 ha terdiri dari luas perairan 856 ha dan sawah 229 ha pada elevasi muka air 7,5 m. Pada elevasi muka air 5,5 m luas total Danau Taliwang 827 ha yang terdiri dari luas perairan 553 ha, luas tumbuhan air 250 ha dan luas persawahan 24 ha. Sedangkan pada elevasi muka air 3,5 m luas total Danau Taliwang sebesar 490 ha yang terdiri dari luas perairan 231 ha, luas tumbuhan air 251 ha dan luas persawahan 8 ha Praptokardiyo et al. 1996. Sekitar wilayah Danau Taliwang terdapat perbukitan dan pegunungan serta sebagian lereng berbukit. Di bagian utara dan selatan danau berupa daratan yang didominasi oleh persawahan dan tegalan. Keadaan iklim Danau Taliwang yang berada di Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Taliwang adalah relatif kering dengan rata-rata curah hujan masing-masing 1.216 dan 1.934 mmtahun BPS 2005, tergolong rendah dengan suhu udara rata-rata 26,61 Stasiun penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan karakteristik habitat masing-masing stasiun dan efisiensi operasional pelaksanaan, yaitu mendapatkan informasi dari nelayan setempat berkaitan dengan lokasi penangkapan ikan dan tempat ikan betok dan mujair melakukan pemijahan. Adapun karakterisitk stasiun penelitian sebagai berikut: C. 1 Stasiun 1, 3, dan 5 merupakan daerah perairan terbuka. Stasiun ini dipilih karena kondisi permukaan air danau yang terbuka, terletak di tengah- tengah danau, kedalaman relatif lebih dalam ± 4 m. Diduga merupakan preferensi habitat bagi ikan mujair. 2 Stasiun 2 dan 4 merupakan daerah tumbuhan air. Stasiun ini dipilih karena kerapatan tumbuhan air yang tinggi pada stasiun 2 didominasi oleh Hydrilla verticillata dan stasiun 4 didominasi oleh Nelumbo sp.. Kedua stasiun ini terdapat di tepi danau, warna air jernih kehitaman, kedalaman yang relatif dangkal ± 2 m dan airnya stagnan. Kedua stasiun ini diduga merupakan preferensi habitat ikan betok. Pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan data terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian di lapangan dan pengamatan serta analisis di laboratorium. 17 Penelitian di Lapangan Kondisi kualitas air masing-masing stasiun sebagai data penunjang penelitian diamati dan diukur. Pengamatan dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan untuk setiap daerah terpilih, bersamaan dengan waktu pengambilan contoh ikan. Pengukuran parameter suhu, kekeruhan, pH, dan oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan water quality checker merk Horriba, Adapun pengukuran parameter kualitas air yang diamati beserta metode dan alat yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1. Contoh ikan diambil setiap dua minggu sekali dengan menggunakan alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan setempat jaring insang dengan ukuran 1,5 inci, dan alat tangkap non selektif jaring insang experimental dengan ukuran mata jaring yang berbeda 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 inci dengan panjang masing-masing ukuran mata jaring 25 m dan tinggi 2 meter yang dioperasikan di habitat tumbuhan air dengan cara ditempatkan pada sisi luar tumbuhan air dan perairan terbuka dengan cara membentangkan di tengah perairan terbuka selama 24 jam. Ikan-ikan yang terjaring dikoleksi keesokan harinya. Tabel 1. Metode dan alat Parameter Satuan Metode dan Alat Fisika  Suhu  Kedalaman  Kekeruhan cm C NTU Pembacaan skala water quality checker Visual, tongkat berskala Pembacaan skala water quality checker Kimia  pH  Oksigen terlarut - mgl Pembacaan skala water quality checker Pembacaan skala water quality checker Biologi  Tumbuhan air  Plankton m sell 2 Transek kuadrat 1m x 1 m Plankton net ukuran 25 μm Ikan hasil tangkapan dipisahkan berdasarkan habitat pengamatan dan ukuran mata jaring. Sampel ikan diambil mulai dari ukuran yang terkecil sampai yang terbesar. Sebagian sampel ikan dibedah di lapangan dan diambil gonadnya. Gonad ikan jantan dan betina kemudian difiksasi dengan larutan Bouin clan dimasukkan ke dalam botol sampel untuk keperluan analisis 18 histologis di laboratoriun. Gonad ikan diawetkan dengan formalin dengan konsentrasi 4, kemudian dimasukkan ke botol sampel. Sampel ikan yang tidak dibedah di lapangan, segera diawetkan dalam larutan formalin dengan konsentrasi 10 dan dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi label, untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pengukuran tumbuhan air dilakukan dengan menggunakan transek kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m dengan 3 kali ulangan yang ditempatkan pada daerah tumbuhan air. Pengambilan contoh plankton dilakukan dengan menyaring air sebanyak 100 L. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan ember yang berukuran 10 L yang dituangkan ke dalam plankton net dengan ukuran mata jaring 50 - 63 µm yang pada ujungnya dikaitkan dengan tabung film sebagai wadah penampung plankton, kemudian diberi lugol dan kertas label. Setiap jenis plankton yang diperoleh jumlahnya dicatat kemudian dihitung kelimpahannya. Pengamatan di Laboratorium Analisis sampel ikan dilakukan di Laboratorium Biomikro. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan di laboratorium meliputi pengukuran panjang total dan penimbangan bobot ikan untuk melihat pola pertumbuhan ikan. Pengukuran panjang menggunakan papan ukur dengan ketelitian 0,1 cm dan penimbangan bobot menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 g. Pengamatan beberapa aspek reproduksi seperti penentuan jenis kelamin, tingkat kematangan gonad secara makrokospis dan mikrokospis, indeks kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, dan kebiasaan makanan. 3.2. Analisis Data 3.2.1. Pertumbuhan

3.2.1.1. Hubungan Panjang Total dan Bobot Ikan

Analisis hubungan antara panjang dengan berat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ricker 1970 : W = aL b 19 keterangan: W = berat ikan gram L = panjang total ikan mm a dan b konstanta Nilai b = 3 menunjukkan pola pertumbuhan isometrik. Nilai b ≠ 3 menunjukkan pola pertumbuhan allometrik jika b3 = allometrik positif pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjang dan jika b3 = allometrik negatif pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan berat. Nilai b yang diperoleh diuji dengan uji t pada selang kepercayaan 95 α = 0.05 Steel dan Torrie 1993. Pada uji ini berlaku hipotesis h : b = 3 dan h 1 : b ≠ 3. kaidah keputusan diperoleh dengan membandingkan hasil t hitung dengan t tabel pada selang kepercayaan 95 , jika t hitung t tabel keputusannya adalah tolak h dan jika t hitung t tabel keputusannya adalah terima h Walpole 1995.

3.2.1.2. Faktor Kondisi

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Index, faktor kondisi K menggunakan rumus Effendie 1979:

3.2.1.3. Dugaan Pertumbuhan

Pendugaan pertumbuhan panjang ikan dihitung dengan model von Bertalanffy sebagai berikut Sparre Venema 1999. L t = L ∞ 1 - e -K t - t o Keterangan: Lt = Panjang ikan pada umur ke-t mm L ∞ K = Koefisien pertumbuhan t = Panjang maksimal mm -1 t o Nilai K dan L = Umur hipotesis ikan pada panjang nol tahun ∞ L ditentukan dengan menggunakan metode Ford Walford in Sparre Venema 1999: t+1 =L ∞ 1-e - K + e – K L t Maka diperoleh koefisien pertumbuhan K dan panjang infiniti L ∞ sebagai berikut :