Bentuk Bakteri Penggolongan Bakteri Berdasarkan Zat Makanan

12 4 Arah dan kecepatan arus ms Current meter 5 Stasiun derajat koordinat GPS 6 Kedalaman meter Tali berskala Kimia 7 Salinitas psu Handrefraktometer 8 pH pH meter 9 DO mgL DO meter 10 Fosfat mgL Spektrofotometrik 11 Nitrat mgL Spektrofotometrik Peralatan dan bahan serta metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan sampel, disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Alat, Bahan dan Metode untuk pengambilan dan uji bioaktivitas No Kegiatan Metode Alat dan Bahan 1 Pengambilan sampel Menyelam Scuba diving, dokumentasi dan lain-lain 2 Ekstraksi bahan aktif Gosalaman 2010 Sampel Karang lunak, blander, pelarut metanol, rotovapor dan lain-lain 3 Uji bioaktivitas Uji daya hambat bakteri Media agar, bakteri uji, cawan petri, dll 4 Uji fitokimia Harborne 1987 : Alkaloid, Flavonoid, Triterpenoid, Saponin, Tanin Ekstrak sampel, HgCl 2 , FeCl 3 dan lain-lain 3.3 PERSENTASE TUTUPAN KARANG 3.4 Indeks Keanekaragaman Karang Lunak Indeks keanekaragaman H’ menggambarkan keanekaragaman, produktivitas, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem H’ : indeks keanekaragaman S : jumlah jenis Ni : jumlah total individu N : Jumlah seluruh individu dalam total n ind pi : proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total contoh 13 Tolak ukur indeks keanekaragaman tersaji pada Tabel Restu, 2002. Tabel 1. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman. Nilai tolak ukur Keterangan H’ 1,0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil 1,0 H’ 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. H’ 3,322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis.

3.5 INDEKS KESERAGAMAN Krebs, 1978a, b

C : indeks keseragaman H’ : Keanekaragaman S : jumlah spesies ni : nilai dari setiap spesies jumlah jenis individu ke-i

3.6 INDEKS DOMINANSI Odum 1971

C : Indeks dominansi S : Jumlah spesies karang Pi : Perbandingan jumlah karang spesies ke-i n i terhadap jumlah total karang N = nN

3.7 Ekstraksi Karang Lunak

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menurut petunjuk Suradikusama 2001 dan Yusran et al. 2000. Prosedur metode tersebut adalah sebagai berikut: karang lunak di potong-potong kecil, dikeluarkan bahan-bahan pengotornya lalu ditimbang sebanyak 100 gr berat segar, dan selanjutnya diblender sampai halus. Kemudian dimaserasi dengan metanol p.a sebanyak 300 ml. Setelah dimaserasi selama 2 kali 24 jam, suspensi pekat disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Setelah itu, ekstrak yang didapatkan disaring dengan kertas saring kemudian ditimbang untuk mengetahui konsentrasinya. Setelah itu dilakukan masukkan ke rotapavor untuk memisahkan larutan dan sampel. Ekstrak kemudian disimpan di dalam lemari pendingin untuk menunggu dilakukan pengujian. 14

3.8 Persiapan media uji

Peremajaan kultur murni dilakukan dengan cara bakteri uji E. coli dan S. aureus diambil masing-masing 1 ose dari media agar yang tersedia secara aseptik, kemudian diinokulasikan dengan cara digoreskan pada medium nutrien Agar NA miring selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pembuatan suspensi mikroba uji dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 1 ose bakteri dari media agar yang tersedia secara aseptik, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9, yaitu sebagai larutan blanko. Setelah itu optical density-nya OD diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm hingga didapatkan kepadatan 0,1. Pada OD seperti ini konsentrasi bakteri setara dengan 108 selml Brock dan Madigan 1991 dalam Nabaing 2006, sedangkan pembuatan larutan ampicilin trihidrat 30 ppm dilakukan dengan cara larutan antibiotik ampicilin 3 mg dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi sedikit kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml di dalam labu takar.

3.5. Uji daya hambat antibakteri

Untuk uji daya hambat antibakteri digunakan bakteri patogen S. aureus dan E.coli sebagai bioindikatornya. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar yang digunakan untuk uji bioindikator. Sampel ekstrak karang lunak dan pelarutnya dilakukan perbandingan 1:3 dengan konsentrasi sampel karang lunak yang digunakan pada paper disc yaitu ,48 gram ekstrak karang lunak dalam 180 μl pelarutnya dengan ukuran sampel yang dimasukkan dalam tiap paper disc sebesar 30 μl. Biakan bakteri sebanyak 1 dari volume media agar dicampurkan dengan media TSA yang masih cair dan diaduk rata. Sebanyak 15-20 ml media agar yang mengandung bakteri dituang ke cawan petri steril, kemudian ditutup dan dibiarkan membeku. Paper disc yang telah ada diberi ekstrak dan diletakkan di atas kultur bakteri dalam agar dan ditutup. Perlakuan kontrol kontrol positif: Ampicilin trihidrat, dan kontrol negatif; DMSO dikerjakan seperti perlakuan sampel. Kultur diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 o C dan RH 90 selama 24 jam atau 1 hari. Pengamatan dilakukan terhadap ukuran zona bening yang terbentuk di sekitar cakram kertas saring dengan menggunakan kaliper Grunenthal 1998.

3.6. Uji Fitokimia Harborne 1987

Identifikasi kandungan senyawa bioaktif dari sampel karang lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian sebagai berikut : Uji Alkaloid Sebanyak 1 gram ekstrak dilarutkan dengan 5 ml kloroform dan kemudian disaring ke dalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung dikocok dengan menambahkan 10 tetes H 2 SO 4 , kemudian lapisan asamnya dipindahkan kedalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada plat tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf yang akan menimbulkan endapan berturut-turut berwarna putih, cokelat dan merah jingga.