Data Ekologi HASIL DAN PEMBAHASAN

20 XII 83 84 85 86 87 XIII 88 89 XIV 90 XV 91 XVI 92 XVII 93 Merulinidae Hydnophora exesa H. pilosa H. rigida Merulina ampliata M. scabricula Dendrophylliidae Turbinaria frondes Turbinaria sp. Helioporidae Heliopora coerulea Sarcophyton Sarcophyton sp Sinularia Sinularia sp Lobophytum Lobophytum sp - + - - - - - + - - - - - + + + - + + + + + - - + + + - + + - + + - - - - - - - - - - - Total spesies Total Famili 45 13 69 17 68 17 7 4 Catatan : + = Ditemukan ; - = Tidak ditemukan Hasil pengamatan menunjukkan, dari keempat stasiun, jumlah jenis karang yang terbanyak dijumpai pada stasiun 2 69 jenis, diikuti stasiun 3 68 jenis, kemudian stasiun 1 45 jenis dan stasiun 4 hanya dijumpai 7 jenis. Pada empat stasiun penelitian, dapat terlihat pada tabel 4, karang yang sering dijumpai adalah dari genus Faviidae. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Siringoringo et. al. 2013 dimana diperoleh genus karang yang serin gdijumpai adalah dari genus Faviidae. Lebih lanjut dijelaskan karang dari genus ini dapat dikelompokkan kedalam karang masif yang lebih tahan terhadap sedimentasi dan beraklimatisasi dengan baik di kondisi hetetrop. Namun dari keempat stasiun penelitian hanya dua stasiun yaitu, stasiun 2 dan stasiun 3 yang ditemui karang lunak. Karena pada kedua stasiun ini mempunyai kondisi perairan yang baik untuk pertumbuhan karang lunak. Rendahnya keanekaragaman karang pada stasiun 4 dikarenakan pada stasiun ini kondisi perairan tidak terlalu baik untuk pertumbuhan karang. Stasiun ini merupakan wilayah tempat kegiatan nelayan menambatkan perahu, sehingga banyak jangkar yang ditambatkan merusak ekosistem karang. Struktur dasar perairan yang tidak landai dan berbentuk lereng, sehingga hanya ditemukan karang yang tumbuh berupa kelompok kecil, dan banyak dijumpai karang jamur mushroom dari jenis Fungia. Hasil penelitian Siringoringo et al. 2006 menunjukkan bahwa, nilai indeks keanekaragaman karang batu di Pulau Pongok diperoleh nilai indeks keanekaragaman H’=3.748 dengan nilai indeks kemerataan J’=0.915, nilai ini merupakan nilai tertinggi dibanding dua pulau lain, yaitu Pulau Celagen dan Pulau Salma. Ini menunjukkan keseluruhan sebaran karang batu yang merata juga menunjukkan keanekaragaman jenis yang tertinggi Gambar 6. Menurut Manuputty 1990 bahwa jenis-jenis karang karang batu dari marga Acropora mempunyai polip yang kecil dan sulit untuk membersihkan diri 21 sehingga membutuhkan arus dan ombak yang cukup kuat untuk membersihkan partikel-partikel yang melekat. Pada stasiun 4, mempunyai kekeruhan dan kedalaman yang relatif tinggi sedangkan arus pada stasiun ini cukup rendah dibandingka ketiga stasiun lainnya. Hal ini lah yang merupakan salah satu faktor lain sehingga keanekaragaman jenis dan sebaran karang batu paling rendah di stasiun ini. Gambar 6. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dengan bilangan dasar e dan kemerataan jenis J’ karang batu di Pulau Lepar Pongok Siringoringo et al. 2006 Hasil pengamatan menunjukkan jumlah keanekaragaman karang tertinggi dijumpai pada stasiun 4 dibandingkan ketiga stsiun yang lain. Begitu juga dengan indeks keseragaman dan dominansi, nilai indeks tertinggi di jumpai pada stasiun 4 dibandingkan dengan ketiga stasiun lain. 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 1 2 3 4 Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi Gambar 7. Nilai Indeks Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi karang di Pulau Lepar Pongok, Bangka Selatan