15
Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1.36 gram HgCl
2
dengan 0.5 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu takar. Dimana pereaksi tidak berwarna.
Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian 2.5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat. Pereaksi Dragendroff dibuat dengan cara 0.8 bimut subnitrat ditambahkan
10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume
campuran ini diencerkan dengan 2.3 volume campuran 20 ml asam asetat glacial dan 100 ml air. Pereaksi berwarna jingga.
Uji Flavonoid
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 100 ml air panas kemudian didihkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil
sebanyak 10 ml, ditambahkan dengan serbuk Mg 0,5 gr, 1 ml HCl dan 1 ml amil alkohol. Campuran dikocok kuat. Uji positif ditandai dengan munculnya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Triterpenoid dan Steroid
Uji ini menggunakan pereaksi Lieberman-Buchard. Pada pengujian ini, sebanyak 2 gram ekstrak dimeserasi dengan 25 ml Etanol panas selama 1 jam
kemudian disaring dan residu ditambahkan eter. Filternya ditambah dengan 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat secara berurutan. Larutan
dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Uji positif ditandai dengan warna merah atau ungu untuk triterpenoid sertaa hijau atau biru untuk steroid.
Uji Saponin
Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu tambahkan air panas kedalam sampel. Amati perubahan yang terjadi dengan terbentuknya busa.
Reaksi positif jika busa stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl
2
N.
Uji Fenol Hidrokuinon
Sampel sebanyak 0,5 gr diekstrak dengan 10 ml etanol 70. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml. Lalu 2 tetes Larutan FeCl
3
5 ditambahkan. Amati perubahan yang terjadi, terbentuknya warna hijau atau hijau biru
menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan. Uji Tanin
Sebanyak 1 gr ekstrak ditambahkan kedalam 100 ml air panas kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Sebanyak 10 ml filtrat ditambah 10 ml
FeCl
3
1. Uji positif ditandai dengan munculnya warna hijau kehitaman.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan memiliki luas
261.79 km
2
, berpenduduk 12.701 jiwa dengan dominan mata pencarian penduduknya adalah nelayan BPS 2010 dalam Adibrata et al. 2013. Kondisi
perairan pada saat pengamatan cukup jernih dengan jarak pandang mencapai 9 meter. Pulau Ponok memiliki tipe terumbu karang tepi. Pertumbuhan karang
dimulai pada kedalaman 3-9 meter, setelah itu didominasi oleh pasir.
4.2 Data Ekologi
Hasil pengukuran data kualitas perairan di keempat stasiun penelitian di Pulau Pongok, Bangka Selatan pada bulan Agustus 2012 disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 . Data Pengukuran Parameter Perairan di Pulau Pongok Parameter
Satuan Stasiun
I II
III IV
Kedalaman Suhu
pH DO
Salinitas Kekeruhan
Kecerahan Nitrat
Fospat Arus
meter
o
C -
mgL psu
NTU mgL
mgL ms
5 28
8.15 6.05
30 3.72
100 0.169
0.190 0.06
9 28
8.03 6.71
31 0.64
90 0.113
0.040 0.50
3 27
8.02 6.42
30 1.07
100 0.110
0.035 0.05
8 28
7.95 6.10
31 1.45
65 0.150
0.175 0.04
Rata-rata sebaran spasial salinitas permukaan menunjukkan penyebaran yang cenderung homogen. Salinitas rata-rata perairan perairan Pulau Pongok
adalah 30.50 psu, ini merupakan kisaran salinitas optimal bagi pertumbuhan karang lunak. Hasil pengukuran suhu, pH dan Oksigen terlarut dari keempat
stasiun penelitian juga diperoleh hasil yang cenderung homogen.
Suhu yang diperoleh di keempat stasiun penelitian relatif sama yaitu, 27- 28
o
C, dimana kisaran ini merupakan kondisi yang baik dalam pertumbuhan karang lunak. Zocchi et al. 2002 dalam Ismet 2007 melaporkan bahwa
penelitian terhadap Axinella polypoides menunjukkan perubahan suhu pada jangka pendek dapat meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan penurunan
asam amino yang berkepanjangan. Secara tidak langsung hal ini berpengaruh terhadap produksi senyawa metabolisme sekunder, karena beberapa senyawa
metabolik semkunder merupakan hasil sampingan dari metabolisme pimer termasuk asam amino.
Yusuf et al. 2010 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa peningkatan suhu perairan Pulau Badi pada bulan mei-juni 2009 dengan anomali -0.62
o
C dan anomali suhu maksimum 1.24
o
C, mengakibatkan terjadinya bleaching yaitu : karang keras sebanyak 84, karang lunak 11 dan biota lain seperti anemone
sebesar 5. Dengan demikian terjadinya perubahan kenaikan suhu perairan
17
pada habitat hidup karang lunak akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup karang lunak itu sendiri. Perubahan suhu yang menyimpang akan mengakibatkan
ketidak mampuan jaringan karang untuk mengikat zooxanthellae.
Lebih lanjut Yusuf et al. 2010 menjelaskan, karang lunak yang mengalami bleaching yaitu dari jenis Dendronepthea sp, Sarcophyton sp,
Sinularia polydactyla dan S. flexibilis. Dari keempat jenis karang lunak tersebut, jenis S. flexibilis merupakan jenis karang yang paling peka, dengan konsentrasi
jumlah koloni yang mengalami bleaching sebesar 50 dari komunitas karang lunak.
Gambar 5. Persentase jumlah koloni setiap jenis karang yang mengalami bleaching di Pulau Padi, Kabupaten Pangkep Yusuf et al. 2010
Cahaya merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis zooxanthella pada karang lunak, kecerahan suatu perairan sangat tergantung dari sedimentasi,
kedalaman perairan itu sendiri dan partikel terlarut dalam perairan tersebut. Menurut Kuhl et al. 1995 dalam Fachrurrozie et al. 2012, panjang gelombang
cahaya yang dibutuhkan zooxanthella untuk fotosintesis adalah berkisar antara 550-600 nm.
Kekeruhan merupakan konsentrasi padatan teruspensi dan bahan organik terlarut dalam air, dimana semakin tinggi kandungan partikel di dalam kolom air
maka akan menurunkan daya tembus cahaya matahari. Kekeruhan suatu perairan akan berhubungan dengan fotosintesis dan
sedimentasi pada permukaan karang lunak. Material tersuspensi di perairan akan menutupi permukaan karang lunak, hal ini akan membuat karang lunak
menghasilkan lendir untuk menghalau sedimen, produksi tersebut akan membutuhkan energi yang lebih banyak. Sedimentasi di permukaan karang akan
menutup polip-polip karang lunak, sehingga menganggu aktivitas fotosintesis zooxantellae, hal ini akan menganggu kelangsungan hidup karang lunak itu
sendiri.
4.3 Distribusi Karang Diperairan Pulau Pongok
Hasil pengamatan di perairan Pulau Pongok, dijumpai 65 jenis karang yang termasuk dalam 17 suku. Distribusi karang di perairan Pulau Pongok dapat
dilihat pada tabel 4.