Mangrove dan Perikanan Budidaya

Gambar 3. Aliran Energi Pada Ekosistem Mangrove Lear and Tunner, 1977 in Soeroyo, 1987

2.3 Mangrove dan Perikanan Budidaya

Dalam kegiatan budidaya salah satu manfaat mangrove adalah dapat digunakan untuk tandon yang difungsikan sebagai biofilter alami. Mangrove dapat menjebak dan mendaur ulang berbagai bahan organik, logam berat dan bahan kimia lainnya. Mangrove juga dapat menstabilkan konsentrasi NO 3 - N dan PO 4 - P dan juga mampu menghambat Vibrio spp Gunarto et al, 2003. Sehingga mangrove dapat memperbaiki kualitas air tambak. Namun dalam perkembangannya ekosistem mangrove sering dikonversi untuk dijadikan kegiatan budidaya, yaitu untuk memperluas lahan pertambakan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan budidaya. Pada dasarnya konversi hutan mangrove menjadi tambak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tambak terbuka dan tambak hutan Natharani, 2007. Sistem tambak terbuka merupakan suatu sistem tambak dengan hutan mangrove seluruhnya ditebang. Sedangkan sistem tambak hutan merupakan sistem pertambakan yang mengkombinasikan konservasi hutan mangrove dengan pembukaan lahan tambak. Sistem tambak hutan ini merupakan suatu aplikasi pemanfaatan ekosistem mangrove untuk dijadikan area tambak ramah lingkungan Gambar 4 yang memadukan pohon atau hutan sylvo dengan budidaya perikanan fishery. Tambak silvofishery dapat mengakomodasi tujuan rehabilitasi ekosistem pesisir secara luas tanpa mengurangi manfaatnya secara ekonomi www.wetland.or.id. Manfaat mangrove dalam tambak silvofishery diantanya adalah, memperkuat kontruksi pematang tambak oleh akar-akar mangrove, petambak dapat menggunakan daun mangrove sebagai pakan ternak, kualitas air tambak dapat menjadi lebih baik, pematang nyaman dipakai para pejalan kaki, meningkatkan keanekaragaman hayati termasuk bibit ikan alami dan kepiting dan terciptanya sabuk hijau di kawasan pesisir www.wetland.or.id. Menurut Sofiawan 2000 in Puspita et al 2005, terdapat beberapa tipe tambak pada sistem silvofishery. Diantaranya adalah 1 tipe empang parit tradisional, 2 tipe komplangan, 3 tipe empang terbuka, 4 tipe kao-kao dan 5 tipe tasik rejo. Namun kegiatan rehabilitasi dengan pola tersebut tentunya tergantung dari kondisi lahan yang akan dikonversi, sebab tiap pola memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bentuk tipe atau model tambak pada sistem silvofishery dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. Bentuk tambak ramah lingkungan pola silvofishery www.wetland.or.id 1 Tipe empang tradisional 2 Tipe Komplangan 3 Tipe empang terbuka 4 Tipe kao-kao 5 Tipe tasik rejo Gambar 5. Tipe atau model tambak pada sistem silvofishery Puspita et al, 2005 Keterangan : A. Pintu air inletoutlet B. Empang C. Saluran air D. Pelataran tanaman lain

2.4 Kondisi Lingkungan