Salinitas Derajat Kemasaman pH

menyebabkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air. Peningkatan suhu sebesar 10 C menyebabkan konsumsi oksigen meningkat sekitar 2-3 kali lipat. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah sebesar 20 C - 30 C Effendi, 2003. Sedangkan untuk kehidupan ikan budidaya, dalam hal ini adalah komoditi bandeng, pada stadia juvenil dan dewasa batas maksimum suhu perairan adalah sebesar 39 C dan 43 C Vannucci, 1998.

2.4.2 Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Sementara kekeruhan merupakan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang terlarut maupun yang tersuspensi, seperti lumpur, pasir halu atau plankton dan mikroorganisme lain Effendi, 2003. Sehubungan dengan kekeruhan tersebut, salah satu kekeruhan yang diharapkan di tambak adalah kekeruhan oleh kepadatan plankton. Apabila jenis yang dominan campuran Chlorella warna air menjadi hijau dan Diatomae warna air coklat sehingga keseluruhan warna air tambak menjadi coklat muda hijau kecoklatan akan sangat baik bagi kehidupan ikan yang dipelihara. Air dengan warna tersebut kecerahan 30-40 cm membuat ikan merasa aman, dan plankton-plankton nabati akan membantu menyerap senyawa yang berbahaya bagi ikan antara lain ammonia secara langsung dan nitrit secara tidak langsung Buwono, 1992.

2.4.3 Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air Boyd, 1991. Salinitas merupakan salah satu parameter perairan yang berpengaruh terhadap fitoplankton. Sementara konsentrasi nutrien dalam ekosistem mangrove memiliki hubangan tehadap salinitas yang timbul akibat pasokan dari air sungai, air laut maupun air dari dalam ekosistem mangrove itu sendiri Wong, 1984. Salinitas yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan organisme air menjadi lambat. Karena sebagian besar energinya digunakan untuk proses osmoregulasi dalam usaha menjaga keseimbangan tekanan cairan tubuh dengan lingkungan Poernomo, 1978 in Gunarto et al., 2003. Menurut Kinne 1964 in Nur 2002, keragaman dan jumlah spesies organisme di perairan samudera akan mencapai maksimum pada kisaran salinitas 31-40. Keanekaragaman dan jumlah spesies kemudian berturut-turut menurun pada perairan tawar salinitas kurang dari 0,5‰, perairan payau salinitas 0,5- 30‰, hypersaline salinitas 41-80‰ dan brine water salinitas lebih besar sari 80‰. Untuk larva udang dalam air hidup dengan salinitas antara 28-35 ppt Boyd, 1991. Sedangkan untuk ikan bandeng bereproduksi pada perairan dengan salinitas antara 32-33 ppt. Namun ikan budidaya jenis bandeng mampu hidup pada salinitas yang tinggi yaitu pada kisaran nilai salinitas mencapai 87,25 ppt Vannucci, 1998

2.4.4 Derajat Kemasaman pH

Istilah pH berarti konsentrasi ion hidrogen di dalam air, lebih spesifik pH merupakan kondisi asam atau basa suatu perairan Boyd, 1991. Dibidang perikanan derajat kemasaman pH perairan sangat menentukan dalam usaha budidaya ikan. Perairan dengan pH rendah akan berakibat fatal bagi kehidupan ikan, yaitu akan memperlambat laju pertumbuhan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Pada pH 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah Effendi, 2003. pH juga dapat mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. pH sering pula dipakai sebagai petunjuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuh-tumbuhan, sehingga pH ikut berperan dalam menentukan produktivitas primer perairan Soeseno, 1974 in Nur, 2002. Perairan payau merupakan penyangga yang baik terhadap perubahan pH, dan pH jarang berada di bawah 6,5 atau diatas 9 Boyd, 1991.

2.4.5 Oksigen Terlarut DO