Uji statistik F Analisis komponen utama

Produksi nonbudidaya secara umum dilakukan pada daerah saluran air masuk inlet dalam tambak dengan menggunakan perangkap bubu atau langsung ditangkap dengan menggunakan jaring di sepanjang Kanal dan kawasan sekitar mangrove.

3.3.3. Pengumpulan data kualitas air

Berbeda halnya dengan pengumpulan data vegetasi mangrove, jumlah plot pengamatan pada pengambilan data kualitas air berjumlah delapan belas plot. Dimana pada setiap Kanal diambil tiga plot dan tiga petak tambak contoh untuk dijadikan ulangan. Dengan demikian terdapat delapan belas lokasi pengumpulan data kualitas air yang dibedakan menjadi kondisi kualitas air di dalam tambak dan kondisi kualitas air di luar tambak di sepanjang Kanal. Secara skematik penentuan lokasi pengumpulan data kualitas air disajikan pada Lampiran 6. Parameter yang diukur dalam kedelapan belas plot tersebut adalah parameter kualitas air yang meliputi kecerahan, suhu, salinitas, DO, pH, klorofil-a dan kedalaman. Dalam penelitian ini pengumpulan data DO dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 05.30-06.30 WIB dengan menggunakan metode titrasi winkler. Kegiatan dilaksanakan pada pagi hari dengan tujuan untuk mendapatkan data kisaran DO minimum di lokasi penelitian. Sedangkan pengumpulan data kecerahan, suhu, salinitas, pH dan penyaringan sampel air klorofil-a dilaksanakan pada pukul 07.00-09.00 WIB. Selanjutnya analisis parameter klorofi-a dilakukan di Laboratorium Produktifitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Uji statistik F

Untuk melihat perbedaan penutupan mangrove dan produksi ikan di tiap Kanal, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Uji statistik F dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan Kanal. Berikut disajikan cara perhitungan uji statistik F Walpole, 1992: F hitung = = keterangan : JKK = jumlah kuadrat kolom perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat k = jumlah perlakuan n = jumlah ulangan hipotesis Ho : α 1 = α 2 = . . . = α k = 0 H 1 : sekurang- kurangnya satu α i tidak sama dengan nol kriteria uji : F hitung F tabel Tolak Ho F hitung F tabel Gagal tolak Ho

3.4.2 Analisis komponen utama

Principal Component AnanlysisPCA Prosedur analisis komponen utama atau PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan mereduksi dimensinya. Salah satu keunggulan pengguanaan PCA dibanding dengan metode lain adalah dapat digunakan untuk segala kondisi data dan digunakan tanpa harus mengurangi jumlah variabel asal. Tujuan utama dalam penggunaan analisis komponen utama dalam suatu matriks data berukuran cukup besar diantaranya adalah Bengen, 2000 : a. Mengekstraksi informasi esensial yang terdapat dalam suatu tabel atau matriks data yang besar. b. Menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan interpretasi. c. Mempelajari suatu tabel atau matriks dari sudut pandang kemiripan antara individu atau hubungan antar variabel. Secara umum informasi yang diberikan dari hasil PCA dari sudut pandang variabel adalah didapat matriks korelasi antar semua variabel, akar ciri dari setiap sumbu faktorial berkaitan dengan jumlah inersi dari setiap sumbu, vektor ciri yang menjelaskan koefisien variabel dalam persamaan linear yang mendeterminasikan sumbu-sumbu utama dan grafik bidang yang menvisualisasikan variabel terhadap sumbu. Sedangkan dari sudut pandang individu, analisis PCA didapat koordinat pada setiap sumbu, kualitas representasi titik individu dalam setiap grafik bidang dan grafik bidang yang memperlihatkan kemiripan antar titik individu. Perhitungan dalam analisis komponen utama PCA dapat dibantu dengan mengunakan software xl-stat di dalam Microsoft excel 2003. Dalam analisis PCA terdapat pula matriks korelasi. Analisis korelasi biasanya digunakan dalam pengujian hipotesis yang bersifat asosiatif, yaitu dugaan adanya hubungan antar variabel dalam populasi. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif dan negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam nilai besarnya koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai -1, kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi positif sebesar 1 dan koefisien korelasi negatif sebesar -1 sedangkan yang terkecil adalah 0 nol Sugiyanto, 2004. Untuk melihat kekuatan hubungan dalam korelasi digunakan kriteria sebagai berikut Hasan, 2003 : • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat • 1 : Korelasi sempurna

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum

4.1.1 Letak dan luas

Lokasi penelitian terletak di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Desa Grinting merupakan salah satu desa yang berlokasi di kawasan pesisir Pantai Utara Kabupaten Brebes. Sumber data mengenai letak dan luas, kependudukan serta perekonomian Desa Grinting diperoleh berdasarkan laporan monografi data statis dan dinamis Kabupaten Daerah Tingkat II Brebes Kecamatan Bulakamba tahun 2009. Berdasarkan data tersebut Desa Grinting memiliki luas daerah sebesar 1.469,100 hektar, yang terbagi atas tanah sawah, tanah kering dan lain-lain. Untuk luas kawasan mangrove total di Desa Grinting diperkirakan sebesar kurang lebih sekitar 180,75 hektar atau sebesar 25,93 dari luas kawasan mangrove total di Kabupaten Brebes yaitu sebesar 697 hektar. Dengan kondisi 80,75 hektar berupa hamparan dan 100 hektar berupa wanamina. Keberadaan mangrove di Kabupaten Brebes terbagi di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari, dengan luasan terbesar berada di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba 25,93. Sebagai salah satu desa yang berada di kawasan pesisir Pantai Utara Jawa, maka Desa Grinting memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang perikanan, baik perikanan budidaya tambak maupun perikanan nonbudidaya. Luas kawasan daerah pertambakan tersebut sebesar 596,340 ha atau sebesar 40,59 dari luas total wilayah desa.

4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Grinting pada tahun 2009 adalah sebesar 15.317 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebesar 7.791 dan perempuan sebesar 7.526. serta jumlah kepala keluarga di desa ini sebesar 5.183 kepala keluarga. Menurut tingkat pendidikan di Desa Grinting, tingkat pendidikan masyarakat tergolong rendah yaitu sebanyak 5.716 orang atau sebesar 33 orang yang belum tamat SD dan