Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon Kadar Abu

Rumus untuk menentukan berat jenis adalah sebagai berikut : � � = � Keterangan : Kerapatan kayu = � � � � ℎ 3 Kerapatan air = kerapatan air 1 grcm 3 Dimasa depan, kayu-kayu cepat tumbuh akan menggantikan kayu-kayu dari hutan alam, oleh karena itu sangat diperlukan data karakterisasinya. Firmanti et al. 2000 meneliti sifat kekuatan kayu Akasia Acacia mangium Willd., kayu Afrika Maesopsis eminii Engl, Tusam Pinus merkusii Jungh. et de Vr. dan Gmelina Gmelina arborea Roxb. contoh uji skala penuh 6 cm x 12 cm x 300 cm. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa BJ kayu-kayu tersebut berkisar antara 0,35 ~ 0,70; MOR antara 15 ~ 90 MPa; dan MOE antara 3,5 ~ 21 GPa. Selain itu ada beberapa hasil penelitian besarnya berat jenis berbagai jenis kayu. Diantaranya adalah kayu Balsa Ochroma sp memiliki BJ kering udara minimal 0,09 dan maksimal 0,31 sehingga rataannya 0,16 Yap 1984. Kayu Jati Tectona grandis L. f. menurut Martawijaya et al. 1989 memiliki kerapatan sebesar 0,67 grcm 3 , sedangkan menurut Forest Product Laboratory 1987, berat jenis kayu jati pada keadaan basah 0,55 dan 0,60 apabila dalam keadaan kering udara kadar air 12. Kayu Keruing Dipterocarpus spp. memiliki berat jenis yang bervariasi 0,58 – 1,10 Martawijaya et al. 1981.

2.3 Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon

Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO 2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen. Respirasi oleh semua organisme mengembalikan CO 2 ke atmosfer Widhiastuti dan Aththorick 2006. Hutan adalah sumberdaya alam yang multi fungsi. Dalam kaitannya dengan efek pemanasan global hutan mengurangi kadar CO 2 di udara dengan cara mengikat dan mengubahnya ke dalam bentuk biomassa hutan. Keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam mengurangi gas karbondioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbondioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan Indriyanto 2006. Pada setiap ekosistem jumlah karbon tersimpan berbeda-beda, hal ini disebabkan perbedaan keanekaragaman dan kompleksitas komponen yang menyusun ekosistem. Kompleksitas ekosistem akan berpengaruh kepada cepat atau lambatnya siklus karbon yang melalui setiap komponennya.

2.4 Kadar Abu

Residu yang tampak sebagai abu tidak hanya berasal dari dinding sel, melainkan dari bahan-bahan mineral dari kristal yang mengisi rongga sel Anonim 1993. Kadar abu merupakan sejumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi. Abu tersusun atas mineral-mineral yang terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Komponen utama dari abu adalah kalium, kalsium, magnesium dan silikat Achmadi 1990 . Kayu mengandung mineral komponen-komponen anorganik dalam jumlah kecil, dinyatakan sebagai kadar abu. Dalam batang jarang lebih dari 1 dari berat kering kayu Soenardi 1976. Sedangkan menurut Haygreen dan Bowyer 1982, kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi saat kondisi oksigen melimpah, residu semacam ini dikenal sebagai abu. Abu tersebut mengandung unsur seperti kalium, kalsium, magnesium, mangan dan silikat. Kadar abu kulit biasanya lebih tinggi daripada kayu.

2.5 Kadar Zat Terbang