Latar Belakang Analisis Hubungan Kadar Karbon dengan Berat Jenis Kayu Jati (Tectona grandis L. f.)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu isu lingkungan terkait dengan hutan yang kini marak dibahas adalah terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global global warming. Beberapa penyebab timbulnya perubahan iklim global yang dianggap sangat serius saat ini adalah naiknya kadar karbon dioksida CO 2 dan CFC Chloro Fluoro Carbon yang berasal dari bahan penyemprot, bahan alat pendingin, asap knalpot mesin, industri, pembakaran kayuhutan, perubahan tataguna lahan land use change, dan berbagai aktivitas manusia di bumi yang kesemuanya dapat berakibat terbentuknya gas rumah kaca GRK di atmosfer. Protokol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida CO 2 , metana CH 4 , nitrogen oksida N 2 O, dan tiga gas-gas industri yang mengandung fluor HFC, PFC, dan SF 6 . Karbon dioksida menempati 70 persen dari volume total gas-gas rumah kaca ini, disusul dengan metana, nitrogen oksida, dan sebagainya. Uap air sebetulnya adalah GRK yang paling kuat. Tetapi karena usianya di atmosfer hanya terbilang beberapa hari, maka potensi pemanasan globalnya global warming potential, GWP tidak terlalu berpengaruh. Hutan menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfer melalui proses fotosintesis. Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer. Karbon dioksida tinggal di atmosfer hingga 80 – 120 tahun lamanya. Walaupun demikian, GWP-nya tergolong lemah. Tetapi karena jumlahnya paling banyak, maka secara total potensinya besar juga. Karena jumlahnya paling banyak pula, maka karbon dioksida dianggap sebagai gas rumah kaca acuan, dengan angka GWP dianggap satu. GWP gas-gas rumah kaca lainnya adalah perbandingannya dengan karbon dioksida. Untuk dapat mengurangi dampak buruk yang disebabkan oleh efek rumah kaca, maka dilakukan antara lain kegiatan pelestarian hutan seperti halnya penanaman hutan kembali atau reboisasi. Hal ini dikarenakan tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap CO 2 dari atmosfer menjadi biomassa dan energi yang berguna bagi kehidupan melalui proses fotosintesis. Melalui proses ini pula tumbuhan dapat menyerap gas CO 2 dan melepaskannya sebagian melalui proses respirasi tumbuhan. Hutan tanaman merupakan hutan yang sengaja ditanami dengan jenis pohon seragam homogen. Hutan tanaman sering juga disebut sebagai Hutan Tanaman Industri HTI. Hutan tanaman banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri baik hasil hutan berupa kayu maupun bukan kayu. Banyak jenis hutan tanaman, diantaranya adalah hutan jati, hutan sengon, hutan akasia dan lain-lain. Kayu jati Tectona grandis L. f. termasuk golongan kayu keras hardwood yang memiliki jaringan kuat dan dalam. Selain itu, menanam jati juga memberikan keuntungan. Diantaranya adalah mampu menahan lapisan atas tanah dan untuk mencegah erosi. Dari segi ekonomi, kayu jati memiliki harga jual yang tinggi. Tanaman ini banyak digunakan untuk membuat furniture Mulyana dan Asmarahman 2010. Selain manfaat tersebut, hutan jati juga dapat menyerap CO 2 dari udara, sehingga dapat mengurangi CO 2 di atmosfer. Besarnya kadar karbon dalam pohon jati sangatlah ditentukan oleh kadar karbon biomassanya, dimana besarnya biomassa dapat ditentukan oleh berat jenis kayu. Penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat hubungan yang erat antara kadar karbon dengan berat jenis pada kayu jati.

1.2 Tujuan Penelitian