2. Diusahakan dengan tujuan pengkayaan jenis seperti johar Cassia siamea, sonokeling Dalbergia latifolia, pilah kepoh dan kesambi Schleichera
oleosa serta randu Ceiba patandra 3. Pengayaan jenis dalam sistem silvikultur jati dan bukan non jati seperti secang
Caesalpinia sappan, lamtoro gung Leucaena leucocephala
4.5 Sosial Ekonomi dan Budaya
Menurut KPH Balapulang 2011a kawasan KPH Balapulang dikelilingi oleh 61 desa yang terdiri dari 37 desa di wilayah Kabupaten Brebes dan 24 desa di
Kabupaten Tegal. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat diterapkan untuk mendorong pihak manajemen membentuk desa model sejak tahun 2002, dimana setiap desa memiliki petak pengakuan agar
masyarakan dapat berperan serta dalam mengelola hutan. Berdasarkan data laporan penjajagan pengembangan layanan pendidikan
dan kesejahteraan masyarakat di 22 kecamatan, jumlah KK Kepala Keluarga di wilayah sekitar KPH Balapulang adalah 100.618 KK Kepala Keluarga. Mata
pencaharian sebagian besar penduduk sekitar hutan KPH Balapulang bergantung pada sektor pertanian.
Pengelolaan hutan membawa pengaruh positif terhadap masyarakat desa hutan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah pola pikir yang semakin maju, baik
dan modern. Hal ini disebabkan karena masyarakat desa hutan telah mengadopsi tehnik-tehnik pengelolaan hutan yang baik dan pola pikir mereka lebih rasional
dalam menghadapi permasalahan serta mampu berkomunikasi dengan baik antar warga dan pengelola hutan.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, Perhutani juga senantiasa menjaga situs budaya masyarakat. Selain itu Perhutani juga melindungi
kelesetariannya. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tidak melakukan penebangan pohon di sekitar situs budaya masyarakat
dengan melakukan penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI Lapangan Dengan Tujuan Istimewa atau KPS Kawasan Perlindungan
Setempat
2. Penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI Lapangan Dengan Tujuan Istimewa atau KPS Kawasan Perlindungan Setempat
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kadar Air
Kadar air Ka adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon
Jati hasil penelitian disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Rata-rata kadar air Jati berdasarkan kelas umur
Kelas Umur Kadar Air
Batang Cabang
Ranting Akar
Daun I
113,72 114,28
72,17 113,47
50,98 II
78,89 56,97
66,72 81,90
103,83 III
76,70 62,40
50,89 69,56
131,84 IV
82,16 85,16
85,68 83,87
44,62 V
39,16 37,83
19,15 62,38
- Rata-rata
78,13 71,33
58,92 82,24
82,82
Keterangan : - tidak ada sampel
Berdasarkan data dalam Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar air seluruh kelas umur, bagian daun merupakan bagian pohon yang memiliki nilai
rata-rata kadar air tertinggi, yaitu sebesar 82,82, sedangkan bagian pohon yang memiliki rata-rata kadar air terendah adalah ranting yaitu sebesar 58,92. Daun
memiliki rata-rata kadar air tertinggi karena daun merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis dan daun memiliki rongga sel yang diisi oleh air dan
unsur hara mineral. Selain itu daun juga memiliki stomata sehingga banyak air yang diserap dan memenuhi rongga sel. Sedangkan ranting merupakan bagian
pohon yang memiliki rata-rata kadar air yang rendah karena ranting memiliki rongga sel yang kecil dibandingkan dengan bagian pohon yang lain seperti akar,
cabang, dan batang utama.
5.2 Berat Jenis