Karakteristik Landsat TMETM+ Landsat TMETM+ merupakan satelit

2.10 Normalized

Difference Vegetation Index NDVI Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Indeks vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band merah dan band NIR Near-Infrared Radiation yang telah lama digunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi vegetasi Lillesand dan Kiefer 1997. Menurut Ryan 1997, perhitungan NDVI didasarkan pada prinsip bahwa tanaman hijau tumbuh secara sangat efektif dengan menyerap radiasi di daerah spektrum cahaya tampak PAR atau Photosynthetically Aktif Radiation , sementara itu tanaman hijau sangat memantulkan radiasi dari daerah inframerah dekat. Konsep pola spektral di dasarkan oleh prinsip ini menggunakan hanya citra band merah adalah sebagai berikut : NIR - Red NDVI = NIR + Red Dimana : NIR= radiasi inframerah dekat dari piksel. Red= radiasi cahaya merah dari piksel. Nilai NDVI berkisar dari -1 yang biasanya air sampai +1 vegetasi lebat. 2.11 Karakteristik Landsat TMETM+ Landsat TMETM+ merupakan satelit sumber daya bumi. Satelit yang merupakan program lanjutan Landsat ini dicirikan oleh alat penginderaan yang ditingkatkan resolusi spasial dan kepekaan radiometriknya, Laju pengiriman data yang lebih cepat, serta fokus untuk penginderaan informasi yang berkaitan dengan vegetasi. Sebagai tambahan terhadap empat saluran Landsat MSS Multispectral scanning sebelumnya, Landsat TMETM+ akan membawa penyiaman multispektral yang lebih maju dan disebut pemeta tematik thematic mapper TM. Nama tersebut berkaitan dengan tujuan terapan sistem data yang diarahkan pada teknik pengenalan pola spektral yang akan menghasilkan citra terkelas peta tematik. Pemeta tematik direncanakan memiliki tujuh buah saluran spektral yang dirancang untuk memaksimumkan kemampuan analisis vegetasi untuk terapan bidang pertanian. Lillesand dan Kiefer, 1997. Sistem TM meliputi lebar sapuan scanning sebesar 185 km, direkam dengan menggunakan tujuh saluran panjang gelombang tampak, tiga saluran panjang gelombang infra merah dekat, dan satu saluran panjang gelombang inframerah termal. Panjang gelombang yang digunakan pada setiap saluran Landsat TM adalah :  Saluran 1 gelombang biru 0.45 – 0.52 µm  Saluran 2 gelombang hijau 0.52 – 0.60 µm  Saluran 3 gelombang merah 0.63 – 0.69 µm  Saluran 4 gelombang inframerah dekat 0.76 – 0.90 µm  Saluran 5 gelombang inframerah pendek 1.55 – 1.75 µm  Saluran 6 gelombang inframerah termal 10.40 – 12.50 µm  Saluran 7 gelombang inframerah pendek 2.08 – 2.35 µm Resolusi radiometrik citra Landsat TM lebih baik dari citra Landsat MSS. Perbaikan pada sinyal analog nilai pantulan dari setiap detektor diubah ke dalam bentuk digital dengan bantuan sistem pengubah sinyal di satelit. Desain ETM+ Enchanced Thematic Mapper Plus titik beratnya untuk keberlanjutan dari program Landsat 4 dan 5, yang sampai saat ini datanya masih dapat direkam. Pola orbitnya juga dibuat sama dengan Landsat 4, 5, dan 6 yaitu lebar sapuan 185 km. desain sensor ETM+ seperti ETM pada Landsat 6 ditambah dua sistem model kalibrasi untuk gangguan radiasi matahari dengan menambah lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik. Transisi data ke stasiun penerima di bumi dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: 1 dikirim menggunakan gelombang radio, 2 melalui relay satelit komunikasi TDRSS Tracking and Data Relay Satellites System yang akan merekam kemudian mengirimkan ke stasiun penerima di bumi, dan 3 data objek permukaan bumi direkamdisimpan lebih dahulu dalam suatu panel storage on board atau tipe wideband tipe recorder, baru kemudian dikirim ke stasiun penerima di bumi. Satelit Landsat 7 akan dilengkapi dengan fasilitas penerima sistem posisi lokasi Ground Positioning SystemGPS Receiver untuk meningkatkan ketepatan letak satelit di dalam jalur orbitnya Purwadhi 2001.

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Desember tahun 2011, bertempat di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.

3.2. Data dan Peralatan

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Data observasi bulanan curah hujan CH, suhu maksimum T max , suhu minimum T min , suhu rata – rata T mean , dan intensitas radiasi Stasiun Meteorologi Pacet periode data 1 Januari 1990 – 31 Desember 2010. BALITKLIMAT. 2. Data citra Landsat TMETM+ pathrow 12265, dengan aquisisi 28 Juli 1991, 12 Mei 2001, 18 Mei 2006, dan 21 Mei 2010 dari website NOAA: http:www.usgs.gov Analisis data dalam studi ini menggunakan perangkat lunak ERDAS IMAGINE 9.1 dan Arc View GIS 3.3 untuk pengolahan data citra, serta Microsoft Office 2007. 3.3. Metode Penelitian Stok dan fluks karbon dapat didekati oleh beberapa metode pendugaan. Metode estimasi stok karbon menggunakan persamaan allometric merupakan salah satu cara untuk mengetahui nilai dugaan dari stok karbon di suatu wilayah yang didasarkan pada pengukuran diameter batang, kerapatan kayu, dan jenis pohon. Pada penelitian ini hanya dilakukan pendugaan nilai fluks karbon. Hal ini karena ketersediaan data stok karbon kurang lengkap. Data inventori stok karbon yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di wilayah Cagar Biosfer Cibodas tidak didapatkan data stok karbon setiap tahun, sehingga kurang bisa dibandingkan dengan nilai fluks karbon. Pendugaan nilai fluks karbon dilakukan dengan terlebih dahulu menduga nilai NPP. Pendugaan nilai NPP dilakukan dengan menggunakan data citra Landsat, Data iklim, dan nilai efisiensi penggunaan radiasi matahari e. Data citra Landsat digunakan untuk memperoleh nilai fAPAR sebagai salah satu faktor untuk memperoleh nilai NPP dan nilai e. Data yang akan diolah adalah data citra landsat pathrow 12265 tahun 1991, 2001, 2006, dan 2010 serta data meteorologi yakni suhu udara maksimum, suhu udara minimum, suhu udara rata – rata, intensitas radiasi, dan data curah hujan tahun 1990 hingga tahun 2010. Proses pengolahan semua data tersebut ditunjukkan oleh Gambar 8 diagram alur metode pengolahan data dibawah ini. Gambar 8 Diagram alur metode pengolahan data

3.3.1. Data Intensitas Radiasi Data radiasi yang diperoleh dari Stasiun

Meteorologi Pacet diubah satuannya ke dalam satuan MJm 2 jika belum dalam keadaaan satuan tersebut. Setelah itu data yang satuannya telah dikonversi digunakan untuk perhitungan PAR i untuk analisa NPP.

3.3.2. Klasifikasi Terbimbing Klasifikasi

unsur tutupan lahan menggunakan bantuan data hasil survei identifikasi unsur di lapangan ground chek dan bantuan dari peta tutupan lahan wilayah Cagar Biosfer Cibodas dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tahun 2004, sehingga diperoleh hubungan antara nilai pixel pada citra dengan unsur yang telah diidentifikasi.