14
4. Fermentasi
Fermentasi atau proses oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxsidase. Fermentasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam bahan hasil sortasi basah, suhu dan kelembapan relative, kadar enzim, jenis bahan, serta
tersedianya oksigen. Di pabrik Cisaruni, fermentasi dilakukan pada ruang yang sama dengan kegiatan penggilingan dan sortasi basah.
5. Pengeringan
Tujuan utama pada proses pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat
pendukung kualitas mencapai keadaan optimal dan menentukan mutu akhir teh hitam yang dihasilkan. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam teh bubuk
akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan. Proses pengeringan yang dilakukan di pabrik Cisaruni menggunakan mesin
pengering jenis two stage dryer yang dilengkapi dengan trays konveyor. Teh yang keluar dari mesin pengering two stage dryer akan melewati jalur conveyor
dan ditampung dalam sebuah tong kemudian disimpan dalam jublag atau tong penampung yang lebih besar berdasarkan ukuran bubuk agar kondisi bubuk
tidak terlalu panas yang nantinya akan masuk ke ruang sortasi kering.
6. Sortasi Kering
Meskipun telah dilakukan proses sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu
perlu dilakukan sortasi kering. Pada prinsipnya proses sortasi kering yang dilakukan di pabrik Cisaruni adalah kegiatan memisahkan bubuk teh kering
menjadi jenis tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan ukuran, warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen
meliputi memisah-misahkan teh kering menjadi beberapa tingkat mutu grade yang sesuai dengan standar perdagangan teh, menyeragamkan bentuk, ukuran, dan
warna masing-masing grade, dan membersihkan teh dari tangkai, serat dan bahan- bahan lain debu, logam dan lain-lain.
15
C. KEBUTUHAN ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM 1.
Jenis dan Sumber Energi pada Sistem Pengolahan Teh Hitam
a. Energi langsung
Peranan energi langsung sangat besar dalam suatu proses pengolahan, terutama untuk proses yang padat energi. Energi langsung
merupakan bentuk energi yang digunakan secara langsung pada proses produksi yaitu bahan bakar fosil Abdullah, dkk. 1996. Sumber energi
langsung yang diberikan pada industri teh adalah bahan bakar berupa solar dan kayu bakar, listrik, dan tenaga manusia.
Nilai kalor total per unit beberapa bahan bakar yang merupakan penjumlahan nilai kalor dan input produksi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai kalor per unit beberapa macam bahan bakar Sumber energi
Unit Nilai kalor
MJunit Input produksi
MJunit Total
MJunit Gasoline IDO
Diesel Minyak bumi
LPG Gas alam
Batu bara keras Batubara lunak
Kayu keras Kayu lunak
Listrik Liter
Liter Liter
Liter m
3
kg kg
kg kg
kWh 32.24
38.66 38.66
26.10 41.38
30.23 30.39
19.26 17.58
3.60 8.08
9.12 9.12
1.16 8.07
2.36 2.37
1.44 1.32
8.39 40.32
47.78 47.78
32.26 49.45
32.59 32.27
20.70 18.90
11.99 Sumber : Cervinca dan Pimentel, 1980 dalam Somantri, 2002
b. Energi tidak langsung
Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu barang disebut embodied energy. Embodied energy
adalah energi yang digunakan secara tidak langsung pada proses produksi. Energi tidak langsung sendiri merupakan energi yang digunakan untuk
16 memproduksi suatu masukan produksi atau materi penyusun produk
seperti alat dan mesin pertanian manufakturing. c.
Tenaga manusia Tenaga manusia yang digunakan sebagai sumber energi untuk
produksi lazim disebut energi biologis. Sebagian besar operasi di bidang pertanian membutuhkan tenaga manusia untuk melakukan kerja mekanis.
Walaupun pada operasi tersebut telah menggunakan alat bantu ternak dan motor, tenaga manusia tetap digunakan.
Batas kemampuan untuk mengubah energi makanan ke dalam bentuk kerja adalah 6 kkalmenit atau sama dengan 0.42 kW. Energi ini
hanya dapat diubah menjadi energi panas 10-15, maka dapat digunakan untuk kerja adalah 0.04 MJjam Van Loon, 1978 dan Malcolm, 1991
dalam Somantri 2002. Kebutuhan energi manusia pada kegiatan pengolahan di pabrik menurut Stout, N.A 1990 dan Sholahudin 1999
dalam Somantri 2002 yaitu sebesar 1.4 kkalmenit atau 0.725 MJjam.
2. Hasil-hasil penelitian kebutuhan energi pada proses pengolahan teh