Audit energi pada sistem pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni, Garut Jawa Barat

(1)

NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT

Oleh :

TAOPIK SETIAWAN F14104081

2010

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TAOPIK SETIAWAN F14104081

2010

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

Cisaruni, Garut Jawa Barat Nama : Taopik Setiawan

NIM : F 14104081

Bogor, Agustus 2010 Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Ir. Sri Endah Agustina, MS NIP. 19590801 198203 2 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Pertanian

Dr. Ir. Desrial, M.Eng NIP. 19661201 199103 1 004


(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Audit Energi Pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni, Garut Jawa Barat”.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan, dukungan dan doa yang begitu besar dari kedua orang tua. Penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1. Ir. Sri Endah Agustina, M.S sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc dan Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si selaku dosen penguji atas masukan-masukan yang membangun bagi penulis.

3. Bapak Ir. Rahmat Supriadi selaku Administratur dan Ir. R. Diki Abdulkadir, yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan izin penulis untuk melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni Garut.

4. Bapak Dasep Nurodin, Bapak Suhendar, Ibu Evi, Bapak Suryaman, Bapak Dudung, Sofyan, Ato, Erik dan seluruh jajaran PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

5. Kakak Nurizati, M.Si dan Kairol Amri yang telah memberikan dukungannya kepada penulis

6. Mochamad Arsyad atas dukungan serta kebersamaannya selama penelitian di Perkebunan Cisaruni

7. Teman-teman Teknik Pertanian IPB 41, 42 dan 43 yang telah memberikan bantuan kepada penulis.


(5)

agar kedepannya dapat lebih bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2010


(6)

Taopik Setiawan. F14104081. Audit Energi Pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni Garut. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS. 2010.

RINGKASAN

Indonesia saat ini memiliki cadangan minyak bumi sebesar 7998 MMSTB dan terbukti 4303 MMSTB dengan potensial sebesar 3695 MMSTB (PT Media Data Riset, status Februari 2010). Dengan tingkat produksi minyak 357 juta barel per tahun, minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis dalam waktu 10 tahun. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk menurunkan/menekan laju penggunaan energi dan memelihara kelestarian sumber daya yang ada. Audit energi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan konservasi energi. Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana maupun peralatan yang telah ada.

Kegiatan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni adalah pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox. Proses pengolahan teh hitam orthodox di kebun Cisaruni dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengolahan basah dan pengolahan kering. Secara garis besar proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik meliputi penerimaan bahan baku, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan dan sortasi kering. PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni mempunyai kapasitas produksi rata-rata teh kering 8.27 ton/hari pada bulan Maret 2010.

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah melakukan audit energi dengan mengkaji bentuk, sumber dan aliran energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni PT. Perkebunan Nusantara VIII. Serta mengetahui jumlah dan bentuk energi yang dibutuhkan untuk mengolah pucuk teh menjadi produk teh hitam orthodox dan mengidentifikasi tahapan proses yang kurang efisien sehingga upaya penghematan energi dapat segera dilakukan.

Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik. Metode audit yang digunakan secara garis besar dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pendahuluan (preliminary energy audit) dan tahap pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah efisiensi masing-masing sistem yang diaudit. Pengambilan data dilakukan setiap hari setiap jam sekali selama 24 jam. Adapun pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran disetiap tahapan proses pengolahan.

Hasil audit energi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni selama bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa bentuk energi yang digunakan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox adalah energi panas yang bersumber dari pembakaran bahan bakar padat (biomass), energi listrik dan energi biologis. Pada bulan Maret 2010, untuk memproduksi 1 kg teh kering dibutuhkan energi sebesar 33.62 MJ yang terdiri 31.59 MJ (93.95%


(7)

proses pelayuan dan pengeringan dengan rata-rata efisiensi pemanasan dan efisiensi sistem pengeringan berturut-turut sebesar 11.36% dan 6.62%. 1.98 MJ (5.88% dari total keseluruhan energi) energi listrik dan 0.056 MJ (0.17% dari total keseluruhan energi) energi tenaga manusia.

Dibandingkan dengan perkebunan lainnya di PT. Perkebunan Nusantara VIII seperti kebun Gedeh, Ciater dan Parakan Salak, besarnya konsumsi energi rata-rata untuk pengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik berturut-turut sebesar 20.97 MJ/kg teh, 20.81 MJ/kg teh dan 18.33 MJ/kg teh. Parakan Salak merupakan pengomsumsi energi terendah dibandingkan dengan kebun lainnya, karena sistem pengolahannya sudah menggunakan sistem CTC (crushing tearing cutting).

Pada bulan Maret 2010, konsumsi energi listrik di perkebunan Cisaruni paling banyak dikonsumsi pada tahap pelayuan sebesar 0.76 MJ/kg teh (38.5% dari total konsumsi listrik) dan terendah pada proses sortasi sebesar 0.35 MJ/kg teh (18% dari total konsumsi energi listrik). Sedangkan konsumsi energi bahan bakar padat paling besar terdapat pada proses pengeringan sebesar 27.64 MJ/kg teh (87.52% dari total konsumsi energi bahan bakar). Di perkebunan Cisaruni penggunaan bahan bakar padat berupa kayu bakar bisa menghemat energi panas sebesar 4.62% dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar industrial diesel oil. Selain itu, secara ekonomi penggunaan kayu bakar lebih murah apabila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar minyak.

Tahapan produksi yang kurang efisien adalah tahap pengeringan dan pelayuan, karena pada tahapan ini energi yang paling dominan adalah penggunaan energi listrik dan bahan bakar. Dengan kapasitas produksi yang sama, konsumsi energi kebun Cisaruni lebih besar dari kebun lainnya. Ini mengidentifikasikan bahwa konsumsi energi listrik dan bahan bakar pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodok di kebun Cisaruni lebih boros.

Peluang penghematan energi yang dapat dilakukan antara lain adalah penggunaan bahan bakar kayu, pemeriksaan intensif pada heat exchanger, cerobong, serta peralatan pabrik, segera mematikan motor listrik ketika tidak digunakan, penggantian motor listrik yang bekerja di luar karakteristik, serta menanamkan pengertian dan kesadaran pentingnya penghematan penggunaan energi dalam lingkungan pabrik.


(8)

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 30 Juli 1986 dari ayah bernama Dadang Setiawan dan ibu bernama Yayah Sobariyah. Penulis merupakan anak tunggal. Tahun 2004, penulis lulus dari MAN Cipasung Tasikmalaya dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun yang sama penulis masuk pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian .

Selama kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa lembaga kemahasiswaan kampus, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB IPB), sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan Bakat periode 2004-2005, sebagai staf Departemen Public Relation Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian IPB periode 2005-2006, sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) periode 2006-2007, sebagai anggota International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) periode 2006-2007.

Penulis pernah melaksanakan praktek lapangan pada tahun 2009 dengan topik Mempelajari Proses dan Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di Kebun Cisaruni PTPN VIII. Dalam rangka menyelesaikan studinya, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul Audit Energi Pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di Perkebunan Cisaruni PTPN VIII.


(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Audit Energi Pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni, Garut Jawa Barat”.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan, dukungan dan doa yang begitu besar dari kedua orang tua. Penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1. Ir. Sri Endah Agustina, M.S sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc dan Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si selaku dosen penguji atas masukan-masukan yang membangun bagi penulis.

3. Bapak Ir. Rahmat Supriadi selaku Administratur dan Ir. R. Diki Abdulkadir, yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan izin penulis untuk melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni Garut.

4. Bapak Dasep Nurodin, Bapak Suhendar, Ibu Evi, Bapak Suryaman, Bapak Dudung, Sofyan, Ato, Erik dan seluruh jajaran PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

5. Kakak Nurizati, M.Si dan Kairol Amri yang telah memberikan dukungannya kepada penulis

6. Mochamad Arsyad atas dukungan serta kebersamaannya selama penelitian di Perkebunan Cisaruni

7. Teman-teman Teknik Pertanian IPB 41, 42 dan 43 yang telah memberikan bantuan kepada penulis.


(10)

agar kedepannya dapat lebih bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2010


(11)

I.PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Energi merupakan unsur utama penggerak aktivitas kehidupan manusia, industri dan perekonomian suatu negara. Pertumbuhan perekonomian dunia dan kemunculan negara-negara industri baru dan sedang berkembang mendorong permintaan terhadap energi global meningkat. Permintaan dunia terhadap minyak akan meningkat sekitar 2 persen tiap tahunnya antara sekarang dan 2020. Berdasarkan proyeksi Departemen Energi Amerika Serikat (AS), penggunaan minyak dunia akan meningkat dari sekitar 94 juta barel per hari di tahun 2010 menjadi 102 juta barel per hari di tahun 2015, dan 110 juta barel per hari di tahun 2020 (Proyeksi Department of Energy USA, 2009).

Indonesia sendiri saat ini memiliki cadangan minyak bumi sebesar 7998 MMSTB dan terbukti 4303 MMSTB dengan potensial sebesar 3695 MMSTB (PT Media Data Riset, status Februari 2010). Dengan tingkat produksi minyak 357 juta barel per tahun, minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis dalam waktu 10 tahun. Dan berdasarkan data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (status Mei 2010) cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 8.2 miliar barel. Data mengenai penyediaan energi primer menurut jenis energinya dan pemakaian energi final di berbagai sektor disajikan pada Tabel. 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Penyediaan energi primer menurut jenis

Tahun Batu bara Minyak

bumi Gas Bumi

Tenaga Air

Panas

bumi Biomassa Jumlah

Jutaan BOE

2000 93,83 433,36 164,65 25,25 9,60 269,05 995,74 2001 119,13 441,73 172,08 29,38 9,96 268,97 1041,25 2002 122,88 452,82 188,82 25,04 10,25 270,23 1070,04 2003 164,95 456,65 204,14 22,94 10,38 272,01 1131,06 2004 151,54 498,12 187,55 24,39 11,08 271,81 1144,48 2005 173,67 493,64 191,19 27,03 10,91 270,04 1166,49 2006 205,78 459,33 196,60 24,26 11,18 276,34 1173,49 2007 258,17 474,04 183,62 28,45 11,42 275,20 1230,91 2008 322,93 455,61 193,35 29,06 13,42 277,96 1292,34


(12)

Tabel 2. Pertumbuhan pemakaian energi final menurut sektor, barrel of oil equivalent (BOE)

Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Industri 251.895.942 252.158.714 245.108.900 275.308.517 263.294.377 262.687.070 280.187.757 300.675.120 360.688.169 Rumah tangga 296.573.110 301.347.223 303.032.794 309.046.165 314.114.684 313.772.025 312.715.871 319.333.000 317.032.982 Komersial 20.670.389 21.449.843 21.752.300 22.397.122 25.412.327 26.234.764 26.194.683 27.896.499 27.984.294 Transportasi 139.178.658 148.259.584 151.498.823 156.232.909 178.374.391 178.452.407 170.127.492 179.135.822 191.257.453 Lainnya 29.213.878 30.585.607 29.998.546 28.445.436 31.689.809 29.102.166 25.936.873 24.912.051 24.842.951 Konsumsi Energi Final 737.531.977 753.800.971 751.391.363 791.430.149 812.885.588 810.248.432 815.162.676 851.952.492 921.805.849 Pemanfaatan non energi 40.393.109 48.524.092 48.534.290 48.317.775 62.375.806 54.352.435 64.786.077 64.759.190 111.963.006


(13)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsumsi energi final dari tahun 2000 sampai tahun 2008 pemakaian terus meningkat baik di sektor komersial, transportasi, rumah tangga dan industri, sedangkan ketersediaannya terus menurun dan mengalami fluktuasi. Konsumsi energi final terbesar pada tahun 2008 pada sektor industri sekitar 921.805.849 BOE, sedangkan konsumsi energi pada sektor industri berdasarkan jenisnya disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan Indonesia energy outlook (IEO) 2008, proyeksi kebutuhan energi final komersial pada tahun 2030 pada skenario business as usual (BaU) diperkirakan tumbuh sekitar 5.94% per tahun dengan konsumen utama adalah sektor industri (50%) diikuti oleh sektor transportasi (27%), sektor rumah tangga (12%), sektor Pertanian Konstruksi dan Pertambangan (PKP, 6%), dan sektor komersial (5%). Adapun kebutuhan energi terbesar menurut jenis energi adalah BBM (44%), gas (9%), listrik (19%), batubara (14%), LPG (6%), dan biofuel (9%). Pada skenario alternatif, konsumsi diperkirakan tumbuh sekitar 5.8% dengan komposisi konsumen kurang lebih sama dengan skenario BaU pada masing-masing jenis energi, BBM (32%), gas (23%), listrik (19%), batubara (15%), LPG (6%), dan biofuel (5%). Grafik kebutuhan energi final per sektor disajikan pada Gambar 1.


(14)

Tabel 3. Konsumsi energi pada sektor industri (BOE)

Tahun Biomass

*) Coal Briket Gas

Minyak

LPG Listrik *) Total

Kerosene

*) ADO

IDO *)

Fuel

Oil Total

2000 58.981 36.060 85 86.826 4.219 37.171 8.008 25.581 74.979 1.073 20.850 278.854

2001 55.186 37.021 78 81.861 4.160 39.458 7.735 26.680 78.033 972 21.819 274.970

2002 52.305 38.698 83 80.508 3.955 38.828 7.311 25.596 75.690 1.093 22.578 270.955

2003 50.167 68.264 77 89.912 3.980 37.398 6.358 20.756 68.493 808 22.373 300.093

2004 46.917 55.344 80 85.076 4.012 42.986 5.862 21.859 74.718 1.101 24.719 287.954

2005 43.920 65.744 94 86.277 3.851 39.929 4.843 15.617 64.239 1.131 26.021 287.426

2006 46.676 89.043 94 82.845 3.394 35.027 2.627 16.154 57.203 1.453 26.736 304.052

2007 42.108 121.904 89 79.723 3.352 33.787 1.422 13.856 52.418 1.242 28.077 325.561

2008 44.235 159.696 157 90.845 2.676 35.371 849 9.961 48.856 1.124 29.405 374.319

Catatan : *) Energi yang digunakan pada industri produk teh


(15)

Gambar 1. Kebutuhan energi final per sektor

Intensitas penggunaan energi, terutama dari bahan bakar fosil mengakibatkan antara lain pemanasan global karena hasil pembakaran minyak fosil menghasilkan karbon dioksida (CO2), yakni gas rumah kaca yang menghambat radiasi panas ke angkasa ruang yang mempunyai efek meningkatnya CO2 di udara, serta pergantian musim yang tidak teratur. Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi pemanasan global atau peningkatan emisi gas rumah kaca, antara lain adalah penggunaan sumber-sumber energi lebih ramah lingkungan dan penghematan energi, melalui upaya konservasi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi.

Konservasi energi merupakan salah satu cara yang penting baik untuk menurunkan/menakan laju penggunaan energi maupun emisi gas rumah kaca (GRK), serta berusaha mengurangi eksploitasi sumber-sumber energi. Konservasi energi dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu konservasi energi di sektor industri akan mengurangi biaya produksi sehingga akan memperkuat daya saing produk yang dihasilkan. Konservasi energi dirasakan perlu karena pemakaian energi di Indonesia tergolong boros.

Audit energi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan konservasi energi. Audit energi dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana hingga


(16)

tingkat yang lebih lengkap. Audit energi dapat membantu memberikan gambaran penggunaan energi pada proses dan identifikasi terjadinya pemborosan energi. Audit energi juga dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi.

PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), merupakan salah satu perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa menghasilkan keuntungan bagi negara. PT Perkebunan Nusantara VIII memiliki komoditi usaha diantaranya komoditi teh, karet, kina, kakao, sawit dan gutta percha.

Teh (Camelia sinensis L) adalah salah satu hasil pertanian dari sub sektor perkebunan yang merupakan komoditi usaha PTPN VIII, dalam proses pengolahan teh diperlukan beberapa sumber energi antara lain tenaga manusia, biomassa, industrial diesel oil (IDO), listrik dan bahan bakar minyak. Akan tetapi PTPN VIII, sebagaimana BUMN lainnya, didirikan dengan tujuan menghasilkan laba untuk kepentingan negara mengalami banyak kendala diantaranya adalah kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak terutama industrial diesel oil dan bahan bakar minyak lainnya.

Berdasarkan surat Keputusan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) No. Kpts –063/F00000/2008-S0 tentang Harga Jual Keekonomian Bahan Bakar Minyak Pertamina tanggal 29 April 2008, harga bahan bakar minyak non subsidi periode 1 Mei 2008 mengalami perubahan harga sebagai berikut : premium naik 6.4%, minyak tanah naik 9.4%, minyak solar naik 11.3%, minyak diesel naik 7.5%, minyak bakar naik 7.3% dan pertamina dex naik 8.7%. Sedangkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berencana menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15% pada tahun 2010 (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, status 26 April 2010).

Kenaikan biaya variabel produksi, semakin mempersulit posisi perkebunan dan industri teh, sehingga PT Perkebunan Nusantara VIII harus mengganti bentuk energi yang sangat mahal dan mencari solusi bentuk energi yang lebih murah. Pada tahun 2007 di beberapa perkebunan termasuk perkebunan Cisaruni, bahan bakar solar dan industrial diesel oil diganti menjadi bahan bakar padat berupa kayu bakar dan cangkang sawit, hal ini merupakan salah satu usaha untuk


(17)

menekan biaya produksi, langkah lain yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi adalah dengan cara menakan biaya energi melalui upaya penghematan energi.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Departemen Teknik Mesin PSG College of Technology, industri pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh di India dengan sistem pengolahan crushing tearing curling (CTC), bisa menghemat 20 persen energi listrik dan 40 persen energi panas untuk pelayuan dan pengeringan. Dalam proses pengolahan setiap kg teh dibutuhkan 12.6-21.6 MJ energi panas, 0.756-1.8 MJ energi listrik dan 0.396 MJ tenaga manusia.

Audit energi perlu dilakukan di perkebunan Cisaruni untuk mengetahui kondisi sistem pengolahan secara keseluruhan dan melakukan analisa penggunaan energi pada sistem pengolahan tersebut agar lebih efisien. Efisiensi penggunaan energi selain akan menurunkan biaya produksi juga akan menurunkan emisi gas CO2, dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing produk di pasar global. Selain itu juga perlunya audit energi di perkebunan Cisaruni yaitu dikarenakan beragamnya hasil audit energi di perkebunan lain di PT Perkebunan Nusantara VIII, sehingga acuan output energi dan efisiensi sebenarnya per kg teh kering belum bisa dipastikan dengan jelas.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah melakukan audit energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni, PT. Perkebunan Nusantara VIII, Garut, Jawa Barat.

Sasaran penelitian adalah untuk mengetahui jumlah dan bentuk energi yang dibutuhkan untuk mengolah pucuk teh menjadi produk teh hitam orthodox, serta mengidentifikasi tahapan proses yang kurang efisien sehingga upaya penghematan energi dapat segera dilakukan.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.TANAMAN TEH

Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (BENSON, 1959 dalam Taruna Gayo, 1981). Hasil tanaman teh ini berupa ranting muda dengan daun-daun, lazim disebut pucuk teh. Pucuk teh inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi teh kering yang dikenal umum sebagai bahan minuman.

Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

Pucuk teh yang baru dipetik dari tanamannya mengandung kadar air sebesar 75-80 % dari berat total daun dan sisanya berupa bahan-bahan selain air yang umum disebut sebagai bahan kering. Sebagian bahan kering tersebut bersifat dapat larut dalam air, dan sebagian lainnya bersifat tidak dapat larut. Daun yang bermutu baik adalah daun yang kandungan tannin dan aktivitas enzimnya tinggi serta mempunyai sifat fisik jaringan daun yang kuat. Makin tua daun makin rendah kandungan tannin-nya dan makin tidak elastis (Pramono, 1993).

Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem baru


(19)

yang umum saat ini adalah sistem orthodox rotorvane. Sistem CTC (crushing, tearing, curling) merupakan sistem pengolahan teh hitam yang relatif baru di Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (1994) dalam Setyamidjaja (2000), memberikan gambaran tentang kedua cara pengolahan tersebut :

Tabel 4. Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem orthodox dan sitem CTC

No Sistem orthodox Sistem CTC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Derajat layu pucuk 44%-46% Ada sortasi bubuk basah

Tangkai/tulang terpisah, disebut badag

Diperlukan pengeringan ECP Cita rasa air seduhan kuat

Tenaga kerja banyak Tenaga listrik besar

Sortasi kering kurang sederhana Fermentasi bubuk basah 105-120 menit

Waktu proses pengolahan berlangsung lebih dari 20 jam

Derajat layu pucuk 32%-35% Tanpa dilakukan sortasi bubuk basah Bubuk basah ukuran hampir sama

Pengeringan cukup FBD

Cita rasa air seduhan kurang kuat, air seduhan cepat merah

Tenaga kerja sedikit Tenaga listrik kecil Sortasi kering sederhana

Fermentasi bubuk basah 80-85 menit

Waktu proses pengolahan berlangsung kurang dari 20 jam Sumber : PPTK Gambung (1994) dalam Setyamidjaja (2000)

Akibat cara pengolahan yang berbeda, maka teh Orthodox dan CTC memiliki perbedaan-perbedaan baik bentuk maupun cita rasanya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.


(20)

Tabel 5. Perbedaan antara hasil pengolahan teh hitam sistem orthodox dan sitem CTC

No Uraian Orthodox CTC

1 2 3 4 Bubuk Cita rasa Penyajian Kebutuhan penyajian Agak pipih Kuat Lambat 400-500 cangkir/kg Butiran Kurang kuat Cepat 800-1000 cangkir/kg Sumber : Achmad Imron (2001) dalam Anonim (2010)

Komposisi kimia daun teh sangat berpengaruh terhadap mutu bubuk teh yang dihasilkan yaitu pada strength, warna, flavour dan rangsangan seduhan teh. Hal ini disebabkan oleh pengaruh reaksi enzimatis selama pengolahannya. Komposisi kimia daun teh segar dan teh hitam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi kimia daun teh dan teh hitam

Komposisi Daun segar (%) Teh hitam (%)

Selulosa dan serat kasar Protein

Khloropil dan pigmen Pati Tanin teh Tanin teroksidasi Kafein Asam amino Mineral Abu 34 17 1.5 8.5 25 0 4 8 4 5.5 34 16 1 0.25 18 4 4 9 4 5.5 Sumber : Nasution dan Wachyuddin (1985)

Dalam proses produksi teh hitam ada beberapa faktor yang sangat menentukan dalam mendapatkan teh hitam dengan mutu yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah varietas tanaman teh, keadaan dan struktur tanah, tata cara


(21)

pemeliharaan, keadaan iklim, ketinggian, pengawasan mutu terhadap teh yang dihasilkan dan tata cara pengolahan. Pengolahan yang sebaik apapun tidak akan mendapatkan mutu bubuk teh hitam yang baik apabila mutu daunnya itu sendiri tidak baik.

B.PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HITAM DI KEBUN CISARUNI PT. PERKEBUNAN NUSANATARA VIII

Kegiatan pada proses pengolahan teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni adalah pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox. Proses pengolahan teh hitam orthodox di kebun Cisaruni dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengolahan basah dan pengolahan kering. Proses pengolahan teh hitam tersebut sudah menggunakan alat dan mesin. Sedangkan tenaga manusia hanya diperlukan untuk mengontrol mesin dan memindahkan bubuk basah atau kering selama proses pengolahan berlangsung. Kecuali pada proses sortasi, tenaga manusia masih sangat banyak diperlukan untuk menjaga kualitas bubuk teh hitam orthodox. Secara garis besar diagram alir proses pengolahan teh hitam orthodox disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alir proses pengolahan pucuk teh di kebun Cisaruni (Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VIII, kebun Cisaruni)

Bahan baku (pucuk teh)

Pelayuan

Penggilingan

Fermentasi

Pengeringan

Sortasi kering


(22)

Adapun tahapan pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Bahan Baku

Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun segar hasil petikan. Mutu teh hitam yang baik sebenarnya akan lebih mudah dicapai apabila bahan segarnya (pucuk) bermutu baik. Secara fisik, pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar, dan berwarna kehijauan. Menurut beberapa ahli pengolahan, 75% mutu teh ditentukan di kebun (ketinggian tempat, jenis petikan, dan penanganan hasil petikan), sisanya (25%) ditentukan oleh proses pengolahan.

Tahap awal pada proses pengolahan adalah penerimaan bahan baku, yaitu penimbangan. Kemudian hasil penimbangan dicatat setelah itu diturunkan dengan bantuan monorail untuk mengangkut teh dari truk ke withering trough.

2. Pembeberan dan Pelayuan

Aspek fisik pelayuan ialah suatu proses dimana pucuk teh melepaskan air yang dikandung ke udara bebas tanpa terjadi kerusakan pada pucuk teh, oleh karena itu udara pada ruangan pelayuan hendaknya kering dengan suhu tidak terlalu rendah. Pada proses pelayuan tahap pertama yang dilakukan adalah pembeberan pucuk yang mana pucuk disebar merata sampai palung (trough) penuh dengan ketebalan ± 30 cm atau bisa disebut 30 cm pucuk per m2. Sementara itu udara segar akan dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan pintu palung terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, pintu palung akan ditutup dan udara terus dialirkan. Setelah pucuk layu maka segera diisi ke bak kayu untuk ditimbang lalu dibawa ke jubung (lubang/saluran pemasukan pucuk teh layu ke mesin penggilingan) untuk proses turun layuan dan dilanjutkan ke penggilingan.


(23)

3. Penggilingan dan Fermentasi Awal

Proses penggilingan pucuk teh dan fermentasi awal hasil gilingan merupakan tahap pengolahan untuk menyiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun fisik. Secara umum proses penggilingan dan fermentasi awal adalah sebagai berikut :

3.1. Penggulungan

Pada proses penggulungan (rolling) akan membuat daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu sudah mulai terjadi proses oksidasi enzimatis (fermentasi). Dengan adanya penggulungan, secara fisik daun yang sudah digulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Penggulungan dilaksanakan dalam alat penggulung yang disebut open top roller selama 30 – 40 menit yang mempunyai kapasitas 350 kg.

3.2. Penggilingan

Mesin penggilingan yang biasa dipakai dalam proses pengolahan teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni, Garut adalah press cap roller dan rotor vane. Pada proses penggilingan, gulungan akan tergiling menjadi partikel yang lebih kecil sesuai dengan yang dikehendaki konsumen, gulungan akan berukuran lebih pendek, cairan sel keluar semaksimal mungkin, dan dihasilkan bubuk basah sebanyak-banyaknya.

Proses penggilingan yang dilakukan di pabrik pengolahan teh hitam orthodox kebun Cisaruni yaitu program giling orthodox–rotorvane. Hasil penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk pada sortasi basah.

3.3. Sortasi bubuk basah

Sortasi bubuk basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi kering, serta memudahkan dalam pengaturan proses pengeringan. Mesin sortasi basah yang biasa dipakai adalah rotor ball breaker. Mesin ini memasang ayakan dengan mesh (jumlah lubang per inci persegi ayakan) yang berbeda-beda sesuai dengan grade (jenis bubuk) yang diinginkan.


(24)

4. Fermentasi

Fermentasi atau proses oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxsidase. Fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembapan relative, kadar enzim, jenis bahan, serta tersedianya oksigen. Di pabrik Cisaruni, fermentasi dilakukan pada ruang yang sama dengan kegiatan penggilingan dan sortasi basah.

5. Pengeringan

Tujuan utama pada proses pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal dan menentukan mutu akhir teh hitam yang dihasilkan. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam teh bubuk akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan. Proses pengeringan yang dilakukan di pabrik Cisaruni menggunakan mesin pengering jenis two stage dryer yang dilengkapi dengan trays konveyor. Teh yang keluar dari mesin pengering two stage dryer akan melewati jalur conveyor dan ditampung dalam sebuah tong kemudian disimpan dalam jublag atau tong penampung yang lebih besar berdasarkan ukuran bubuk agar kondisi bubuk tidak terlalu panas yang nantinya akan masuk ke ruang sortasi kering.

6. Sortasi Kering

Meskipun telah dilakukan proses sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu perlu dilakukan sortasi kering. Pada prinsipnya proses sortasi kering yang dilakukan di pabrik Cisaruni adalah kegiatan memisahkan bubuk teh kering menjadi jenis tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan ukuran, warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen meliputi memisah-misahkan teh kering menjadi beberapa tingkat mutu (grade) yang sesuai dengan standar perdagangan teh, menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna masing-masing grade, dan membersihkan teh dari tangkai, serat dan bahan-bahan lain (debu, logam dan lain-lain).


(25)

C. KEBUTUHAN ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM 1. Jenis dan Sumber Energi pada Sistem Pengolahan Teh Hitam

a. Energi langsung

Peranan energi langsung sangat besar dalam suatu proses pengolahan, terutama untuk proses yang padat energi. Energi langsung merupakan bentuk energi yang digunakan secara langsung pada proses produksi yaitu bahan bakar fosil (Abdullah, dkk. 1996). Sumber energi langsung yang diberikan pada industri teh adalah bahan bakar berupa solar dan kayu bakar, listrik, dan tenaga manusia.

Nilai kalor total per unit beberapa bahan bakar yang merupakan penjumlahan nilai kalor dan input produksi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai kalor per unit beberapa macam bahan bakar

Sumber energi Unit Nilai kalor (MJ/unit) Input produksi (MJ/unit) Total (MJ/unit) Gasoline IDO Diesel Minyak bumi LPG Gas alam Batu bara keras Batubara lunak Kayu keras Kayu lunak Listrik Liter Liter Liter Liter m3 kg kg kg kg kWh 32.24 38.66 38.66 26.10 41.38 30.23 30.39 19.26 17.58 3.60 8.08 9.12 9.12 1.16 8.07 2.36 2.37 1.44 1.32 8.39 40.32 47.78 47.78 32.26 49.45 32.59 32.27 20.70 18.90 11.99 Sumber : Cervinca dan Pimentel, 1980 dalam Somantri, 2002

b. Energi tidak langsung

Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu barang disebut embodied energy. Embodied energy adalah energi yang digunakan secara tidak langsung pada proses produksi. Energi tidak langsung sendiri merupakan energi yang digunakan untuk


(26)

memproduksi suatu masukan produksi atau materi penyusun produk seperti alat dan mesin pertanian (manufakturing).

c. Tenaga manusia

Tenaga manusia yang digunakan sebagai sumber energi untuk produksi lazim disebut energi biologis. Sebagian besar operasi di bidang pertanian membutuhkan tenaga manusia untuk melakukan kerja mekanis. Walaupun pada operasi tersebut telah menggunakan alat bantu ternak dan motor, tenaga manusia tetap digunakan.

Batas kemampuan untuk mengubah energi makanan ke dalam bentuk kerja adalah 6 kkal/menit atau sama dengan 0.42 kW. Energi ini hanya dapat diubah menjadi energi panas 10-15%, maka dapat digunakan untuk kerja adalah 0.04 MJ/jam (Van Loon, 1978 dan Malcolm, 1991 dalam Somantri 2002). Kebutuhan energi manusia pada kegiatan pengolahan di pabrik menurut Stout, N.A (1990) dan Sholahudin (1999) dalam Somantri (2002) yaitu sebesar 1.4 kkal/menit atau 0.725 MJ/jam.

2. Hasil-hasil penelitian kebutuhan energi pada proses pengolahan teh hitam di PT Perkebunan Nusantara VIII

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan fermentasi, pengeringan bubuk teh dan sortasi kering baik secara total maupun pada tahapan-tahapan tertentu selalu bervariasi. Oleh karena itu diperlukan audit energi diberbagai kebun di PT. Perkebunan Nusantara VIII agar kebutuhan energi pada setiap tahapan ataupun secara total bisa dibandingan. Hasil-hasil penelitian tentang konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh mennjadi bubuk teh di setiap tahapan proses pengolahan disajikan dalam Tabel 8.


(27)

Tabel 8. Hasil-hasil penelitian konsumsi energi pada proses pengolahan teh dalam satuan MJ/kg teh kering

Kegiatan PTPN VIII Goalpara1)

PTPN VIII Gedeh Cianjur2)

PTPN VIII Ciater3)

PTPN VIII Parakan salak4)

Pelayuan pucuk 7.2981 8.80173 9.91084 1.24000

Penggilingan 1.0831 1.85223 1.41797 1.13000

Pengeringan 9.1070 8.77846 8.80763 15.67000

Sortasi kering 0.5103 1.53567 0.67200 0.29000

Sumber : 1) Mulyawan, 1997 2) Somantri, 2002 3) Kartikasari, 2002 4) Edi Purnomo, 2006

D. AUDIT ENERGI

Audit energi merupakan bentuk analisa energi untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam suatu sistem secara keseluruhan (Abdullah, 1998). Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana maupun peralatan yang telah ada (KEPRES 43/1993, Konservasi Energi).

Bagian dari usaha konservasi energi adalah dengan cara mengetahui sumber-sumber pemborosan pemakaian energi, serta memberikan analisis dan jawaban mengenai tindakan yang bisa dilakukan terhadap pemakaian energi yang lebih tepat tanpa mengurangi produktifitas yang telah dicapai sebelumnya (PII, 1992).

Menurut KONEBA (1989) dalam Mulyawan (1997), metode audit energi terdiri dari dua tahapan yaitu audit energi awal (preliminary energi audit) dan audit energi terinci (detailed energy audit)

1. Audit energi awal (preliminary energy audit)

Audit energi awal (preliminary energy audit) adalah berupa pengumpulan data awal dan analisa pendahuluan, yang terdiri dari pengelempokan sumber data, mengidentifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data, analisa data, pembuatan rencana pengembangan.


(28)

2. Audit energi terinci (detailed energy audit)

Audit energi terinci (detailed energy audit) adalah dengan melakukan penjajagan terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap.

Tahapan pada audit energi terinci yaitu : a. Evaluasi pengelolaan energi harian

b. Melakukan audit energi awal

c. Rencana pengembangan kegiatan pabrik

d. Pemilihan bagian-bagian yang akan diaudit secara rinci e. Persiapan kelengkapan kerja

f. Pemeriksaan data lapangan g. Evaluasi data yang dikumpulkan

h. Mengidentifikasi peluang konservasi energi i. Rencana pengembangan aktivitas peralatan j. Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu k. Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh

Tahapan audit energi yang dilakukan oleh Suryadi (1994) dalam kegiatan audit energi pada proses produksi pupuk urea di PT Pupuk Kujang adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data awal

Pengumpulan data-data mengenai produksi dan energi (jenis, sumber, konsumsi dan kapasitas konsumsi)

2. Evaluasi awal

Melakukan perhitungan untuk mendapatkan konsumsi energi spesifik untuk listrik, panas dan mekanis dari suatu produk, dan membandingkan dengan data konsumsi energi secara internasional.

3. Pelaksanaan pengukuran energi

Data-data yang sebenarnya diperoleh melalui pengukuran variabel secara detil dan dilakukan dengan sistem akusisi data, seperti laju aliran udara, laju aliran listrik, temperatur, data cuaca.


(29)

4. Evaluasi hasil pengukuran

Pelaksanaan konservasi energi akan didasarkan pada hasil perbandingan data spesifikasi dengan data hasil pengukuran sesungguhnya, sehingga dari tahapan ini akan dapat dihasilkan rekomendasi cara penghematan energi.

5. Realisasi

Pihak industri akan melaksanakan penghematan energi melalui penataan, modifikasi, atau penggantian peralatan proses energi sesuai dengan bagian yang direnovasi dan sesuai dengan kemampuan industri, sehingga pemborosan energi dapat diatasi.

6. Kontrol unjuk kerja

Setelah pelaksanaan pencegahan pemborosan terealisasi, tim audit akan melakukan control unjuk kerja untuk mencocokan potensi penghematan energi yang sudah dihitung sebelumnya.

Sedangkan menurut Wayne C. Turner (1992) dalam Suryadi (1994), langkah-langkah dalam audit energi adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini meliputi teknik analisis pendahuluan, pengumpulan data tetapan-tetapan peralatan catatan lapangan, pengoperasian data terhadap persamaan yang telah ada dan uji coba peralatan.

2. Teknik analisis

Tahapan analisis meliputi analisa konsep penambahan biaya untuk tahapan tertentu bilamana diperlukan, analisis kesetimbangan massa dan energi, analisis energi yang masuk dan keluar pada sub sistem, analisis pindah panas, evaluasi muatan listrik dan pembuatan model dan simulasi.

3. Evaluasi biaya peralatan

4. Membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi

Tahap ini memerlukan langkah akhir dalam perumusan audit energi yang meliputi laporan utama yang merupakan hasil keseluruhan auditing, laporan biasa yang merupakan data hasil perhitungan harian dan belum dijadikan


(30)

hasil audit yang baku, laporan efektifitas pengelolaan peralatan dan laporan tinjauan (review) tiap tahap proses.

Menurut Philippines National Oil Company (1986) dalam Rachmat (2001), metode audit energi dapat dibagi menjadi beberapa tingakatan yaitu :

1. Primary audit atau preliminary audit

Terdiri dari kegiatan pencatatan dan analisis pemakaian energi dengan cara melaukan tinjauan singkat pada fasilitas pabrik dan dengan kebutuhan dan pembelian bahan bakar minyak. Pemeriksaan secara visual dilakukan untuk menentukan peluang penghematan energi dan membuat rencana analisis energi yang lebih rinci. Preliminary audit dikerjakan 1 sampai 3 hari tergantung pada kerumitan pabrik.

2. Detailed audit atau maxi audit

Terdiri dari catatan lengkap pemakaian energi untuk menghitung pemakaian energi dan efisiensi. Hal ini mengharuskan penggunaan alat-alat pengukuran. Detailed audit ini dapat dikerjakan dalam waktu satu minggu atau lebih.

3. Plant survey mini audit

Terdiri dari identifikasi energi terpakai, menganjurkan peningkatan pemeliharaan dan pengoperasian alat secara benar. Mini audit memerlukan pengujian dan pengukuran jumlah energi terpakai dan energi yang hilang. Mini audit juga meliputi anjuran dan analisis peluang konservasi energi dengan anggaran dana yang relatif murah atau investasi modal yang besar.


(31)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A.WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, IPB dan pabrik Cisaruni, PT. Perkebunan Nusantara VIII, Garut, Jawa Barat. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah selama periode bulan Maret 2010 sampai dengan Mei 2010.

B.PENDEKATAN MASALAH DAN BATASAN SISTEM

Kegiatan audit energi pada sitem pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox ini dilakukan di lima unit, yaitu unit penerimaan bahan baku, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan dan sortasi kering. Batasan sistem yang dibuat dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Seluruh kegiatan yang dilakukan di pabrik dan berhubungan langsung dengan pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox.

2. Seluruh input energi tenaga kerja yang terkait langsung dengan proses pengolahan diperhitungkan, kecuali pegawai administrasi dan petugas keamanan di pabrik Cisaruni.

3. Seluruh input energi listrik dan bahan bakar pada setiap unit proses diperhitungkan

4. Penerangan ruang pengolahan saat pengolahan diperhitungkan dalam audit energi di perkebunan Cisaruni.


(32)

Gambar 4. Bagan alir proses, peralatan dan masukan energi pada pengolahan teh di Perkebunan Cisaruni, Garut, Jawa Barat

C.PARAMETER YANG DIUKUR

Sebelum dilakukan pengumpulan data pada penelitian ini maka terlebih dahulu dilakukan penentuan parameter yang akan diukur. Adapun parameter yang akan diukur meliputi :

1. Penggunaan energi berasal dari bahan bakar

Data yang dibutuhkan meliputi data konsumsi bahan bakar, nilai kalor bahan bakar dan jumlah produksi teh kering.

2. Penggunaan energi listrik

Data yang dibutuhkan meliputi data jumlah pemakaian listrik, efisiensi, tegangan listrik, arus listrik, faktor daya listrik dan jumlah produksi teh kering dan daya terpasang pada peralatan produksi.

Tenaga manusia dan listrik

Tenaga manusia, listrik dan bahan

bakar

Tenaga manusia dan listrik

Tenaga manusia, listrik dan bahan

bakar

Tenaga manusia dan listrik

Penerimaan bahan baku

Pelayuan pucuk segar

Penggilingan & fermentasi

Pengeringan

Sortasi kering

Tahapan proses Masukan energi Alat/mesin

Two stage drier dan Heat exchanger

Monorail

Withering trough

Alat/mesin penggilingan


(33)

3. Penggunaan tenaga manusia

Data yang dibutuhkan meliputi data jumlah karyawan yang bekerja pada unit pengolahan, jumlah jam kerja karyawan, nilai unit tenaga manusia dan jumlah produksi pucuk teh dan jumlah produksi teh kering.

4. Efisiensi penggunaan energi

Setelah dilakukan pengukuran disetiap proses, perhitungan efisiensi penggunaan energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox dilakukan dengan membandingkan energi input dan output atau kapasitas pengukuran dengan kapasitas terpasang.

D.METODE AUDIT ENERGI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

Metode audit energi yang akan dipakai pada penelitian kali ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh PT. KONEBA (1989). Sehingga audit energi ini terdiri dari dua tahapan :

1. Tahap pendahuluan (preliminary energy audit)

Pada tahap ini dilakukan pengelempokan sumber data yang diperlukan seperti kondisi dan pola produksi, kemudian mengidentifikasi data-data tersebut. Setelah itu dilakukan analisis data untuk menentukan metode pengambilan data dalam satu bulan, satu minggu, dan satu hari dengan tiga kali ulangan. Sehingga data tersebut dapat dievaluasi pada tahap pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit).

2. Pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit)

Setelah ditentukan metode pengambilan data yaitu data diambil dalam dua tahap dimana setiap tahap data diambil pada jam sebagai berikut disajikan pada Tabel 9.

Berdasarkan data energi dan produksi teh hitam pada tahun 2009 diketahui bahwa tidak terjadi fluktuasi yang terlalu besar, baik data dalam satu hari, satu minggu, maupun satu bulan. Maka audit energi ini dilakukan setiap jam seperti yang disajikan pada Tabel 9 pada hari selasa, kamis, dan sabtu, selama dua minggu.


(34)

Tabel 9. Waktu pengambilan data proses audit energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox

Tahapan proses Tahap I Tahap II

Penerimaan bahan baku 09.00; 10.00; 11.00 11.00; 12.00; 13.00 Pelayuan 09.00; 17.00; 01.00 11.00; 17.00; 03.00 Penggilingan & fermentasi 01.00; 04.30; 08.00 03.00; 06.30; 10.00 Pengeringan 03.00; 07.30; 12.00 05.00; 09.30; 14.00 Sortasi 04.00; 09.00; 15.00 06.00; 11.00; 17.00

Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan penjajagan (surveying) terhadap peralatan yang dipakai di pabrik Cisaruni dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap.

Tahapan selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan pemeriksaan dan pencatatan atau pengambilan data. Pengambilan data untuk audit ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1. Pengumpulan data primer

Waktu pengumpulan data primer ditentukan setelah dilakukan preliminary energy audit. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan tiga kali ulangan. Pengumpulan data pada tahap pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik dilakukan sebagai berikut :

1.1. Pada penerimaan bahan baku pucuk teh segar, pengumpulan data dilakukan dengan cara mendata jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, konsumsi energi listrik dan berat pucuk segar.

1.2. Pada tahap pelayuan pucuk teh segar, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, konsumsi energi listrik, suhu ruang pelayuan, dan berat pucuk segar.

1.3. Pada tahap penggilingan dan fermentasi data yang diperlukan adalah jumlah jam kerja, konsumsi energi listrik, jumlah tenaga kerja, suhu ruang penggilingan, dan suhu bubuk pada saat fermentasi.


(35)

1.4. Pada tahap pengeringan pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, konsumsi energi listrik, pengukuran suhu udara luar, suhu udara yang masuk ke alat pengering, suhu udara yang keluar dari alat pengering, dan lama proses pengeringan.

1.5. Tahap sortasi kering, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran jumlah jam kerja, konsumsi energi listrik, jumlah tenaga kerja, berat teh kering yang dihasilkan.

2. Pengumpulan data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan apabila pengumpulan data primer tidak mungkin dilakukan. Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendukung data primer.

E.ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk teh segar, pucuk layu, pucuk tergiling, bubuk fermentasi, bubuk teh hitam kering dan bahan bakar padat padat yang diperoleh dari PT. Pekebunan Nusantara VIII, Kebun Cisaruni, Garut, Jawa Barat. Adapun peralatan yang akan digunakan dan diamati unjuk kerjanya adalah withering trough, pengering tipe two stage drier dan heat exchanger, elektromotor-elektromotor penggerak mesin-mesin yang ada di pabrik.

Alat-alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data adalah : stop watch, kWh-meter, tang ampere, termometer alkohol bola basah-bola kering, anemometer, halogen moisture analyzer dan termokopel yang terpasang pada alat pengering dan heat exchanger.

F.PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA

Data yang didapatkan dianalisis dengan perhitungan masukan energi menggunakan persamaan-persamaan, sehingga didapatkan hasil konsumsi energi pada setiap proses produksi teh hitam orthodox. Analisis data dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan tentang efisien atau tidaknya penggunaan energi pada sistem pengolahan tersebut. Proses pengolahan yang dimaksud adalah meliputi


(36)

kegiatan pelayuan pucuk segar, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan. Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan, dilakukan dengan memasukan variabel pada persamaan yang telah ditentukan dan semua satuan dalam MJ/kg teh kering.

1. Energi bahan bakar

Besarnya energi yang berasal dari bahan bakar untuk proses produksi dalam kegiatan prapanen untuk setiap kg pucuk teh didekati dengan menggunakan persamaan :

Sedangkan dalam kegiatan pengolahan (proses produski teh kering) didekati dengan persamaan :

Sehingga total energi bahan bakar yang tersimpan tiap kg teh kering dapat dijabarkan sebagai berikut :

dimana :

= Jumlah energi yang berasal dari bahan bakar pada kegiatan pra panen untuk tiap kg pucuk teh (MJ/kg).

= Jumlah energi yang berasal dari bahan bakar pada kegitan pengolahan untuk tiap kg teh kering (MJ/kg).

= Konsumsi bahan bakar pada pra panen yang ke-i (lt)

= Konsumsi bahan bakar pada proses pengolahan yang ke-j (lt) = Nilai kalor bahan bakar jenis ke-i (MJ/lt)

= Nilai kalor bahan bakar jenis ke-j (MJ/lt) = Jumlah produksi pucuk (kg)

= Jumlah produksi teh kering (kg) = 1,2, 3……….


(37)

2. Energi listrik

Besarnya energi litrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg teh kering didekati dengan persamaan (Anwar, 1990 dalam Mulyawan 1997) :

Dimana nilai D untuk listrik 1 fasa menggunakan persamaan (PT. Koneba, 1987 dalam Mulyawan 1997) :

Nilai D untuk listrik tiga fasa menggunakan persamaan (PT. Koneba, 1987 dalam Mulyawan 1997) :

dimana :

= Energi listrik yang digunakan untuk produksi teh (MJ/kg) = Daya motor/mesin terukur (kW)

= Waktu pemakaian alat (jam) = Efisiensi alat/elektromotor

= Jumlah produksi teh kering (kg) = Tegangan (volt)

= Arus (ampere) = Faktor daya

3. Energi tenaga manusia

Besarnya tenaga manusia selama kegitan pra panen pada proses produksi teh didekati dengan persamaan :

Besarnya tenaga manusia selama kegiatan proses pengolhan teh khusus nya pada proses di pabrik menggunakan persamaan (Anwar, 1990 dalam Mulyawan 1997)


(38)

Sehingga total energi manusia yang digunakan untuk memproduksi setiap kg teh kerig adalah :

dimana :

Etm (tot) = Jumlah tenaga manusia total yang dibutuhkan (MJ/kg) Etm1 = Tenaga manusia selama pra panen tiap kg pucuk teh (MJ/kg) Rtm2 = Tenaga manusia selama pengolahan tiap kg pucuk teh (MJ/kg) JK = Jumlah jam kerja (jam)

NE = Nilai unit kalor tenaga manusia Q1 = Jumlah produksi pucuk (kg) Q2 = Jumlah produksi teh kering (kg)

4. Analisis energi dalam proses pengeringan

Dalam produksi teh, penggunaan energi terbesar berdasarkan beberapa referensi terjadi pada tahap pengeringan mengkonsumsi energi bahan bakar dan listrik. Alat yang digunakan dalam proses ini yaitu pengering dilengkapi dengan alat pindah panas (heat exchanger) dan main fan penghembus udara.

Perhitungan kebutuhan energi pada proses pengeringan menggunakan kurva psikometrik, dimana proses tersebut mengikuti garis kelembaban mutlak dari titik 1 ke titik 2 pada kurva tersebut disajikan pada Gambar 4.


(39)

Gambar 5. Kurva psikometrik chart untuk pengeringan Keterangan :

(1)-(2) = proses pemanasan udara (1)-(3) = proses pengeringan Tud = suhu udara

Tp = suhu pengeringan

Untuk menghitung massa uap air dicari dengan mengurangi berat bahan awal (wo) dengan berat akhir bahan (wl) :

dimana :

= Massa air yang diuapkan (kg) = Berat awal bahan (kg) = Berat akhir bahan (kg)

Laju perpindahan uap air dapat dicari setelah mendapatkan massa air yang diuapkan dengan persamaan :

dimana :

= Laju perpindahan uap air (kg/jam) = Lama pengeringan (jam)

Aliran udara pengering yang dibutuhkan untuk menguapkan sejumlah air dari bahan menggunkan persamaan (Taib et al. dalam Nasution, 1992) :

Besarnya panas sensibel yang dibutuhkan untuk memanaskan udara pengering, dihitung dengan menggunkan persamaan :


(40)

dimana :

= Jumlah udara pengering yang dibutuhkan (m3/jam) = Volume spesifik udara luar (m3/kg udara kering)

= Volume spesifik udara setelah dipanaskan (m3/kg udara kering) = Kelembaban mutlak udara setelah dipanaskan (kg/kg udara

kering)

= Kelembaban mutlak udara keluar (kg/kg udara kering) = Jumlah panas sensibel yang ditambahkan (kJ/jam) = Entalpi udara luar (kJ/kg udara kering)

= Entalpi udara setelah dipanaskan (kJ/kg udara kering)

Dengan mengasumsikan panas laten dalam bubuk teh sama dengan panas laten pengupan air bebas, maka kebutuhan energi yang diperlukan untuk menguapkan air dari bubuk teh didekati dengan persamaan (Brooker et al., 1974 dalam Kartikasari, 2002).

dimana :

= Energi yang dibutuhkan untuk menguapakan air dari bubuk teh (kJ/jam)

= Entalpi udara lingkungan pada keadaan jenuh (kJ/kgoC)

Sedangkan besarnya energi yang diperoleh dari pembakaran bahan bakar ( ) pada burner dan energi yang tersedia pada burner (Q4) yaitu :

dimana :

= Energi hasil pembakaran (MJ/jam) = Energi tersedia pada burner


(41)

= Laju konsumsi bahan bakar (liter/jam) = Nilai kalor bahan bakar (MJ/jam)

= efisiensi burner

5. Efisiensi disetiap tahapan proses pengolahan 5.1.Efisiensi pelayuan

Sugiarti (1997) mendefinisikan efisiensi pelayuan ( ) merupakan perbandingan antara energi (panas) yang digunakan untuk menaikkan suhu dan menguapkan air bahan (QT) dengan panas yang diterima udara pelayu (Qup). Untuk perhitungan digunakan persamaan berikut :

dimana :

= efisiensi pelayuan (%)

QT = panas total yang digunakan untuk memanaskan (menaikan suhu) dan menguapkan air bahan dari kadar air awal hingga kadar air akhir (kJ)

Qup = panas udara pelayu (kJ)

dimana :

Qps = panas digunakan untuk memanaskan/menaikan suhu bahan (kJ) Quap = panas yang digunakan untuk menguapkan air dari bahan (kJ) mt = massa pucuk teh basah (kg)

Cpk = panas jenis pucuk teh (kJ/kgoC) Tb = suhu bahan (oC)


(42)

Tk = suhu ke luar tumpukan bahan (oC)

hfg = panas laten penguapan pada suhu Tk (kJ/kgoC)

Penurunan kadar air bahan selama pelayuan diukur berdasarkan total berat air yang diuapkan dibagi periode pelayuan.

dimana :

W = Laju pengauapan kadar air bahan (kg uap air/jam) M = total berat air yang diuapkan (kg)

t = periode pelayuan (jam)

Panas jenis pucuk teh dihitung berdasarkan persamaan nilai Willey and Son (1963) dalam Sugiarti (1997) :

dimana :

KA1 = Kadar air basis basah (%)

Untuk menentukan besarnya panas yang diberikan oleh udara panas pada bahan yang dilayuakan (Qup) digunakan persamaan :

dimana :

V = laju aliran udara (m3/jam)

ρ = massa jenis udara pelayuan (kg/m3) Cp = panas jenis udara pelayuan (kJ/kgoC)


(43)

Efisiensi proses penggilingan dimana elektromotor yang digunakan untuk menggerakan mesin dapat dihitung dengan rumus berikut :

dimana :

= Efisiensi penggilingan (%) = Daya terukur motor listrik (kW)

= Daya terpasang motor listrik (kW) 5.3.Efisiensi proses pengeringan

Nilai efisiensi pada proses pengeringan dapat dibedakan atas efisiensi penggunaan panas, efisiensi pemanasan udara dan efisiensi pengeringan total. Nilai efisiensi dalam proses pengeringan dihitung dengan menggunkan persamaan-persaman berikut (Rachmat, 1987) :

Menurut Sucipto (1987) efisiensi pengeringan total dinyatakan dalam persamaan berikut :

dimana :

= Efisiensi pemanasan (%) = Efisiesni sistem (%)

5.4. Efisiensi proses sortasi

Nilai efisiensi pada proses sortasi dimana motor listrik yang digunakan untuk menggerakan mesin-mesin yang ada diruang sortasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dimana :


(44)

= Daya terukur motor listrik (kW) = Daya terpasang motor listrik (kW)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL AUDIT ENERGI

Proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox meliputi kegiatan penerimaan pucuk teh di pabrik, pembeberan, pelayuan, turun layu, penggilingan dan fermentasi, pengeringan dan sortasi yang bertujuan untuk menghasilkan bubuk teh hitam berkualitas tinggi yang siap dikemas kemudian dipasarkan. Dalam setiap proses ini memerlukan masukan-masukan energi yang dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu : energi langsung seperti bahan bakar minyak, bahan bakar padat berupa kayu bakar dan energi listrik, energi tak langsung yang biasa disebut dengan energi embodied berupa energi yang digunakan untuk manufacturing peralatan/mesin dan energi tenaga manusia.

Perhitungan audit energi pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT Nusantara VIII, Kebun Cisaruni Garut Jawa Barat hanya dilakukan di bagian proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox yang meliputi perhitungan energi bahan bakar minyak, bahan bakar padat berupa kayu bakar, energi listrik serta energi tenaga manusia.

Hasil audit energi di PT Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni Garut Jawa Barat menunjukan bahwa konsumsi energi total untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik dengan kapasitas produksi teh kering 231.675 ton adalah 33.62 MJ/kg teh kering, terdiri atas 1.98 MJ/kg (5.88%) berupa energi listrik, 31.59 MJ/kg (93.95%) berupa energi bahan bakar padat


(45)

kayu, 0.06 MJ/kg (0.17%) berupa energi tenaga manusia. Detil hasil audit pada setiap tahapan proses dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 10. Hasil ini diperoleh dengan menghitung konsumsi energi pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox pada bulan Maret 2010. Perhitungan audit energi di Perkebunan Cisaruni tidak memperhitungkan nilai energi embodied karena tidak tersedianya data yang mendukung.


(46)

Konsumsi energi pada setiap tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Gambar 5.

Keterangan :

Ma : Tenaga manusia Li : Listrik

Bp : Bahan bakar padat

Masukan energi dalam satuan MJ/kg teh kering

Gambar 6. Bagan alir konsumsi energi pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010

Penerimaan pucuk teh di pabrik

Pembeberan

Pelayuan

Turun layu

Penggilingan dan fermentasi

Pengeringan

Sortasi kering

Ma = 0.0065

Ma = 0.0062

Ma = 0.0128

Ma = 0.0090

Bp = 27.6425

Ma = 0.0135 Ma = 0.0082

Bp = 3.9433

Li = 0.7599

Li = 0.4022

Li = 0.3548 Li = 0.4576


(47)

Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox dengan kapasitas produksi teh hitam kering sebesar 231.675 ton, pada bulan Maret 2010 di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010

Kegiatan Energi listrik MJ/kg t.k Energi bahan bakar MJ/kg t.k Energi manusia MJ/kg t.k Energi total MJ/kg t.k Pembeberan 0.760 0.007 4.72

Pelayuan 3.943 0.008

Turun layu 0.006

Penggilingan 0.402 0.013 0.42

Pengeringan 0.458 27.643 0.009 28.11

Sortasi 0.355 0.013 0.37

Penerangan 0.001 0.001

Total 1.976 31.586 0.056 33.618

Keterangan : t.k (teh kering)

Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam antara Perkebunan Cisaruni Garut dengan beberapa kebun lain di PTPN VIII dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di PTPN VIII dalam MJ/kg teh kering.

Kegiatan Gedeh1) Kapasitas 8910 kg/hari Ciater2) Kapasitas 11550 kg/hari

Parakan Salak3) Kapasitas 10890 kg/hari

Cisaruni Kapasitas 8910 kg/hari

Pelayuan pucuk 8.80173 9.91084 1.24000 4.7241

Penggilingan 1.85223 1.41797 1.13000 0.4151

Pengeringan 8.77846 8.80763 15.6700 28.1092

Sortasi kering 1.53567 0.67200 0.29000 0.3683

Total 20.96809 20.80844 18.33000 33.6182


(48)

1.1Penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan dan turun layu

Mutu teh hitam orthodox hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun segar hasil petikan. Pucuk teh segar hasil petikan yang telah sampai ke pabrik diturunkan, kemudian dengan bantuan mono-rail pucuk teh tersebut diangkut ke withering trough. Pada proses penerimaan pucuk teh ini, tenaga manusia dan listrik sangat berperan penting. Jumlah pemakaian tenaga kerja manusia berdasarkan perhitungan kapasitas kerja 110 kg kering per harian kerja pada proses penerimaan pucuk teh segar tergantung dari jumlah pucuk segar yang dipetik. Dalam Tabel 12 disajikan pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber di Perkebunan Cisaruni.

Tabel 12. Pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber berdasarkan kapasitas kerja 110 kg teh kering per harian kerja dengan standar kapasitas pucuk teh 4050 kg

Jumlah pucuk teh segar (ton)

Pemakaian tenaga kerja (orang)

Energi (MJ/jam)

15-20 4 2.51

20-25 5 3.14

25-30 6 3.77

30-35 7 4.40

35-40 9 5.65

40-45 10 6.28

45-50 11 6.91

50-55 12 7.54

55-60 14 8.79

Total konsumsi energi manusia pada tahapan penerimaan bahan baku adalah 0.007 MJ/kg teh kering, sedangkan konsumsi energi listrik untuk menjalankan elektromotor yang terpasang pada mono-rail sebesar 0.09 MJ/kg teh kering pada bulan Maret 2010.

Tahapan selanjutnya adalah pelayuan yang merupakan suatu proses dimana pucuk teh melepaskan air yang dikandung ke udara bebas tanpa


(49)

terjadi kerusakan pada pucuk teh tersebut, oleh karena itu udara pada ruang pelayuan harus dikontrol dengan baik dan optimum pada suhu 26.7oC atau 80oF. Alat yang digunakan untuk melayukan pucuk teh adalah withering trough yang terdiri dari unit pemanas udara, bak pelayu, dan kipas. Prinsip kerja alat pelayuan adalah melewatkan udara segar dan hangat melalui pucuk teh sampai mencapai derajat layu tertentu.

Pada tahap pelayuan dan turun layu pucuk teh, input energi berasal dari bahan bakar padat berbentuk kayu bakar yang menghasilkan energi panas, tenaga manusia dan listrik. Besarnya konsumsi energi total masing-masing pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya adalah 3.94 MJ/kg teh kering berupa energi bahan bakar padat kayu, 0.014 MJ/kg teh kering berupa energi manusia dan 0.760 MJ/kg berupa energi listrik. Sedangkan konsumsi energi total pada tahap ini adalah 4.72 MJ/kg teh kering.

Konsumsi energi pada tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik Cisaruni, apabila dibandingkan dengan kebun lain di PTPN VIII berdasarkan hasil penelitian Lili Somantri (2002) di Perkebunan Gedeh yang mempunyai kapasitas produksi rata-rata hampir sama dengan Perkebunan Cisaruni sebesar 8.27 ton per harinya. Menunjukan konsumsi energi tertinggi pada tahap ini yaitu 8.80 MJ/kg teh kering dibandingkan dengan penelitian yang lainnya di PTPN VIII. Hal ini karena di Perkebunan Gedeh sumber energi panas yang dihasilkan masih berasal dari bahan bakar solar dan kandungan air dalam pucuk yang dihamparkan terlalu tebal serta kelembaban udara luar yang tinggi. Besar kecilnya energi pada tahap pelayuan tergantung dari banyaknya penggunaan bahan bakar yang dipakai untuk menghasilkan udara panas pada proses pelayuan selain penggunaan udara luar.

1.2 Penggilingan dan fermentasi

Pada tahapan selanjutnya yaitu penggilingan dan fermentasi dimana pucuk teh akan digiling sampai memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel ke luar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu mulai terjadi proses fermentasi. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu open top roller, press


(50)

cap roller, rotorvane, ball breaker sifter dan humidifier. Semua peralatan itu digerakan oleh motor listrik yang mana sumber energinya berasal dari listrik.

Perkebunan Cisaruni pada tahap penggilingan dan fermentasi konsumsi total energi pada bulan Maret 2010 sebesar 0.42 MJ/kg teh kering. Input energi pada tahap ini berasal dari penggunaan tenaga manusia dan listrik dengan besar masing-masing 0.40 MJ/kg teh kering energi listrik dan 0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010. Apabila dibandingkan dengan perkebunan lainnya, konsumsi energi total pada proses penggilingan di kebun Cisaruni dengan kapasitas 8.27 ton teh kering per hari lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan lainnya, hal ini karena efisiensi rata-rata elektromotor yang digunakan pada proses penggilingan diatas 58 persen.

Banyaknya pucuk tua yang terambil dalam pemetikan atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan akan mempengaruhi konsumsi energi pada tahap ini karena penggulungan, penghancuran dan pengayakan akan berlangsung lebih lama. Hal ini dapat diketahui dari analisis pucuk yang dilakukan untuk mengetahui nilai pucuk yang akan diolah.

1.3 Pengeringan

Pada tahap pengeringan dimana kadar air dalam bubuk teh akan berkurang, memiliki input energi yang digunakan terdiri dari tenaga manusia, bahan bakar dan listrik. Perkebunan Cisaruni konsumsi energi total bulan Maret 2010 pada tahap ini sebesar 28.11 MJ/kg teh kering. Sedangkan besarnya konsumsi energi berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.46 MJ/kg teh kering energi listrik, 27.64 MJ/kg teh kering energi bahan bakar padat berupa kayu bakar dan 0.009 MJ/kg teh kering energi manusia.

Konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar padat untuk menghasilkan energi panas sebesar 69% dari total konsumsi energi pada tahap pengeringan. Besarnya konsumsi energi pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni ini lebih besar dibandingkan dengan kebun lainnya di PTPN VIII pada Tabel 11, karena di perkebunan lainnya masih menggunaan solar sebagai sumber energi panasnya. Akan tetapi dari sisi penghematan,


(51)

kebun Cisaruni bisa menghemat energi panas yang bersumber dari bahan bakar industrial diesel oil untuk pengeringan sebesar 29.13% dari total penghematan energi panas, dengan kondisi sekarang 100% menggunakan bahan bakar padat sebagai sumber energi panasnya.

Pada tahap pengeringan ukuran partikel bubuk teh yang dikeringkan akan mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan, disamping efisiensi mesin pengering yang digunakan. Semakin kecil ukuran bubuk teh yang dikeringkan maka makin luas permukaan bubuk teh yang bersentuhan dengan udara panas, sehingga laju penguapan air berjalan semakin cepat. Dengan demikian konsumsi energi akan lebih kecil. Mesin yang digunakan pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni, yaitu two stages drier (TSD).

1.4 Sortasi Kering

Meskipun telah dilakukan proses sortasi pada tahap sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu pada tahap sortasi kering akan dipisahkan kembali berdasarkan ukuran dan warna bubuk teh. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu midelton, vibro, druck roll, winower, vibro separator, fan blower dan konveyor.

Input energi pada tahap ini yaitu tenaga manusia dan listrik. Penggunaan tenaga listrik dimaksudkan untuk menjalankan alat/mesin yang terdapat di ruang sortasi, sedangkan tenaga manusia bertugas sebagai operator alat/mesin dan memindahkan bubuk teh ke alat/mesin yang lainnya yang tidak dipasang konveyor. Besarnya konsumsi energi total pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.36 MJ/kg teh kering energi listrik dan 0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010.

2. Konsumsi energi berdasarkan sumber energi

Sedangkan perbandingan konsumsi energi rata-rata per hari di beberapa Perkebunan dengan Perkebunan Cisaruni berdasarkan masukan energi disajikan pada Tabel 13.


(52)

Tabel 13. Perbandingan konsumsi energi di Perkebunan Cisaruni Garut pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Pabrik dalam MJ/kg teh kering

Input energi Gedeh1) 8910 kg/hari

Ciater2) 11550 kg/hari

Salak(3 10890 kg/hari

Cisaruni 8910 kg/hari

Tenaga manusia 2.5203 0.0054 1.2500 0.0563

Bahan bakar*) 14.4265 22.8316 17.5000 31.5858

Listrik 10.3130 4.4490 3.1800 1.9761

Catatan : *) untuk kebun Cisaruni bahan bakar yang digunakan berupa bahan bakar padat kayu, sedangkan kebun Gedeh, kebun Ciater, kebun Parakan Salak menggunakan industrial diesel oil

Sumber : 1). Somantri, 2002 2) Noviyanti, 2002 3). Edi Purnomo, 2006

Konsumsi energi saat audit energi di Perkebunan Cisaruni Garut terbesar pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox yaitu berasal dari penggunaan energi bahan bakar padat berupa kayu bakar sebesar 31.5858 MJ/kg teh kering. Sedangkan untuk konsumsi energi terendah berasal dari penggunaan tenaga manusia sebesar 0.0563 MJ/kg teh kering.

Kegiatan pengolahan pucuk teh di pabrik menentukan kualitas bubuk teh kering berkualitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, kegiatan ini membutuhkan suatu penanganan dan pengontrolan khusus untuk menghindari kerusakan pada waktu proses pengolahan tersebut. Input energi dari proses pengolahan ini berasal dari penggunaan energi listrik, bahan bakar solar, bahan bakar padat berupa kayu bakar dan tenaga manusia.

2.1Tenaga Manusia

Penggunaan energi dalam bentuk tenaga manusia pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT. Nusantara VIII, Kebun Cisaruni Garut Jawa Barat memegang peranan penting mulai dari penerimaan pucuk di pabrik sampai dengan proses sortasi kering. Pada tahap pengolahan pucuk teh tenaga manusia berperan utuh karena dalam proses pengolahan teh menggunakan sistem orthodox, dimana aliran bahan tidak semuanya dihantarkan oleh konveyor secara kontinyu melainkan bahan harus


(53)

dipindahkan dengan tenaga manusia. Secara keseluruhan konsumsi tenaga manusia pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni cukup kecil, namun dalam proses pengolahan teh mutlak diperlukan.

Hasil perhitungan menunjukan, energi tenaga manusia yang diperlukan di Perkebunan Cisaruni Garut pada bulan Maret 2010 sebesar 0.0563 MJ/kg teh kering atau 0.17 persen dari keseluruhan energi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Pabrik. Dari keseluruhan jumlah tersebut penggunaan terbesar energi tenaga manusia yaitu pada kegiatan sortasi sebesar 0.01345 MJ/kg teh kering atau 23.90 persen dari keseluruhan energi tenaga manusia dalam proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik. Dalam Tabel 14 disajikan kebutuhan energi manusia pada masing-masing tahap proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam.

Tabel 14. Kebutuhan energi manusia pada masing-masing proses pengolahan Kegiatan MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pembeberan 0.0065 12

Pelayuan 0.0082 15

Turun Layu 0.0062 11

Penggilingan dan Fermentasi 0.0128 23

Pengeringan 0.0090 16

Sortasi 0.0135 24

Jumlah 0.0563 100

2.2Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar minyak yang digunakan di Perkebunan Cisaruni untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik digunakan minyak jenis solar. Solar digunakan untuk kebutuhan bahan bakar generator pembangkit tenaga listrik. Penggunaan generator ini hanya digunakan pada saat pasokan listrik dari PLN dalam keadaan terhenti.


(54)

Konsumsi solar di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010 sebesar 308 liter dengan total penggunaan satu bulan 16 jam dan setiap 1 liter solar bisa menghasilkan 3.2 kWh. Total daya input bahan bakar solar 3 generator 206.7236 kW dengan output daya listrik sebesar 61 kW, sehingga didapatkan efisiensi generator 29.51 persen. Kecilnya nilai efisiensi ini disebabkan karena umur generator yang sudah tua, sehingga mempengaruhi terhadap performa atau kinerja dari generator itu sendiri seperti pembakaran yang tidak sempurna dan kebocoran pada ruang bakar. Kebutuhan energi keseluruhan dari bahan bakar solar pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam sebesar 0.0514 MJ/kg teh kering, dengan input energi dari bahan bakar solar sebesar 11907.28 MJ.

2.3Bahan Bakar Padat

Bahan bakar padat yang digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni Garut adalah berupa kayu jenis karet (Hevea brasiliensis), teh (Camellia sinensis,) mahoni (Swietenia macrophylla), albasiah/jeungjing (Albizia falcataria) dan jati (Tectona grandis). Kayu-kayu tersebut merupakan biomass yang diperoleh dari pihak ke dua yaitu limbah pengolahan kayu dan kayu masyarakat, selain itu juga jenis kayu teh diperoleh dari kebun sendiri hasil replanting di Perkebunan Cisaruni.

Bahan bakar padat berupa kayu digunakan sebagai sumber energi untuk memanaskan udara pada tahap pelayuan dan pengeringan, dimana bentuk energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan air dari daun dan bubuk teh. Kayu-kayu tersebut sebelumnya diperkecil dengan cara dipotong-potong menjadi ukuran ± 40 cm, dicampur dan dikeringkan secara alami sebelum dimasukan ke ruang bakar untuk dibakar secara konvensional, dimana di ruang bakar dipasang firebar (roster) sebagai tempat pembakaran. Udara primer dialirkan melalui bagian bawah firebar dan dihisap oleh induced draught fan (ID fan).

Nilai kalor bahan bakar padat berupa kayu yang digunakan di Perkebunan Cisaruni mempunyai nilai kalor rata-rata 18.65 MJ/kg, kayu-kayu tersebut sebelumnya diukur nilai kalornya menggunakan bomb kalorimeter


(55)

yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan bakar padat. Adapun nilai kalor beberapa jenis kayu bakar yang digunakan di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai kalor beberapa jenis kayu yang digunakan di pabrik Cisaruni

Sumber energi Nilai kalor

(kJ/kg) (MJ/kg)

Kayu mahoni (Swietenia macrophylla) 19389 19.39

Kayu jati (Tectona grandis) 18882 18.88

Kayu karet (Hevea brasiliensis) 18544 18.54

Kayu albasiah (Albizia falcataria) 18450 18.45

Kayu teh (Albizia falcataria) 18093 18.09

Campuran :

18544 18.54 Kayu teh (60%)

Kayu karet (30%) Kayu mahoni (2,5%) Kayu jati (2,5%) Kayu albasiah (5%)

Kebutuhan energi total dari bahan bakar padat pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010 sebesar 31.59MJ/kg teh kering. Dari jumlah tersebut penggunaan energi dari bahan bakar padat terbesar terjadi pada tahap pengeringan sebesar 27.6425 MJ/kg teh kering atau 87.52 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat. Selain itu bahan bakar padat digunakan pada tahap pelayuan sebesar 3.9433 MJ/kg teh kering atau 12.48 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat.

Penggunaan bahan bakar padat di kebun Cisaruni sebagai sumber energi panas untuk proses pelayuan dan pengeringan bisa menghemat energi panas sebesar 4.62 persen dari energi panas sebelumnya berupa bahan bakar industrial diesel oil pada tahun 2008. Dalam Tabel 16 disajikan kebutuhan energi bahan bakar padat pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010.


(56)

Tabel 16. Konsumsi energi bahan bakar padat Maret 2010

Kegiatan MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pelayuan pucuk teh 3.9433 12.48

Pengeringan bubuk teh 27.6425 87.52

Jumlah 31.5858 100

Jumlah konsumsi bahan bakar padat pada tahap pelayuan lebih kecil dibandingkan dengan tahap pengeringan, hal ini disebabkan karena penggunaan bahan bakar padat sebagai energi untuk memanaskan udara pada tahap pelayuan lebih sedikit dan digunakan selama 4-7 jam. Jumlah bahan bakar padat yang dibutuhkan selain dipengaruhi oleh lama proses pelayuan, juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam pucuk, tebal hamparan pucuk pada withering trough, temperatur udaradan faktor kelembaban udara luar.

Pada saat penelitian dilakukan, keadaan cuaca di Perkebunan Cisaruni sedang musim hujan sehingga cuaca cukup lembab dan kandungan air dalam pucuk tinggi. Hal ini mengakibatkan perbedaan panjang tahap pelayuan pucuk teh hingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh kelayuan pucuk teh yang telah ditentukan.

Pada tahap pengeringan bubuk teh dengan kadar air 26-27 persen menjadi bubuk teh kering dengan kadar air ± 3 persen, membutuhkan bahan bakar padat lebih banyak untuk memanaskan udara agar kadar air bubuk yang ada di mesin pengering menjadi turun. Lamanya waktu pengeringan di pabrik Cisaruni membutuhkan waktu 14-20 jam/hari.

Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar padat untuk pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII khususnya Perkebunan Cisaruni Garut adalah dalam upaya mengatasi krisis energi khususnya bahan bakar minyak fosil. Hal ini disebabkan karena seiring dengan naiknya biaya produksi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik apabila masih menggunkan bahan bakar minyak. Selain itu juga bahan bakar padat yang merupakan biomass hasil limbah perkebunan dan kehutanan mendapat perhatian besar, mengingat potensinya sebagai sumber


(1)

Lampiran 33. Perhitungan efisiensi mesin pengering two stage drier 3 pada pengamatan 2

Tbb ruang (˚C) : 26.48 Tbk ruang (˚C) : 35.6 Tbubuk (˚C) : 27 T inlet (˚C) : 92 T outlet (˚C) : 46 BBP (kg) : 4950

Lama operasi (jam) : 21 Kadar air bubuk teh basah (%) : 56 Kadar air bubuk teh jadi (%) : 2.81 Laju konsumsi BBP (kg/jam) : 235.714 Nilai kalor BBP (MJ/kg) : 18.54 Efisiensi burner : 0.65

H1 (kg air/kg udara Kering) : 0.022 h1 (kJ/kg udara kering) : 93 v1 (m฀/kg udara kering) : 0.905

H3 (kg air/kg udara kering) : 0.042 h2 (kJ/kg udara kering) : 156 v2 (m฀/kg udara kering) : 1.068

hfg (kg/kg udara kering) : 2278.00

W (kg) : 6262 W (kg) : 3305

1. Massa air yang diuapkan 2. Laju perpindahan uap air

3. Jumlah udara pengering yang dibutuhkan

4. Jumlah panas sensible yang ditambahkan

5. Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari bubuk teh

6. Energi hasil pembakan bahan bakar 7. Energi yang tersedia pada burner 8. Efisiensi penggunaan panas

9. Efisiensi pemanasan


(2)

91  

Lampiran 34. Gambar psychometric chart mesin two stage drier 3 pada pengamatan 2


(3)

Lampiran 35. Ringkasan hasil perhitungan efisiensi mesin pengering

TSD 1 TSD 2 TSD 3 TSD 1 TSD 2 TSD 3 TSD 1 TSD 2 TSD 3

Tbb ruang (˚C) 25,13 25,13 25,13 26,48 26,48 26,48 25,3 25,3 25,3

Tbk ruang (˚C) 33,05 33,05 33,05 35,6 35,6 35,6 31,6 31,6 31,6

Tbubuk (˚C) 27 27 27 27 27 27 27 27 27

T inlet (˚C) 98 99 95 99 102 92 100 103 94

T outlet (˚C) 46 46 46 47 48 46 47 47 46

BBP (kg) 5300 5300 5100 4960 5090 4950 4700 4710 4420

Lama operasi (jam) 21 21 21 21 21 21 19 19 19

Kadar air bubuk teh basah (%) 56 56 58 56 56 58 56 56 58

Kadar air bubuk teh jadi (%) 2,91 2,91 2,92 2,83 2,81 2,81 2,80 2,86 2,89

Laju konsumsi BBP (kg/jam) 252,381 252,381 242,857 236,190 242,381 235,714 247,368 247,895 232,632

Nilai kalor BBP (MJ/kg) 18,54 18,54 18,54 18,54 18,54 18,54 18,54 18,54 18,54

Efisiensi burner 0,88 0,88 0,65 0,88 0,88 0,65 0,88 0,88 0,65

H1 (kg air/kg udara Kering) 0,020 0,020 0,020 0,022 0,022 0,022 0,021 0,020 0,020

h1 (kJ/kg udara kering) 85,00 81,50 85,00 93,00 92,50 93,00 84,00 82,50 84,00

v1 (m฀/kg udara kering) 0,895 0,885 0,895 0,908 0,905 0,905 0,888 0,887 0,890

H3 (kg air/kg udara kering) 0,043 0,043 0,041 0,045 0,046 0,042 0,044 0,044 0,042

h2 (kJ/kg udara kering) 157,00 158,00 154,00 164,00 166,50 156,00 160,50 162,50 152,50

v2 (m฀/kg udara kering) 1,085 1,087 1,076 1,090 1,100 1,068 1,090 1,100 1,073

hfg (kJ/kg) 2262,4 2259,6 2270,2 2259,6 2251,7 2278,0 2257,0 2249,0 2272,8

W (kg) 6403 6403 6403 6262 6262 6262 5985 5985 5985

W (kg) 3472 3472 3472 3305 3305 3305 3798 3798 3798

E (kg) 2931 2931 2931 2957 2957 2957 2187 2187 2187

W (kg/jam) 139,58 139,58 139,58 140,80 140,80 140,80 115,11 115,11 115,11

Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamtan 3


(4)

93  

Lanjutan

Lampiran 35. Ringkasan hasil perhitungan efisiensi mesin pengering

Q (m฀/jam) 6584,692029 6594,806763 7151,984127 6672,710697 6590,653158 7521,083624 5338,981934 5275,722222 5746,410336 Q (kJ/jam) 529718,2414 570059,5677 551382,0165 521573,3499 538904,2361 523567,1473 459773,4911 476005,0125 442279,8966 Q (kJ/jam) 315793,3333 315408,0833 316882,0833 318158,0293 317037,2588 320743,1232 259795,3507 258877,1955 261614,432 Q (kJ/jam) 4679142,857 4679142,857 4502571,429 4378971,429 4493742,857 4370142,857 4586210,526 4595968,421 4312989,474 Q 4117645,714 4117645,714 2926671,429 3853494,857 3954493,714 2840592,857 4035865,263 4044452,211 2803443,158

η penggunaan panas (%) 59,62 55,33 57,47 61,00 58,83 61,26 56,51 54,39 59,15

η pemanasan (%) 11,32 12,18 12,25 11,91 11,99 11,98 10,03 10,36 10,25

η sistem (%) 6,75 6,74 7,04 7,27 7,06 7,34 5,66 5,63 6,07

TSD 1 6,56

TSD 2 6,48

TSD 3 6,81

Rerata efisiensi sistem (%)


(5)

 

Taopik Setiawan. F14104081. Audit Energi Pada Sistem Pengolahan Pucuk Teh Menjadi Teh Hitam Orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni Garut. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS. 2010.

RINGKASAN

Indonesia saat ini memiliki cadangan minyak bumi sebesar 7998 MMSTB dan terbukti 4303 MMSTB dengan potensial sebesar 3695 MMSTB (PT Media Data Riset, status Februari 2010). Dengan tingkat produksi minyak 357 juta barel per tahun, minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis dalam waktu 10 tahun. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk menurunkan/menekan laju penggunaan energi dan memelihara kelestarian sumber daya yang ada. Audit energi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan konservasi energi. Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana maupun peralatan yang telah ada.

Kegiatan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni adalah pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox. Proses pengolahan teh hitam orthodox di kebun Cisaruni dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengolahan basah dan pengolahan kering. Secara garis besar proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik meliputi penerimaan bahan baku, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan dan sortasi kering. PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni mempunyai kapasitas produksi rata-rata teh kering 8.27 ton/hari pada bulan Maret 2010.

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah melakukan audit energi dengan mengkaji bentuk, sumber dan aliran energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni PT. Perkebunan Nusantara VIII. Serta mengetahui jumlah dan bentuk energi yang dibutuhkan untuk mengolah pucuk teh menjadi produk teh hitam orthodox dan mengidentifikasi tahapan proses yang kurang efisien sehingga upaya penghematan energi dapat segera dilakukan.

Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik. Metode audit yang digunakan secara garis besar dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pendahuluan (preliminary energy audit) dan tahap pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah efisiensi masing-masing sistem yang diaudit. Pengambilan data dilakukan setiap hari setiap jam sekali selama 24 jam. Adapun pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran disetiap tahapan proses pengolahan.

Hasil audit energi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni selama bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa bentuk energi yang digunakan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox adalah energi panas yang bersumber dari pembakaran bahan bakar padat (biomass), energi listrik dan energi biologis. Pada bulan Maret 2010, untuk memproduksi 1


(6)

 

proses pelayuan dan pengeringan dengan rata-rata efisiensi pemanasan dan efisiensi sistem pengeringan berturut-turut sebesar 11.36% dan 6.62%. 1.98 MJ (5.88% dari total keseluruhan energi) energi listrik dan 0.056 MJ (0.17% dari total keseluruhan energi) energi tenaga manusia.

Dibandingkan dengan perkebunan lainnya di PT. Perkebunan Nusantara VIII seperti kebun Gedeh, Ciater dan Parakan Salak, besarnya konsumsi energi rata-rata untuk pengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik berturut-turut sebesar 20.97 MJ/kg teh, 20.81 MJ/kg teh dan 18.33 MJ/kg teh. Parakan Salak merupakan pengomsumsi energi terendah dibandingkan dengan kebun lainnya, karena sistem pengolahannya sudah menggunakan sistem CTC (crushing tearing cutting).

Pada bulan Maret 2010, konsumsi energi listrik di perkebunan Cisaruni paling banyak dikonsumsi pada tahap pelayuan sebesar 0.76 MJ/kg teh (38.5% dari total konsumsi listrik) dan terendah pada proses sortasi sebesar 0.35 MJ/kg teh (18% dari total konsumsi energi listrik). Sedangkan konsumsi energi bahan bakar padat paling besar terdapat pada proses pengeringan sebesar 27.64 MJ/kg teh (87.52% dari total konsumsi energi bahan bakar). Di perkebunan Cisaruni penggunaan bahan bakar padat berupa kayu bakar bisa menghemat energi panas sebesar 4.62% dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar industrial diesel oil. Selain itu, secara ekonomi penggunaan kayu bakar lebih murah apabila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar minyak.

Tahapan produksi yang kurang efisien adalah tahap pengeringan dan pelayuan, karena pada tahapan ini energi yang paling dominan adalah penggunaan energi listrik dan bahan bakar. Dengan kapasitas produksi yang sama, konsumsi energi kebun Cisaruni lebih besar dari kebun lainnya. Ini mengidentifikasikan bahwa konsumsi energi listrik dan bahan bakar pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodok di kebun Cisaruni lebih boros.

Peluang penghematan energi yang dapat dilakukan antara lain adalah penggunaan bahan bakar kayu, pemeriksaan intensif pada heat exchanger, cerobong, serta peralatan pabrik, segera mematikan motor listrik ketika tidak digunakan, penggantian motor listrik yang bekerja di luar karakteristik, serta menanamkan pengertian dan kesadaran pentingnya penghematan penggunaan energi dalam lingkungan pabrik.