44 Konsumsi solar di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010
sebesar 308 liter dengan total penggunaan satu bulan 16 jam dan setiap 1 liter solar bisa menghasilkan 3.2 kWh. Total daya input bahan bakar solar 3
generator 206.7236 kW dengan output daya listrik sebesar 61 kW, sehingga didapatkan efisiensi generator 29.51 persen. Kecilnya nilai efisiensi ini
disebabkan karena umur generator yang sudah tua, sehingga mempengaruhi terhadap performa atau kinerja dari generator itu sendiri seperti pembakaran
yang tidak sempurna dan kebocoran pada ruang bakar. Kebutuhan energi keseluruhan dari bahan bakar solar pada proses pengolahan pucuk teh
menjadi teh hitam sebesar 0.0514 MJkg teh kering, dengan input energi dari bahan bakar solar sebesar 11907.28 MJ.
2.3 Bahan Bakar Padat
Bahan bakar padat yang digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni Garut adalah berupa
kayu jenis karet Hevea brasiliensis, teh Camellia sinensis, mahoni Swietenia macrophylla
, albasiahjeungjing Albizia falcataria dan jati Tectona grandis. Kayu-kayu tersebut merupakan biomass yang diperoleh
dari pihak ke dua yaitu limbah pengolahan kayu dan kayu masyarakat, selain itu juga jenis kayu teh diperoleh dari kebun sendiri hasil replanting di
Perkebunan Cisaruni. Bahan bakar padat berupa kayu digunakan sebagai sumber energi
untuk memanaskan udara pada tahap pelayuan dan pengeringan, dimana bentuk energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan air dari
daun dan bubuk teh. Kayu-kayu tersebut sebelumnya diperkecil dengan cara dipotong-potong menjadi ukuran ± 40 cm, dicampur dan dikeringkan secara
alami sebelum dimasukan ke ruang bakar untuk dibakar secara konvensional, dimana di ruang bakar dipasang firebar roster sebagai tempat pembakaran.
Udara primer dialirkan melalui bagian bawah firebar dan dihisap oleh induced draught fan ID fan
. Nilai kalor bahan bakar padat berupa kayu yang digunakan di
Perkebunan Cisaruni mempunyai nilai kalor rata-rata 18.65 MJkg, kayu-kayu tersebut sebelumnya diukur nilai kalornya menggunakan bomb kalorimeter
45 yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
kalor bahan bakar padat. Adapun nilai kalor beberapa jenis kayu bakar yang digunakan di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai kalor beberapa jenis kayu yang digunakan di pabrik Cisaruni Sumber energi
Nilai kalor kJkg MJkg
Kayu mahoni Swietenia macrophylla 19389 19.39
Kayu jati Tectona grandis 18882 18.88
Kayu karet Hevea brasiliensis 18544 18.54
Kayu albasiah Albizia falcataria 18450 18.45
Kayu teh Albizia falcataria 18093 18.09
Campuran : 18544 18.54
Kayu teh 60 Kayu karet 30
Kayu mahoni 2,5 Kayu jati 2,5
Kayu albasiah 5
Kebutuhan energi total dari bahan bakar padat pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan
Maret 2010 sebesar 31.59 MJkg teh kering. Dari jumlah tersebut penggunaan
energi dari bahan bakar padat terbesar terjadi pada tahap pengeringan sebesar 27.6425 MJkg teh kering atau 87.52
persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat. Selain itu bahan bakar padat digunakan pada
tahap pelayuan sebesar 3.9433 MJkg teh kering atau 12.48 persen dari total
keseluruhan penggunaan bahan bakar padat. Penggunaan bahan bakar padat di kebun Cisaruni sebagai sumber
energi panas untuk proses pelayuan dan pengeringan bisa menghemat energi panas sebesar 4.62 persen dari energi panas sebelumnya berupa bahan bakar
industrial diesel oil pada tahun 2008. Dalam Tabel 16 disajikan kebutuhan
energi bahan bakar padat pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010.
46 Tabel 16. Konsumsi energi bahan bakar padat Maret 2010
Kegiatan MJkg teh kering
Prosentase Pelayuan pucuk teh
3.9433 12.48
Pengeringan bubuk teh 27.6425
87.52 Jumlah 31.5858
100 Jumlah konsumsi bahan bakar padat pada tahap pelayuan lebih kecil
dibandingkan dengan tahap pengeringan, hal ini disebabkan karena penggunaan bahan bakar padat sebagai energi untuk memanaskan udara pada
tahap pelayuan lebih sedikit dan digunakan selama 4-7 jam. Jumlah bahan bakar padat yang dibutuhkan selain dipengaruhi oleh lama proses pelayuan,
juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam pucuk, tebal hamparan pucuk pada withering trough, temperatur udara dan faktor kelembaban udara luar.
Pada saat penelitian dilakukan, keadaan cuaca di Perkebunan Cisaruni sedang musim hujan sehingga cuaca cukup lembab dan kandungan
air dalam pucuk tinggi. Hal ini mengakibatkan perbedaan panjang tahap pelayuan pucuk teh hingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memperoleh kelayuan pucuk teh yang telah ditentukan. Pada tahap pengeringan bubuk teh dengan kadar air 26-27 persen
menjadi bubuk teh kering dengan kadar air ± 3 persen, membutuhkan bahan bakar padat lebih banyak untuk memanaskan udara agar kadar air bubuk yang
ada di mesin pengering menjadi turun. Lamanya waktu pengeringan di pabrik Cisaruni membutuhkan waktu 14-20 jamhari.
Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar padat untuk pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII
khususnya Perkebunan Cisaruni Garut adalah dalam upaya mengatasi krisis energi khususnya bahan bakar minyak fosil. Hal ini disebabkan karena seiring
dengan naiknya biaya produksi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik apabila masih menggunkan bahan bakar minyak. Selain itu juga
bahan bakar padat yang merupakan biomass hasil limbah perkebunan dan kehutanan mendapat perhatian besar, mengingat potensinya sebagai sumber
47 energi yang murah, tersedia setempat tidak perlu impor, dan adanya
keuntungan terhadap pembangunan dan lingkungan. Penggunaan bahan bakar padat sebagai sumber energi bersih tersebut
dapat mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan, karena bisa mengurangi emissi CO
2
yang ditimbulkan oleh bahan bakar minyak fosil. Pada saat ini Perkebunan Cisaruni sudah melakukan konversi energi yang
bisa menurunkan laju penggunaan energi minyak fosil serta berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca GRK, sehingga biaya produksi pun bisa
berkurang.
2.4 Listrik