Peluang Penghematan Energi Bahan Bakar pada Pengeringan Teh

51

2. Peluang Penghematan Energi Bahan Bakar pada Pengeringan Teh

Input energi pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni berasal dari bahan bakar padat berupa kayu bakar, listrik dan tenaga manusia. Secara keseluruhan konsumsi energi pada tahap ini pada bulan Maret 2010 adalah 28.11 MJkg teh kering. Dari jumlah tersebut rata-rata konsumsi bahan bakar padat yang digunakan untuk memanaskan udara pengering sebesar 27.64 MJkg teh kering atau 98.3 persen dari kebutuhan total energi tahap pengeringan. Pengeringan di Perkebunan Cisaruni menggunkan mesin pengering two stage drier dengan suhu udara masuk inlet mesin pengering berkisar 89-104 ˚C dan suhu udara keluar outlet mesin pengering berkisar 45-49 ˚C. Dari hasil pengamatan suhu inlet dan outlet pengering pada saat beroperasi tidak konstan, hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar yaitu kayu bakar yang digunakan mempunyai jenis dan kadar air yang berbeda-beda. Selain itu juga keterlambatan bubuk teh yang masuk ke ruang pengering bisa mengakibatkan suhu pengering naik dan berpengaruh terhadap tingkat kematangan teh kering yang dihasilkan. Permasalahan yang dihadapi pada tahap pengeringan adalah rata-rata efisiensi sistem yang relatif rendah sebesar 6.6 persen dengan efisiensi penggunaan panas sebesar 58.17 persen dan efisiensi pemanasan sebesar 11.36 persen. Dalam perhitungan panas ini dianggap hilang sebesar 41.83 persen, padahal dalam kenyataanya panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses pelayuan. Energi yang dihasilkan berupa energi untuk memanaskan bahan dan energi untuk menguapkan air tidak sebanding dengan penggunaan bahan bakar kayu yang relatif tinggi sebesar 245 kgjam. Penggunaan bahan bakar kayu tergantung pada kadar air tingkat kekeringannya dan jenis kayu yang digunakan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas panas yang dihasilkan. Pada prinsipnya panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu adalah panas yang dibutuhkan untuk mengeringkan kadar air yang terkandung dalam kayu tersebut dan panas yang digunakan untuk mengerikan bubuk teh. Berdasarkan spesifikasi teknis, burner di Perkebunan Cisaruni mempunyai rooster dengan lubang udara 1.5-2 cm, dan terdapat kisi-kisi pada 52 saluran inlet udara primer untuk pembakaran. Sedangkan udara yang masuk ke burner menggunakan blower dalam memasok udara primernya. Penghematan energi pada proses pengeringan yang dapat dilakukan adalah dengan cara perawatan dan penggantian bagian peralatan yang mengalami kerusakan pada heat exchanger. Perawatan yang perlu dilakukan adalah membersihkan debu dari hasil pembakaran kayu, membongkar heat exchanger dan mengontrol kebocoran agar hasil pembakaran pada burner tidak masuk bersama udara panas pada saat pengeringan. Secara garis besar alat ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu rumah pengering dan unit pemanasnya. Skematik dari kontruksi alat ini bisa dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Skema proses pengeringan Gambar 7. Heat exchanger dan mesin two stage dryer 53

3. Peluang Penghematan Energi Listrik pada Pabrik Pengolahan