39 terjadi kerusakan pada pucuk teh tersebut, oleh karena itu udara pada ruang
pelayuan harus dikontrol dengan baik dan optimum pada suhu 26.7
o
C atau 80
o
F. Alat yang digunakan untuk melayukan pucuk teh adalah withering trough
yang terdiri dari unit pemanas udara, bak pelayu, dan kipas. Prinsip kerja alat pelayuan adalah melewatkan udara segar dan hangat melalui pucuk
teh sampai mencapai derajat layu tertentu. Pada tahap pelayuan dan turun layu pucuk teh, input energi berasal
dari bahan bakar padat berbentuk kayu bakar yang menghasilkan energi panas, tenaga manusia dan listrik. Besarnya konsumsi energi total masing-
masing pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya adalah 3.94 MJkg teh kering berupa energi bahan bakar padat kayu, 0.014 MJkg teh
kering berupa energi manusia dan 0.760 MJkg berupa energi listrik. Sedangkan konsumsi energi total pada tahap ini adalah 4.72 MJkg teh
kering. Konsumsi energi pada tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi
teh hitam di pabrik Cisaruni, apabila dibandingkan dengan kebun lain di PTPN VIII berdasarkan hasil penelitian Lili Somantri 2002 di Perkebunan
Gedeh yang mempunyai kapasitas produksi rata-rata hampir sama dengan Perkebunan Cisaruni sebesar 8.27 ton per harinya. Menunjukan konsumsi
energi tertinggi pada tahap ini yaitu 8.80 MJkg teh kering dibandingkan dengan penelitian yang lainnya di PTPN VIII. Hal ini karena di Perkebunan
Gedeh sumber energi panas yang dihasilkan masih berasal dari bahan bakar solar dan kandungan air dalam pucuk yang dihamparkan terlalu tebal serta
kelembaban udara luar yang tinggi. Besar kecilnya energi pada tahap pelayuan tergantung dari banyaknya penggunaan bahan bakar yang dipakai
untuk menghasilkan udara panas pada proses pelayuan selain penggunaan udara luar.
1.2 Penggilingan dan fermentasi
Pada tahapan selanjutnya yaitu penggilingan dan fermentasi dimana pucuk teh akan digiling sampai memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan
sel ke luar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu mulai terjadi proses fermentasi. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu open top roller, press
40 cap roller, rotorvane, ball breaker sifter
dan humidifier. Semua peralatan itu digerakan oleh motor listrik yang mana sumber energinya berasal dari listrik.
Perkebunan Cisaruni pada tahap penggilingan dan fermentasi konsumsi total energi pada bulan Maret 2010 sebesar 0.42 MJkg teh kering.
Input energi pada tahap ini berasal dari penggunaan tenaga manusia dan listrik dengan besar masing-masing 0.40 MJkg teh kering energi listrik dan
0.013 MJkg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010. Apabila dibandingkan dengan perkebunan lainnya, konsumsi energi total pada proses
penggilingan di kebun Cisaruni dengan kapasitas 8.27 ton teh kering per hari lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan lainnya, hal ini karena efisiensi
rata-rata elektromotor yang digunakan pada proses penggilingan diatas 58 persen.
Banyaknya pucuk tua yang terambil dalam pemetikan atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan akan mempengaruhi konsumsi
energi pada tahap ini karena penggulungan, penghancuran dan pengayakan akan berlangsung lebih lama. Hal ini dapat diketahui dari analisis pucuk yang
dilakukan untuk mengetahui nilai pucuk yang akan diolah.
1.3 Pengeringan
Pada tahap pengeringan dimana kadar air dalam bubuk teh akan berkurang, memiliki input energi yang digunakan terdiri dari tenaga manusia,
bahan bakar dan listrik. Perkebunan Cisaruni konsumsi energi total bulan Maret 2010 pada tahap ini sebesar 28.11 MJkg teh kering. Sedangkan
besarnya konsumsi energi berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.46 MJkg teh kering energi listrik, 27.64 MJkg teh
kering energi bahan bakar padat berupa kayu bakar dan 0.009 MJkg teh kering energi manusia.
Konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar padat untuk menghasilkan energi panas sebesar 69 dari total konsumsi energi pada
tahap pengeringan. Besarnya konsumsi energi pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni ini lebih besar dibandingkan dengan kebun lainnya di
PTPN VIII pada Tabel 11, karena di perkebunan lainnya masih menggunaan solar sebagai sumber energi panasnya. Akan tetapi dari sisi penghematan,
41 kebun Cisaruni bisa menghemat energi panas yang bersumber dari bahan
bakar industrial diesel oil untuk pengeringan sebesar 29.13 dari total penghematan energi panas, dengan kondisi sekarang 100 menggunakan
bahan bakar padat sebagai sumber energi panasnya. Pada tahap pengeringan ukuran partikel bubuk teh yang dikeringkan
akan mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan, disamping efisiensi mesin pengering yang digunakan. Semakin kecil ukuran bubuk teh yang
dikeringkan maka makin luas permukaan bubuk teh yang bersentuhan dengan udara panas, sehingga laju penguapan air berjalan semakin cepat. Dengan
demikian konsumsi energi akan lebih kecil. Mesin yang digunakan pada tahap pengeringan di Perkebunan Cisaruni, yaitu two stages drier TSD.
1.4 Sortasi Kering