mendapatkan pekerjaan, oleh karena itu jika masyarakat miskin tersebut telah bekerja maka mereka mendapatkan upah atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka, sehingga nanntinya mereka akan terlepas dari belenggu kemiskinan, maka dari itu peningkatan menjadi tujuan prioritas kedua dalam pola kemitraan ini.
Tujuan berikutnya dari pola kemitraan ini ialah pemerataan pendapatan seperti yang disajikan pada Gambar, dapat diketahui pemerataan pendapatan memiliki bobot
sebesar 0,25 atau sebesar 25 persen, yang memiliki arti bahwa dengan adanya pola kemitraan akan menjadikan Depok, sebuah Kota dimana masyarakatnya tidak
memiliki kesenjangan yang terlalu jauh dari sisi pendapatannya antara masyarakat ekonomi atas, dengan masyarakat miskin.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal menempatkan prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0,19 atau sebesar 19 persen. Hal ini mudah dipahami bahwa
penyediaan lapangan kerja bagi kaum miskin akan sangat membantu mereka secara langsung tidak hanya untuk mempertahankan hidup namun bahkan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Konsekuensi dari terciptanya lapangan kerja adalah pendapatan yang lebih merata dan meningkat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
meskipun penting, namun pengaruhnya tidak langsung kepada kaum miskin. Peningkatan pertumbuhan ini diharapkan terjadi karena bergeraknya sektor riil dengan
semakin terciptanya lapangan kerja bagi kaum miskin dan berkembangnya UMKM, maka dari itu tujuan peningkatan ekonomi lokal berada pada prioritas terakhir.
d. Skenario Prioritas
Dalam rangka melakukan pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Depok, dengan tujuan utama mengurangi pengangguran diperlukan aspek-aspek yang relevan
serta rencana strategis agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam pola kemitraan yang menjadi tujuan utama ialah mengurangi pengangguran. Berdasarkan
Tabel 6 dibawah ini dapat dijelaskan:
Tabel 6. Prioritas tujuan dalam pola kemitraan Indikator Aktor
Bobot Prioritas
Pendampingan Mediasi Usaha 0.21
1 Penguatan Modal Usaha
0.19 2
Penguatan Kerjasama Bisnis 0.16
3 Penguatan Modal Sosial
0.16 4
Penguatan Infrastruktur Bisnis 0.15
5 Pelatihan
0.13 6
Total 1
Berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, secara hirarki
para pakar telah membandingkan secara berpasangan sejumlah strategiskenario
kebijakan yang mungkin diterapkan untuk menetapkan urutan prioritas atau porsinya. Terdapat enam skenario kebijakan yang akan ditentukan prioritasnya, yakni:
pendampingan dan mediasi usaha, penguatan modal usaha, pelatihan, penguatan infrastruktur bisnis, penguatan modal sosial dan penguatan kerjasama bisnis. Dari
enam skenario tersebut, analisis AHP menunjukkan bahwa para pakar telah
memprioritaskan skenario kebijakan pendampingan mediasi usaha 0,21. Hal ini
dapat dipahami mengingat pendampingan merupakan upaya secara langsung untuk membina kaum miskin dalam menolong dirinya sendiri keluar dari kemiskinan.
Pendampingan dan mediasi sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi kaum miskin dalam mengakses informasi, pasar, dan sumberdaya, serta membangun kemitraan
dengan usaha menengah atau usaha besar. Skenario penguatan modal usaha
menempati prioritas kedua dengan bobot sebesar 0,19 hal ini relevan dengan pendapat sebelumnya oleh para pakar yang
menyebutkan bahwa faktor modal merupakan prioritas yang diharapkan pada pola kemitraan ini oleh karena itu dalam program kemitraan
Prioritas skenario berikutnya adalah penguatan penguatan kerjasama bisnis dan modal sosial 0,16 memiliki tingkat kepentingan yang sama. Hal ini bermakna
bahwa sejumlah kerjasama bisinis antara UMKM dan usaha besar yang telah ada perlu diperkuat dengan dukungan fasilitasi dari pemerintah. Penguatan modal sosial
sangat dibutuhkan untuk merekatkan hubungan dan kepedulian antar masyarakat, baik diantara sesama kaum miskin maupun antara kaum miskin dengan masyarakat lain.
Dibutuhkan modal sosial yang cukup tinggi untuk membangun kemitraan antara kaum miskin dengan para pengusaha agar dapat berlangsung secara berkelanjutan dan saling
menguntungkan. Prioritas skenario dengan bobot sebesar 0,15 menurut para pakar ialah
penguatan infrastruktur bisnis Hal ini bermakna bahwa sejumlah kerjasama bisinis antara UMKM dan usaha besar yang telah ada perlu diperkuat dengan dukungan
fasilitasi dari pemerintah. Penguatan ini dapat terjadi pada peningkatan peran maupun perbesaran skala usaha pasokan dari UMKM kepada usaha besar.
Prioritas skenario terakhir menurut para pakar ialah pelatihan dengan bobot sebesar 0,13. Pelatihan ini dinilai untuk meningkatkan kapasitas kaum miskin dan
pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya, pelatihan dilakukan ketika para masyarakat miskin yang akan menjadi UKM telah berada pada proses akhir dari
skenario yang dibentuk dengan tujuan agar para pelaku dapat menjalankan usahanya dengan baik sehingga usaha yang dijalankan dapat menjadi lancar.
4.4 Implikasi Manajerial