Faktor Penentu Prioritas Analisis pemilihan alternatif skenario pola kemitraan pada pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Depok

3. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Lokal, Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal yaitu meningkatkan kegiatan perdagangan ataupun wirausaha yang menghasilkan profit sehingga akan meningkatkan pertumbahan ekonomi lokal. 4. Pemerataan Pendapatan, pemerataan pendapatan yaitu masyarakat Depok khususnya memiliki pendapatan yang relatif ataupun sesuai dengan standar kelayakan hidup.

e. StrategiSkenario

Tahap kelima ialah hirarki yaitu alternatif strategi. Dalam penetapan strategi pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan sistem yang meliputi srategi: 1. Strategi pendampingan media usaha yang meliputi: membangun lembaga pendamping, koordinasi instansi yang memiliki tenaga pendamping, pelatihanteknik mediasi calon pendamping, serta membuat pilot-pilot projek. 2. Bantaun Modal yang meliputi: tidak ada bantuan gratis, Resheduling, Tingkatan keberhasilan, kalau tidak usaha diberi tunjangan, tidak perlu pelatihan karena orang miskin kreatif, dibuat kelompok dengan tanggung jawab, karyawan Bank tidak menerima uang dari nasabah. 3. Pelatihan, meliputi: Bisnis UKM, bisnis usaha mikro, teknologi dan teknik, perakitan, pemasaran, keuangan, produksi dan negosiasi. 4. Penguatan infrastruktur bisnis meliputi: membangun jalan dan akses pasar, membangun pusat agrobisnis, membangun tokowarungusaha mikro, membangun sarana komunikasi terpadu, membangun pasar untuk UKM, dan Mikro, membangun kebijakan perimbangan bisnis besar, kecil dan mikro. 5. Penguatan modal sosial meliputi: membangun lumbung desa, membangun arisan, membangun kelompok-kelompok usaha, kelompok wanita, kelompok pemuda dan membangun sistem pinjaman tanggung renteng.

a. Faktor Penentu Prioritas

Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan pada penelitian ini, didapat hasil dari empat faktor tersebut antara keterampilan, pendidikanpengetahuan, motivasi usaha, modal dan jaringan diketahui bahwa modal memiliki bobot terbesar sebesar 0,30. Gambar hasil pembobotan faktor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pembobotan faktor Indikator Faktor Bobot Prioritas Modal 0.30 1 JaringanAkses 0.21 2 Pendidikan 0.18 3 Motivasi Usaha 0.16 4 Keterampilan 0.15 5 Total 1 Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa modal memiliki nilai kepentingan yang paling tinggi yaitu sebesar 0,30 atau sebesar 30 persen, Hal ini dapat dipahami menginggat karakteristik di kota Depok banyak berkaitan dengan lemahnya sektor usaha mikro, kecil dan menegah UMKM. Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan beberapa tokoh masyarakat dan kelompok usaha, salah satu penyebab dominan lemahnya UMKM tersebut adalah terbatasnya modal. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat membeli bahan baku dalam jumlah dan kualitas memadai, memperbesar sekala produksi, atau bahkan hanya untuk mempertahankan usahanya dalam situasi ketidakpastian pasar dan kenaikan biaya operasional. Modal merupakan faktor yang paling dianggap penting oleh para responden jika dibandingkan dengan aktor lainnya. Modal menjadi prioritas utama dikarenakan masyarakat miskinpelaku usaha membutuhkan modal yang cukup untuk melakukan usaha ataupun melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan income bagi mereka, sebelum masyarakat ataupun UKM melakukan usaha, hal pertama yang dianggap diperlukan dan dibutuhkan ialah modal. Karena modal sangat berkaitan dengan seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, seperti contohnya jika ada masyarakat ingin berternak ayam, maka hal yang dilakukan pertama kali ialah membeli ayam dan membuat kandangnya, modal berguna untuk menentukan seberapa banyak ayam yang dapat dibeli dan seberapa besar kandang yang dapat dibuat dengan semakin besarnya modal yang dimiliki oleh peternak maka semakin banyak pula ayam yang dapat dipelihara sebagai bibit. Pada penelitian ini pemberdayaan masyarakat dilandaskan kepada kemitraan ataupun kelembagaan. Yang artinya para calon wirausaha yang akan melakukan usaha ataupun wirausaha yang telah menjalankan usaha mendapatkan pembinaan baik pembinaan terhadap kemudahan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan Sumber Daya Manusia SDM, pembinaan manajemen produksi dan pembinaan terhadap mutu produksi. Prioritas kedua 2 dalam hal faktor yang dianggap paling berpengaruh terhadap pola kemitraan ialah faktor jaringan dan akses dengan bobot sebesar 0,21 atau 21 persen. Hal ini dapat dipahami mengingat faktor jaringanlah yang menjadi kunci pembuka untuk mengakses sumberdaya atau pasar sehingga usaha dapat menjadi lebih berkembang, ketika masyarakat telah memiliki modal yang cukup dalam rangka memulai usaha untuk meningkatkan pendapatan, maka diperlukannya akses ataupun jaringan dalam memasarkan produk, promosi, pembelian bahan baku, serta masyarakat mendapatkan berbagai macam informasi mengenai dunia usaha yang baik untuk dijalankan, serta nantinya masyarakat dengan sendirinya akan menjadi lebih aktif untuk memasarkan produknya secara mandiri, karena mereka telah memiliki wadah yang jelas dalam menjual hasil dari kegiatan ataupun usaha mereka. Prioritas ketiga 3 faktor dalam pola kemitraan ini ialah pengetahuan dengan bobot sebesar 18 persen yang memiliki maksud bahwa pengetahuan merupakan suatu aset penting bagi para pelaku usaha, sehingga jika tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan rendah masyarakat tertentu maka dapat dipastikan bahwa tingkat perekonomiannya pun rendah begitu pula sebaliknya, dan seaindainya masyarakat telah memiliki modaldana yang cukup untuk memulai usaha, maka karena keterbatasan pendidikan masyarakat akan menjadikannya tidak produktif dalam menjalankan usahanya, usaha yang dijalankan ketika menghadapi permasalahan. Pendidikan menjadi sangat penting bagi seseorang untuk mengakses maupun menciptakan lapangan kerja dalam era globalisasi dan ketatnya persaingan pasar saat ini. Sektor-sektor formal yang ada di Kota Depok mayoritas mensyaratkan pendidikan minimal menengah atas. Dimasa yang akan datang boleh jadi persyaratan standar pendidikan akan terus meningkat. Demikian pula dengan sektor informal yang semakin membutuhkan pengetahuan luas untuk mengembangkan inovasi-inovasi bisnis dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa rendahnya tingkat pengetahuanpendidikan masyarakat akan menjadi faktor penghambat upaya penaggulangan kemiskinan melalui pengembangan kemitraan usaha. Para pelaku usaha yang kurang memiliki kemampuan akan sulit dalam mencari solusi permasalahannya, dana ataupun modal yang telah di dapat akan menjadi kurang optimal dalam pemanfaatannya jika pengetahuan yang dimiliki setiap pelaku usaha kurang, oleh karena itu ketika modal dan akses ataupun jaringan telah ada bagi seorang pelaku usaha hal yang dianggap penting ialah pendidikan dan pengetahuan. Selanjutnya faktor motivasi usaha dan keterampilan masing-masing menepati peringkat ke empat dan lima secara berurutan skor masing-masing 0,16 dan 0,15. Faktor keterampilan sangat penting untuk dimiliki seseorang dalam mengembangkan usaha dan mengeluarkan dirinya dari kemiskinan. Namun demikian para pakar menilai bahwa faktor motivasi usaha sedikit lebih penting dibandingkan dengan faktor keterampilan hal ini dikarenakan faktor motivasi usaha sesungguhnya merupakan faktor yang sangat penting dalam mengentaskan kemiskinan karena mencerminkan kemauan dan kesungguhan tekad internal. Namun demikian, para pakar berpendapat bahwa masyarakat di Kota Depok pada umumnya memiliki motivasi yang lebih dari cukup untuk mengentaskan dirinya dari kemiskinan sehingga motivasi usaha menempati prioritas ke empat. Sedangkan faktor keterampilan dapat dikembangkan lebih jauh setelah usaha tersebut berkembang karena jaringan dan motivasi usaha yang telah terbentuk dan dimiliki oleh masyarakat, hal ini yang menyebabkan faktor keterampilan memperingati posisi terakhir untuk di prioritaskan.

b. Aktor Prioritas