Kadar Akrilamid dalam Produk Keripik Pisang Ambon Komersial Perlakuan Suhu dan Waktu Penggorengan

36 oleh penelitian Zyzak et al 2003 yang menjelaskan bahwa pada saat pemanasan campuran pati kentang dan asam amino maka asparagin merupakan asam amino yang berperan dalam membentuk akrilamid jika dibandingkan dengan asam amino lain. Tabel 8 Komposisi asam amino dalam bahan baku pisang ambon Jenis asam amino Kadar asam amino Asam aspartat 0.054 Asam glutamat 0.091 Serin 0.022 Glisin 0.024 Histidin 0.015 Arginin 0.024 Treonin 0.020 Alanin 0.064 Prolin 0.021 Tirosin 0.020 Valin 0.032 Metionin 0.010 Isoleusin 0.026 Leusin 0.038 Phenilalanin 0.021 Lisin 0.053 Asparagin 0.066 Keterangan : diperoleh dengan metoda Bai et al. 2007 Elmore dan Donald 2002 menyatakan bahwa selama proses pematangan buah dan kondisi penyimpanan juga menyebabkan peningkatan jumlah asam amino seperti asparagin dan glutamin sehingga jumlah prekursor pembentuk akrilamid juga bertambah. Pisang ambon yang mentah diduga lebih sedikit mengandung asparagin jika dibandingkan dengan pisang ambon matang sehingga pemilihan bahan baku juga menjadi cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pembentukan akrilamid.

4.2. Kadar Akrilamid dalam Produk Keripik Pisang Ambon Komersial

Hasil analisis beberapa produk keripik pisang ambon yang beredar di sekitar kota Bandar Lampung Tabel 9 menunjukkan bahwa semua produk mengandung akrilamid walaupun kadarnya lebih rendah jika dibandingkan dengan keripik kentang. Hal ini disebabkan oleh pH pisang ambon yang bersifat asam. Kondisi ini didukung oleh penelitian Jung et al. 2003 dan Kita et al. 2004 yang melakukan penelitian 37 untuk menurunkan jumlah akrilamid dalam keripik kentang dengan cara perendaman dalam larutan asam sitrat dan asam asetat. Pada matrik bahan pangan yang bersifat asam ternyata dapat menyebabkan penghambatan reaksi pembentukan akrilamid. Selain itu, jumlah akrilamid dalam produk keripik pisang yang dianalisis cukup bervariasi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kondisi bahan baku pisang ambon dan proses pengolahan. Menurut Grandra et al. 2005 pembentukan akrilamid dipengaruhi juga oleh komposisi bahan baku. Tabel 9 Kadar akrilamid dalam beberapa produk keripik pisang ambon di Bandar Lampung Sampel Kadar akrilamid µgkg KS7P 150 ± 3 S 257.3 ± 95.3 SS 130.5 ± 33.6 Keterangan : waktu pengambilan sampel adalah April s.d Juni 2008 dan sampel diambil secara random pada 3 merk yang berbeda ; nilai merupakan nilai rata- rata dan standar deviasi Friedman 2003 memberikan informasi tentang kadar akrilamid dalam beberapa produk makanan. Keripik pisang ambon termasuk dalam kelompok makanan jenis keripik dan makanan ringan. Karakeristik keripik yang kering karena mengandung kadar air rendah menjadikan jenis makanan ini lebih berpotensi mengandung akrilamid. Untuk itulah diperlukan upaya penurunan kadar akrilamid dalam keripik pisang ambon dengan teknik dan perlakuan yang tepat.

4.3. Perlakuan Suhu dan Waktu Penggorengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu menggoreng maka jumlah akrilamid yang terbentuk juga semakin meningkat Gambar 12. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Williams 2005 yang menjelaskan bahwa jumlah akrilamid dalam keripik kentang akan semakin tinggi jika suhu meningkat dan semakin lama waktu penggorengan. Hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa produk hasil perlakuan 140 o C selama 10 menit nampak memiliki warna lebih terang dibandingkan dengan produk hasil perlakuan yang digoreng dengan waktu lebih lama. Semakin lama waktu penggorengan maka warna keripik pisang 38 semakin gelapkehitaman Gambar 13. Hal inilah yang menyebabkan terpilihnya perlakuan penggorengan 140 o C selama 10 menit sebagai perlakuan penggorengan terbaik karena menghasilkan produk dengan akrilamid yang relatif lebih rendah dan warna yang lebih baik. Perlakuan ini menghasilkan keripik pisang dengan kadar menyebabkan pembentukan akrilamid sebanyak 115.5 ± 40.5 ppb. 2 9 1 1 7 6 4 5 8 5 6 5 1 1 5 .5 1 2 9 .5 1 8 7 .5 2 8 7 .5 4 9 5 .5 100 200 300 400 500 600 700 Suhu penggorengan o C K a d a r a k ri la m id p p b 10 menit 15 menit 20 menit 140 o C 160 o C 180 o C Gambar 12 Kadar akrilamid dalam keripik pisang ambon pada perlakuan suhu dan lama pengggorengan Gambar 13 Produk keripik pisang ambon hasil penggorengan pada suhu 140 o C pada variasi suhu 10, 15 dan 20 menit. 39 Brathen dan Svein 2005 menunjukkan adanya titik maksimal yang dapat menyebabkan pembentukan akrilamid paling banyak. Menurunnya akrilamid dikarenakan terjadinya reaksi lanjut dan degradasi senyawa akrilamid yang diikuti dengan pembentukan melanoidin yang memberikan warna kehitaman pada produk. Pembentukan warna selama pemanasan makanan dapat meningkat dengan adanya pemanasan yang lebih tinggi karena terjadi juga reaksi karamelisasi terhadap komponen gula dalam bahan pangan tersebut. Pedreschi et al. 2005 menyatakan mekanisme reaksi pembentukan akrilamid cukup komplek namun dapat diamati dari pembentukan senyawa melanoidin yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna kuning sampai coklat dan memberikan rasa pahit serta citarasa yang khas pada bahan makanan. Fenomena yang serupa terlihat pada hasil penelitian. Jika dibandingkan dengan kadar akrilamid pada beberapa rata-rata produk keripik pisang ambon komersial maka penggunaan suhu 140 o C selama 10 menit ternyata membentuk akrilamid yang relatif lebih rendah dari produk komersial yang diuji pada penelitian ini. Faktor suhu penggorengan ternyata memberikan pengaruh yang lebih besar pada pembentukan akrilamid. Gambar 12 juga nampak bahwa pemberian suhu 180 o C selama 10 menit akan membentuk akrilamid lebih banyak daripada perlakuan suhu 140 o C selama 10 menit. Hal ini didukung oleh pernyataan Williams 2005 bahwa suhu pemasakan memberikan pengaruh yang lebih besar pada pembentukan akrilamid pada keripik kentang. Pedreschi et al. 2006 juga menyatakan bahwa penggunaan suhu yang rendah selama penggorengan dibawah 160 o C dapat menurunkan jumlah akrilamid dalam keripik kentang.

4.4. Pengaruh Blansir