2.3.2. Obligasi
Menurut Darmadji dan Hendy 2006, obligasi bond adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam
sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan mempunyai kewajiban melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi.
Menurut Tendelilin 2010, dari sudut pandang perusahaan, obligasi perusahaan corporate bond menyatakan hutang perusahaan
kepada pemegangnya. Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada
pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo di masa mendatang disertai dengan pembayaran bunga
secara periodik. Jumlah tetap yang dibayar pada waktu jatuh tempo maturity merupakan pokok pinjaman principal obligasi, yang juga
disebut nilai nominal atau nilai per par par value atau face value. Dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan
suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa. Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan, sedangkan
obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan.
2.4. Investasi
Investasi adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang Jones, 2004.
Menurut Reilly dan Keith 2003 investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa waktu periode ke masa depan untuk
mendapatkan hasil yang mampu mengkompensasikan pengorbanan investor, yaitu :
1. Keterikatan aset pada waktu tertentu.
2. Tingkat inflasi.
3. Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.
Setelah periode yang diinginkan tersebut tercapai jatuh tempo maka investor bisa mendapatkan asetnya dalam jumlah besar, guna
mengkompensasi pengorbanan investor. Akan tetapi tidak ada jaminan pada akhir periode yang ditentukan investor pasti mendapatkan asetnya lebih dari
saat investasi. Hal ini terjadi karena selama periode waktu menunggu tersebut terdapat kejadian yang tidak tentu dari yang diharapkan, kejadian
ini disebut dengan resiko. Jadi, selain harus memiliki komitmen mengikatkan dana, investor juga harus bersedia menanggung resiko Reilly
dan Keith, 2003.
2.5. Nilai Tambah Ekonomis Economic Value Added
Menurut Young dan O’byrne 2001, EVA dapat dihitung untuk setiap
kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya. Economic value added adalah cara mengubah
pengukuran saham dari kelebihan pengembalian menjadi aliran. Penggunaan EVA secara meluas dimulai pada awal tahun 1990-an, memberikan
pengalaman yang cukup pada perusahaan dan juga kepada investor untuk mengetahui tantangan dan kesukaran-kesukaran dalam perhitungan EVA.
Economic value added memberikan tolok ukur yang baik apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Jika
manajer memfokuskan pada EVA, maka akan membantu memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan cara yang konsisten untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham Brigham dan Joel, 2001. Jika dibandingkan dengan metode lainnya, EVA memiliki beberapa
keunggulan Young dan O’byrne, 2001 : 1.
Konsep EVA memiliki peran penting sebagai suatu sistem yang berbasis value compensation dan membantu perusahaan dalam
mencapai tujuan utamanya, yaitu menciptakan nilai untuk pemegang saham.
2. Konsep EVA menjembatani konflik yang terjadi antara manajer dengan
perusahaan bekaitan dengan pemberian bonus. EVA menyediakan insentif bagi manajer yang berperan mencari dan mengimplementasikan
investasi yang menciptakan nilai.
3. Konsep EVA merupakan alat komunikasi yang efektif dalam
penciptaan nilai dengan melibatkan semua elemen di dalam organisasi untuk ikut berperan serta.
4. Konsep EVA merupak an kerangka kerja manajemen yangn mencakup
berbagai fungsi, seperti perencana strategis strategic planning, pengukuran kinerja performance measurement, serta komunikasi
internal maupun eksternal internal or external communication. Menurut Soetjipto dalam Supiani 2005
, walaupun metode EVA
mempunyai tingkat keefektifan tinggi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, ternyata konsep EVA juga memiliki beberapa titik kelemahan,
yaitu : 1.
Secara tidak langsung konsep ini mendorong perusahaan untuk menghindari resiko.
2. Konsep EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu padahal nilai suatu perusahaan adalah akumulasi nilai selama umur perusahaan.
3. Secara praktis perhitungan melalui metode EVA cukup rumit karena
proses perhitungannya memerlukan estimasi biaya modal dan hal itu sulit dilakukan dengan perusahaan yang belum go public.
Perhitungan formula EVA menurut Young dan O’bryrne 2001, sama dengan laba operasi bersih setelah pajak net operating profit after tax,
dikurangi biaya modal cost of capital. Cost of capital CC didapatkan dengan cara modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata-rata
tertimbang dari biaya modal weight average cost of capital. Weight average cost of capital WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap
komponen modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham, ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam
struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Menurut Young dan O’bryrne 2001, modal yang di investasikan
invested capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga, seperti
utang, upah yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo.
Invested Capital IC sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang
dan kewajiban jangka panjang lainnya. Untuk mengukur EVA terdapat lima langkah utama dalam
mengukurnya Young dan O’bryne, 2001, yaitu :
1. Menghitung laba operasi bersih sesudah pajak Net Operating Profit
After Tax - NOPAT. 2.
Menghitung biaya modal yang di investasikan Invested Capital - IC. 3.
Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang Weight Average Cost of Capital - WACC dari seluruh komposisi modal perusahaan.
4. Menghitung biaya modal Cost of Capital perusahaan yang terdiri dari
beberapa sumber pembiayaan. 5.
Menghitung Economic Value Added EVA.
2.5.1. Laba Operasi Bersih Setelah Pajak NOPAT
Menurut Tunggal 2008, NOPAT net operating profit after tax merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan. Besarnya NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan karena diasumsikan restrukturisasi
keuangan tidak akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun resiko bisnis yang ada sekarang. Perusahaan yang membiayai
bisnisnya dari utang atau dari modal sendiri, nilai NOPAT akan selalu identik.
2.5.2. Modal yang Diinvestasikan IC
Invested capital
merupakan jumlah
seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga non interest bearing liabilities. Invested capital
sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka panjang pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang
dan kewajiban jangka panjang la innya Young dan O’bryne, 2001.
2.5.3. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang WACC
Weight average cost of capital yaitu biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan
hutang dalam struktur modal perusahaan. Karena biaya bunga interest dapat dikurangkan dari penghasilan dalam rangka
menentukan pendapatan kena pajak interest on debt is tax deductibles Utomo, 1999.
Tujuan dalam mencari WACC yaitu untuk mendapatkan kriteria yang masuk akal dalam mengukur investasi baru. Menurut Young dan
O’bryne 2001, dalam menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui :
1. Jumlah utang dalam struktur modal.
2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal.
3. Biaya utang.
4. Tingkat pajak.
5. Biaya ekuitas.
2.5.4. Biaya Modal Cost of Capital
Cost of capital CC merupakan suatu biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan dari investor dan
investasi lain dengan resiko yang serupa Young dan O’byrne, 2001. Menurut Sartono 1997, model yang dipergunakan untuk menghitung
biaya modal yaitu biaya utang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen. Dalam mengidentifikasi dan menentukan biaya dari setiap
komponen modal dan mengkombinasikan komponen - komponen ke dalam WACC, merupakan langkah penting dalam mengestimasi biaya
modal. Menurut Youn
g dan O’byrne 2001, elemen resiko merupakan elemen yang penting untuk memahami biaya modal dan bagaimana
menghitungnya. Semua investor merupakan penghindar resiko, mereka lebih menyukai risiko yang lebih kecil dari pada risiko yang
lebih banyak. Tetapi bukan berarti investor tidak akan bertanggung jawab atas sebuah resiko.
2.5.5. Biaya Utang
Menurut Horne dan John 2007, biaya utang setelah pajak adalah perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak, jika tidak
memiliki penghasilan kena pajak, maka perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan pajak yang terkait dengan pembayaran
bunga. Biaya utang eksplisit perusahaan yang tidak memiliki penghasilan kena pajak adalah biaya sebelum pajak.
2.5.6. Biaya Saham Biasa
Saham biasa yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling awal dalam pembagian dividen dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi Darmadji dan Hendy, 2006. Menurut Keown, dkk. 2002 terdapat
dua metode untuk mengestimasi tingkat pengembalian yang diisyaratkan pemegang saham biasa, yaitu :
1. Model Pertumbuhan Deviden
Model pendekatan ini dapat dipergunakan apabila pertumbuhan dividen dan pendapatan perusahaan akan tumbuh
pada tingkat yang konstan. Dirumuskan sebagai berikut :
............................................................................... 1 Keterangan :
K
s
= Harga saham biasa. D
i
= Dividen tahun ke-i. P
o
= Nilai harga saham biasa. g
= Tingkat pertumbuhan yang diharapkan. 2.
Capital Asset Pricing Model CAPM Capital asset pricing model adalah pernyataan mengenai
hubungan antara pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko sistematis beta untuk asset yang beresiko. Pengembalian
hasil yang diharapkan adalah sama dengan jumlah dari tingkat bunga yang bebas resiko yang sama dengan produk beta dan premi
resiko pasar. 1.
Capital asset pricing model memberikan sebuah dasar untuk menentukan harapan investor atau tingkat pengembalian hasil
yang diminta investor dari investasi saham biasa. Model ini tergantung pada tiga hal yaitu tingkat bebas resiko R
f
. 2.
Resiko sistematis dari pengembalian atas saham biasa dibandingkan dengan pengembalian atas pasar secara
keseluruhan atau koefisien beta saham β. 3.
Premi resiko pasar market premium risk, yang setara dengan perbedaan tingkat pengembalian yang diharapkan atas pasar
secara keseluruhan tingkat pengembalian rata-rata dikurangi tingkat bebas resiko, atau dalam simbol R
m
– R
f
.
2.6. Kinerja Relatif Saham