2.7. Korelasi Pearson
Korelasi pearson produk momen PPM merupakan salah satu teknik korelasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian sosial. Besarnya
angka korelasi disebut koefisien korelasi dinyatakan dalam lambang r. Korelasi pearson berguna untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan
yang signifikan antara variable satu dengan yang lainnya dan untuk menyatakan besarnya sumbangan variable satu terhadap variable lain yang
dinyatakan dalam persen Usman dan Setiady, 2008. Beberapa Persyaratan dalam menggunakan korelasi pearson Hasan, 2003, yaitu:
1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi
normal. 2.
Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier. 3.
Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak random.
4. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek
yang sama. 5.
Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval dan rasio. Untuk menentukan hubungan atau korelasi antar variabel dapat
ditentukan dengan beberapa nilai-nilai dari koefisien korelasi KK, yaitu: 1. KK = 0. Tidak ada korelasi
2. 0 KK ≤ 0,20, korelasi sangat rendah atau lemah sekali.
3. 0,20 KK ≤ 0,40, korelasi rendah atau lemah tapi pasti. 4. 0,40 KK ≤ 0,70, korelasi yang cukup berarti.
5. 0,70 KK ≤ 0,90, korelasi yang tinggi, kuat. 6. 0,90 KK 100, korelasi sangat tinggi, kuat, dapat diandalkan.
7. KK = 1, korelasi sempuna.
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Economic Value Added telah dilakukan oleh beberapa para peneliti-peneliti terdahulu.
Permatasari 2002 melakukan penelitian pada dua belas perusahaan Agribisnis indeks LQ45 dengan metode EVA, ROA,ROE, PER dan PBV.
Dua belas perusahaan memiliki peningkatan harga saham yang sangat tajam, sementara faktor fundamental perusahaan mengalami penurunan, karena
pengaruh kondisi perekonomian yang belum stabil. Akhirnya peneliti melakukan perhitungan ulang dengan mengeluarkan data yang memiliki
nilai tajam sehingga hanya memiliki sepuluh objek penelitian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja relatif saham Agribisnis memiliki
korelasi yang signifikan dengan pendekatan EVA, ROA,ROE, PER dan PBV perusahaan yang diteliti.
Pahresi 2003 melakukan penelitian pada empat perusahaan. Dari ke empat perusahaan hanya ada satu perusahaan yang pernah menghasilkan
EVA positif pada tahun 2000 sedangkan yang lain negative. Hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan
– perusahaan belum dapat pulih dari krisis ekonomi. Perusahaan belum mampu mengatasi masalah-masalah
keuangannya, seperti meningkatkan biaya produksi dan kerugian valuta asing. Kinerja saham relatif mengalami penurunan yang tidak berkorelasi
dengan naik turunnya EVA, laporan keuangan perusahaan dan perhitungan- perhitungan akuntansi lainnya memberi gambaran bahwa kinerja saham
relatif bersifat irasional. EVA tidak mempengaruhi kinerja saham relatif karena ketidakwajaran dalam kenaikan dan penurunan EVA tidak
berdampak terhadap naik dan turunnya kinerja saham relatif. Supiani 2005 melakukan penelitian dengan sepuluh perusahaan
BUMN go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia BEI. Perusahaan yang diteliti antara lain PT. Aneka Tambang, Tbk., PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk., PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk., PT. Bank Mandiri, Tbk., PT. Indofarma, Tbk., PT. Indosat, Tbk., PT. Kimia Farma, Tbk., PT. Semen
Gresik, Tbk., PT. Timah, Tbk., dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dari hasil penelitian sepuluh perusahaan dengan menggunakan metode EVA
menunjukan bahwa tidak ada satupun perusahaan yang memiliki nilai EVA positif pada tahun 2003 sampai 2004.
Ningrum 2008 melakukan penelitian menggunakan metode EVA dengan perusahaan go public telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI. Peusahaan telekomunikasi yang diteliti yaitu PT. Telkom,
Tbk., PT. Indosat, Tbk., PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., PT. Bakrie Telecom, Tbk., dan PT. Mobile 8, Tbk. Dari lima perusahaan yang di
analisis pada periode 2002 sampai 2007, terdapat perusahaan yang konsisten positif dengan nilai EVA yaitu PT. Telkom, Tbk., sedangkan PT. Indosat,
Tbk., menjadi urutan kedua karena pada historis perusahaan PT. Telkom, Tbk., memiliki kinerja perusahaan yang baik. PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk., PT. Bakrie, Tbk., dan PT. Mobile 8, Tbk. memiliki nilai EVA yang negatif, sehingga perusahaan belum dapat memberikan nilai lebih bagi
pemegang saham dikarenakan biaya modal yang lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan perusahaan.
Mubarok 2009 melakukan penelitian pada perusahaan otomotif yang sudah go public dengan menggunakan metode EVA. Perusahaan yang
diteliti yaitu PT. Multistrada, Tbk., dan PT. Gajah Tunggal, Tbk. Pada PT. Multistrada, Tbk., nilai EVA tahun 2008 meningkat menjadi positif
walaupun telah terjadi krisis ekonomi global, sedangkan pada PT. Gajah Tunggal, Tbk., tahun 2008 nilai EVA menurun menjadi negatif yang tadinya
pada tahun 2007 menggalami peningkatan positif, ini di karenakan perusahaan tidak mampu bersaing dalam krisis ekonomi global.
III. METODE PENELITIAN