Hubungan Hutan Kota dan Iklim Mikro

Pada daerah pinggiran kota, daerah yang banyak ditemukan jenis pohon dewasa memiliki suhu udara yang lebih rendah dibandingkan daerah yang tidak terdapat jenis pohon. Keterkaitan suhu dengan kelembaban relatif di bawah tajuk atau naungan pohon yaitu suhu yang semakin rendah dan kelembaban relatif yang lebih tinggi dan pengurangan sinar matahari yang melewati tajuk pohon Georgi dan Zafiriadis 2006. Adanya penurunan suhu udara dari suhu udara awal yang relatif tinggi, dapat meningkatkan kondisi suhu yang nyaman bagi pejalan kaki dan mengurangi energi untuk melepaskan panas akibat suhu udara yang tinggi Spangenberg et al. 2008. Vegetasi berupa pohon sangat berpengaruh positif terhadap lingkungan termalnya dalam hal laju penurunan temperatur udara dan temperatur udara rata-rata Wonorahardjo et al. 2007.

2.4 Hubungan Hutan Kota dan Iklim Mikro

Hutan kota sangat erat kaitannya dengan iklim mikro suatu daerah. Hutan kota yang tersusun atas vegetasi-vegetasi yang direncanakan dengan pertimbangan jenis vegetasi sangat mempengaruhi komponen-komponen iklim dalam suatu daerah yang sempit. Adapun mekanisme hubungan hutan kota dan iklim mikro adalah ketika radiasi matahari terdiri dari cahaya dan sinar matahari yang terdiri dari gelombang pendek dan panjang. Sinar infra merah dan infra jauh yang panjang gelombangnya antara 780-3000 nm memiliki energi termis yang besar. Radiasi energi sebesar itu akan mengakibatkan tanah dan benda lainnya menjadi panas Robinette 1983 dalam Dahlan 2004. Suhu udara pada daerah berpepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Hal ini disebabkan karena daun mempunyai kemampuan untuk memantulkan kembali sinar infra merah sebesar 70 , sedangkan untuk cahaya tampak dengan berbagai panjang gelombang 380-780 nm hanya berkisar antara 6-12 . Sinar dengan panjang gelombang sekitar 2000 nm infra merah dekat tidak banyak diserap oleh daun, sementara sinar dengan panjang gelombang lebih dari 7000 nm akan diserap dengan baik, yakni sekitar 97 . Dengan demikian daun dapat dipersamakan dengan benda gelap yang berwarna hitam. Tabel 1 menerangkan kemampuan hutan dalam mengendalikan gelombang pendek dan gelombang panjang Robinette 1983 dalam Dahlan 2004. Tabel 1 Kemampuan Hutan dalam Mengendalikan Gelombang Pendek dan Gelombang panjang Respon Daun Gelombang Pendek Gelombang panjang Dipantulkan 10 - Diserap 80 100 Dibiaskan - 10 Diteruskan 10 90 Sumber : Robinette 1983 dalam Dahlan 2004 Tumbuhan yang tinggi dan luasan yang cukup akan mengurangi efek pemanasan tersebut. Namun, dengan semakin berkurangnya lahan yang tertutup oleh pepohonan sebagai akibat dari meningkatnya pembangunan gedung bertingkat untuk perkantoran, kegiatan bisnis, perumahan dan lain-lain, maka lingkungan kota menjadi semakin panas. Oleh karena itu untuk mengatasinya hutan kota perlu dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan yang terasa semakin panas. Beberapa hal yang turut mempengaruhi kemampuan serapan pohon terhadap radiasi matahari antaralain albedo hutan yaitu 0,12 Campbell dan Norman 1998 untuk hutan hujan tropis, konduktifitas udara yaitu 5,7 x 10 -5 Calsec cm °C Sears dan Zemansky 1960, panas laten evapotranspirasi λ yaitu 2.450 KJkg Chavez et al. 2005. Untuk mengetahui kemampuan hutan kota dalam menciptakan iklim mikro yang sejuk dan nyaman, Wenda 1991 dalam Dahlan 2004 telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang berpepohonan dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan yang dibandingkan dengan lahan permukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa: 1. Pada areal hanya berpepohonan suhu hanya berkisar 25,5-31,1 °C dengan kelembaban 66-92 . 2. Pada areal yang kuarang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal, suhu yang terjadi 27,7-33,1 °C dengan kelembaban 62-78 . 3. Areal terbuka mempunyai suhu 27,3-32,1 °C dengan kelembaban 62-78 . Koto 1991 juga melakukan penelitian dibeberapa tipe vegetasi disekitar gunung manggala wanabhakti. Perbedaan suhu udara diatas lapisan tanah yang ditutupi dengan beton dibandingkan dengan udara yang ada di dalam hutan sebesar 3-5 °C. Dari hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa hutan kota sangat penting dalam menurunkan suhu udara kota.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kampus IPB Darmaga, Bogor pada bulan Februari sampai Mei tahun 2011. Lokasi-lokasi pengambilan data antara lain di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB dan Arboretum Plasma nutfah Hutan Tropika untuk pengukuran kemampuan pohon dalam menyerap panas, dan di gedung- gedung kuliah serta ruang perkantoran untuk melakukan pengukuran kebutuhan pendinginan ruangan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh melalui penyewaan dan pembelian. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat pendingin ruangan AC dan ruangan, pohon sebagai penyusun hutan kota, thermometer, kamera, kalkulator, meteran, tali rafia, tangga tali, kompas, alat tulis dan peralatan pendukung lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pengumpulan dan analisis data secara umum disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sistematika metodologi penelitian No. Jenis data Metode pengumpulan Analisis data Luaran 1. Data Primer : a. Ukuran dan deskripsi ruangan termasuk pemakaian AC dan daya listrik, b. Suhu udara di bawah tajuk pohon,

c. Luas tajuk plot L dan kerapatan pohon,

a. Pengukuran ruangan dan pengisian check list b. Pengukuran perbedaan suhu vertikal 1m - 6 m c. pengukuran luas plot a. Deskriptif kuantitatif perhitungan room air conditioner Handoko 1979 b. Menghitung nilai H Hukum Fourier c. Rn = a X i X L a. Kebutuhan pendinginan suatu ruangan b. Nilai H densitas fluks panas vegetasi c. intensitas cahaya bersih Rn 2. Data sekunder: a. Panas laten permukaan λ, b. Evapotranspirasi E, c. Intensitas cahaya matahari i d. Albedo hutan a, e. Biaya hutan kota. f. Keadaan umum a. Pustaka b. Pustaka c. Data BMKG d. Pustaka e. Pustaka f. Pustaka a. sampai d.: G = Rn – H – λE Campbell dan Norman 2000 a. sampai d.: G Laju Penyimpanan Panas dalam pohon f. Nilai ekonomi