Kapasitas ruangan memiliki peranan paling besar terhadap suhu udara ruangan. Hal ini disebabkan karena kapasitas ruangan yang semakin besar akan
mampu menampung jumlah orang yang semakin banyak pula. Proses metabolisme pada tubuh manusia akan menghasilkan panas yang akan ditransfer ke
lingkungannya. Syamsuri 2007 mengungkapkan bahwa panas tubuh akan dikeluarkan bersamaan dengan keringat manusia. Panas yang terakumulasi di dalam
ruangan akibat mekanisme tersebut akan meningkatkan suhu udara di dalam ruangan. Bagian kelengkapan ruangan yang juga mempengaruhi suhu udara suatu
ruangan yaitu peralatan listrik yang digunakan. Peralatan listrik seperti lampu akan menghasilkan efek samping berupa panas yang dipancarkan ke udara lingkungannya
Frick et al. 2008. Sebagai akibatnya suhu udara ruangan akan meningkat, sehingga tingkat kebutuhan akan pendinginan ruangan menjadi besar.
5.2 Kemampuan Pohon dalam Menyerap Panas
Cahaya matahari merupakan salah satu pemicu pemanasan suhu udara, termasuk suhu udara di dalam ruangan. Pohon dalam hutan kota dapat menyerap
panas melalui mekanisme penyerapan cahaya matahari yang dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Dengan demikian radiasi panas matahari tidak memanaskan suhu
udara ruangan yang berada dalam jangkauan pohon tersebut. Efek pendinginan terjadi karena adanya absorbsi panas radiasi matahari sehingga sering diistilahkan
endothermis menyerap panas. Berdasarkan data hasil pengukuran dan data sekunder serta dianalisis menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Campbell
dan Norman 2000 dapat diketahui kemampuan vegatasi pohon dalam menyerap panas Tabel 5. Kerapatan suatu vegetasi pohon, jenis dan laju evapotranspirasi jenis
akan mempengaruhi kemampuan individu pohon. Tabel 5 Rekapitulasi perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas
No. Lokasi Luas
tajuk Kerapatan
Kemampuan pohon
dalam kelompok
Kemampuan individu
pohon Kemampuan
individu rata- rata
1. Arboretum
Fakultas Kehutanan
400 m
2
19 pohon400m
2
51.455,72 KJjam 2.708 KJjam 3192 KJjam
2. Arboretum
Plasmanutfah Hutan Tropika
400 m
2
14 pohon400m
2
51.455,72 KJjam 3.675 KJjam
Kemampuan individu pohon yang diperoleh merupakan hasil perhitungan berdasarkan asumsi bahwa kemampuan dalam kelompok vegetasi hutan kota
merupakan gabungan kemampuan pohon-pohon sebagai komponen penyusun vegetasi hutan kota. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui nilai serapan panas
pohon pada vegetasi hutan kota yang satu dengan yang lain akan berbeda, tergantung pada kerapatannya. Kemampuan serapan panas pohon di Arboretum Fakultas
Kehutanan lebih kecil dibandingkan dengan pohon di Arboretum Plasmanutfah Hutan Tropika. Hal ini disebabkan karena pohon-pohon di Arboretum Fakultas
Kehutanan memiliki luasan tajuk rata-rata yang lebih sempit yaitu 21 m
2
pohon Gambar 6, sedangkan pohon-pohon di Arboretum Plasmanutfah Hutan Tropika
memiliki luasan tajuk rata-rata yang lebih luas yaitu 28 m
2
pohon Gambar 5. Berkaiatan dengan hal tersebut maka luasan tajuk yang lebih luas mampu menyerap
panas radiasi sinar matahari lebih banyak.
Gambar 5 Vegetasi hutan kota di arboretum plasma nutfah hutan tropika IPB.
Gambar 6 Vegetasi hutan kota di arboretum fakultas kehutanan IPB.
Besarnya daya serap pohon terhadap panas dipengaruhi oleh radiasi atau cahaya matahari, metabolism evapotranspirasi dan fotosintesis, densitas fluks
panas, dan albedo permukaan vegetasi yang termasuk komponen iklim mikro. Sebagaimana dinyatakan oleh Grey dan Deneke 1986 dalam Fandeli et al. 2004
bahwa elemen iklim mikro dalam hal ini adalah suhu, kelembapan relatif, intensitas cahaya serta arah dan kecepatan angin.
Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur
iklim yang ada di sekitarnya misalnya suhu, kelembaban, angin dan curah hujan, serta menentukan kondisi iklim setempat dan iklim mikro Indriyanto, 2006. Selain
itu, Tauhid 2008 menjelaskan bahwa vegetasi merupakan absorban radiasi matahari yang efektif. Jumlah radiasi matahari yang dipantulkan dapat direduksi oleh vegetasi.
Keberadaan vegetasi sebagai komponen lingkungan biotik mampu menyerap radiasi matahari. Radiasi matahari diserap oleh vegetasi dalam suatu mekanisme fisiologis
untuk kelangsungan hidupnya. Efek dari metabolisme yang memerlukan panas tersebut menyebabkan
terjadinya pendinginan suhu udara di sekitar vegetasi. Meningkatnya intensitas radiasi matahari akan memacu laju fotosintesis. Efeknya berupa pendinginan suhu
udara sekitar vegetasi. Delta pendinginan suhu Δt semakin tinggi seiring dengan
bertambahnya laju proses fotosintesis sampai pada batas tertentu. Batas tertentu dimaksud bergantung pada batas maksimal suhu udara dimana matabolisme
tumbuhan masih dapat berlangsung. Uap air yang dilepaskan vegetasi melalui transpirasi berperan dalam mendinginkan udara sekitanya. Proses transpirasi berjalan
secara silmultan dengan proses fotosintesis sebagai mekanisme lain pendinginan suhu udara Campbell et al. 1999.
Proses metabolisme atau fisiologis tumbuhan memiliki efek terhadap suhu udara lingkungan sekitarnya. Menurut Fandeli et al. 2004, proses ekofisiologi yang
menyebabkan terbentuknya
iklim mikro
adalah proses
transpirasi dan
evapotranspirasi. Irwan 2008 menyatakan bahwa evapotranspirasi merupakan pertukaran antara panas laten dan panas yang terasa sensibel. Udara sekitar akan
kehilangan panas karena terjadinya evapotranspirasi yang menyebabkan suhu di sekitar tanaman menjadi lebih sejuk.
Lakitan 1997 menjelaskan, bahwa penyerapan energi radiasi matahari oleh sistem tajuk tanaman akan memacu tumbuhan untuk meningkatkan laju
transpirasinya terutama untuk menjaga stabilitas suhu tumbuhan. Transpirasi akan menggunakan sebagian besar air yang berhasil diserap tumbuhan dari tanah.
5.3 Potensi Pohon Mensubstitusi Alat Pendingin Ruangan AC