Kerangka Pemikiran Tujuan Manfaat

rumah-rumah maupun perkantoran. Sementara itu, biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengoperasikan alat pendingin tersebut relatif mahal. Manfaat yang diperoleh dari alat pendingin ruangan AC hanya terbatas pada ukuran dan ruangan indoor saja, sedangkan panas yang dihembuskan keluar ruangan akan menambah pemanasan suhu di luar ruangan. Alat tersebut juga menyebabkan dehiderasi pada pengguna ruangan dan turut berperan sebagai penyebab terjadinya Global Warming karena AC menggunakan gas Freon dalam mekanisme kerjanya. Selain itu, pendingin udara tersebut berpeluang besar dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri, salah satunya yaitu bakteri Legionella sp.. Berkaitan dengan hal ini Hendrawati 2009 menjelaskan bahwa pernah terjadi kasus yang cukup fenomenal mengenai penyebaran bakteri melalui AC sentral terjadi di Philadelphia, Amerika Serikat, tahun 1976 saat 34 orang meninggal yang diketahui penyebabnya adalah terinfeksi bakteri Legionella sp. dalam suatu hotel karena sistem cooling tower AC sentral yang kurang baik. Penanggulangan masalah pemanasan suhu dapat dilakukan melalui pembangunan hutan kota yang dapat berperan dalam ameliorasi perbaikan iklim mikro kawasan perkotaan. Hutan kota juga memiliki berbagai manfaat yaitu pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan air, mengatasi instrusi air laut, produksi terbatas, dan ameliorasi iklim Dahlan 1992. Berkaitan dengan fungsi ameliorasi iklim mikro, Kuchelmeister dan Braatz 1993 dalam Dahlan 2004 menyebutkan bahwa tumbuhan yang mengitari sebuah gedung mampu memberikan efek kesejukan setara dengan 15 buah AC dengan kemampuan 4.200 KJ. Namun demikian, perlu dilakukan kajian lanjutan mengenai kemampuan hutan kota sebagai stabilitator iklim mikro sehingga dapat menggantikan fungsi alat pendingin ruangan. Dengan demikian, nilai efisiensi hutan kota dapat diketahui.

1.2 Kerangka Pemikiran

Kota merupakan lingkungan dimana pembangunan infrastruktur, kepadatan penduduk dan segala aktifitasnya sangat tinggi, hal ini mengakibatkan peningkatan suhu udara perkotaan tersebut. Masyarakat pada umumnya menggunakan Alat pendingin ruangan sebagai pilihan untuk menghadapi masalah tersebut. Namun, selain memiliki berbagai kelemahan, upaya tersebut juga tidaklah murah. Sementara itu, hutan kota memberikan manfaat ekologis pada lingkungan sekitarnya. Vegetasi hutan kota dapat mereduksi peningkatan suhu di perkotaan, sehingga mampu mengurangi tingkat penggunaan alat pendingin ruangan yang membutuhkan biaya yang besar dan tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian kemampuan hutan kota menggantikan fungsi alat pendingin ruangan perlu dilakukan. Sistematika kerangka pemikiran disajikan pada gambar 1. Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran. Kota Peningkatan suhu pemanasan kawasan kota Vegetasi hutan kota Penggunaan air conditioner AC Menyerap panas panas, Memperkecil albedo, Biaya pembangunan Vegetasi: Penanaman dan pemeliharaan Biaya penggunaan AC, Nilai efisiensi Dehiderasi, Pemicu Global Warming, Infeksi bakteri legionella, Kesejukan Kesejukan

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan hutan kota dalam menggantikan fungsi alat pendingin ruangan AC. Dalam hal ini akan dikaji jumlah pohon yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pendinginan suatu ruangan, sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari pembangunan hutan kota.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain yaitu: 1. Memberikan informasi kemampuan pohon dalam hutan kota sebagai pengganti alat pendingin ruangan, sehingga dapat mengurangi tingkat penggunaan alat pendingin ruangan. 2. Kontribusi informasi kepada masyarakat mengenai nilai hutan kota, sehingga dapat membuka pemikiran mereka untuk turut berpartisipasi menjaga dan mengembangkan hutan kota. 3. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada manajemen perkotaan berbasis lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA