BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN
TRAFFICKING MENURUT KONVENSI HAK ANAK 1989
A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Menurut Konvensi Hak Anak
Ketentuan mengenai perlindungan anak dari tindakan trafficking yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak adalah sebagai berikut :
1. Pasal 11 Konvensi Hak Anak
Negara akan memberantas pengiriman anak keluar negeri secara gelap dan tak kembalinya anak dari luar negeri.
2. Pasal 19 Konvensi Hak Anak
Negara akan melindungi dari segala bentuk kekerasan, perlakuan sewenang- wenang, pengabaian dan eksploitasi selagi mereka berada dalam asuhan
orang tua atau orang lain dan mengimplementasikan pencegahan dan progran perawatan.
3. Pasal 32 Konvensi Hak Anak
Negara-negara peserta mengakui hak anak dilindungi terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan yang berbahaya atau menggangu pendidikan anak atau
merugikan kesehatan anak atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, atau sosial anak.
4. Pasal 33 Konvensi Hak Anak
Negara-negara peserta akan mengambil langkah-langkah yang layak termasuk langkah-langkah legislatif, sosial, dan pendidikan guna melindungi
Universitas Sumatera Utara
anak dari pemakaian obat-obatan narkoba secara gelap dan zat-zat psikotropis seperti yang ditetapkan dalam perjanjian internasional yang
relevan, dan guna mencegah penggunaan anak dalam pembuatan dan pengedaran secara gelap zat-zat seperti itu.
5. Pasal 34 Konvensi Hak Anak
Negara-negara peserta berusaha melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual. Untuk tujuan ini, negara-
negara peserta khususnya akan mengambil langkah-langkah yang layak, bilateral, dan multilateral untuk mencegah :
a. Bujukan atau paksaan agar anak terlibat dalam setiap kegiatan seksual yang
tidak sah; b.
Penggunaan anak secara eksploitasi dalam pelacuran atau praktek-praktek seksual lain yang tidak sah;
c. Penggunaan anak secara eksploitasi dalam pertunjukan-pertunjukan dan
perbuatan-perbuatan yang bersifat pornografis. 6.
Pasal 35 Konvensi Hak Anak Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang layak, nasional,
bilateral, dan multilateral, untuk mencegah penculikan, penjualan, atau jual beli anak untuk tujuan atau dalam bentuk apapun.
7. Pasal 36 Konvensi Hak Anak
Negara-negara peserta akan melindungi anak terhadap semua bentuk lain dari eksploitasi yang merugikan bagi setiap aspek dari kesejahteraan anak.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengimplementasikan hak-hak anak, standar minimal yang diterapkan adalah Konvensi Hak Anak sebagai instrumen hak anak yang paling
lengkap dan diratifikasi banyak negara 19 negara peserta dibandingkan instrumen hak asasi manusia lain. Negara peratifikasi Konvensi Hak Anak
mempunyai kewajiban utama :
55
a. Menegakkan hak-hak anak dalam aksi konkrit
b. Membuat hukum yang memberikan perlindungan hak-hak anak
c. Menjamin peran masyarakatLembaga Swadaya Masyarakat LSM dalam
monitoring dan evaluasi Konvensi Hak Anak d.
Membuat laporam nasional country report kepada Komiter Hak Anak PBB
Implementasi hak-hak anak bukan sekedar menegaskan apa yang menjadi hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak ke dalam hukum nasional tetapi yang
terpenting menerapkan secara praktis hak-hak anak dengan memberikan intervensi, program, kegiatan, atau bentuk-bentuk perlindungan. Sehingga
implementasi hak anak bermakna sebagai upaya mendesain ulang tatanan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dan berkonfrontasi dengan realitas buruk anak-anak.
Hak-hak anak yang dimaksud, secara umum dikategorikan kepada hak untuk hidup survival rights, hak untuk berkembang development rights, dan hak
partisipasi participation rights. Indonesia sebagai negara peserta state party yang telah meratifikasi
Konvensi Hak Anak UN’s Convention on the Rights of the Child dengan Keppres No. 361990 terikat kepada hak-hak anak. Sebagai negara Konvensi Hak
55
Muhammad Joni, Programme Officer LAAI, Perlindungan Anak dan Konvensi Hak Anak di Lapangan,
Konvensi, Volume III No. 3 April 1999, hal 19
Universitas Sumatera Utara
Anak KHA, Indonesia mempunyai kewajiban obligation of state mengimplementasikan hak-hak anak, baik dalam bentuk program aksi konkrit
maupun pembentukan hukum legislasi. Negara adalah aktor pelaksana hak-hak anak. Konvensi Hak Anak sebgai instrumen hukum internasional meletakkan hak-
hak anak dalam totalitas Hak Asasi Manusia secara historis, berangkat dari realita buruk anak-anak di dunia yang mengalami eksploitasi, kekerasan, penindasan, dan
sejumlah masalah anak yang rentan. Kini telah sedemikian kompleks masalah anak seperi buruh anak, kekerasan terhadap anak, anak yang dilacurkan, anak
yang berkonflik dengan hukum, anak korban perang, anak jalanan, dan berbagai bentuk anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus children in need of
special protection. Urgensi perlindungan anak setidaknya berangkat dari dua tatanan
dimaksud, yakni kewajiban atau keterikatan hukum untuk mengimplementasikan hak-hak anak rights of the child dan kewajiban konstitusional untuk melindungi
anak-anak dari realitas buruk dunia anak-anak bad situation of children Atas dasar tersebut, pembentukan hukum perlindungan anak, utamanya
terhadap anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus menjadi penting dilakukan oleh negara.
Pembentukan hukum perlindungan anak ini diartikan sebagai berikut : a
Penegasan hak-hak anak b
Penegasan kewajiban negara merealisasikan hak-hak anak c
Kewajiban orang tua menjamin peran orang tua, masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM.
Universitas Sumatera Utara
B. Upaya Penanggulangan Trafficking