BAB III PERJANJIAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM
PENCEGAHAN TRAFFICKING TERHADAP ANAK
A. Pengertian Perjanjian Internasional
Sebagai salah satu sumber hukum internasional, perjanjian internasional telah dan nampaknya akan selalu menjadi hal yang menarik untuk ditelaah, baik
di kalangan pemerhati hukum internasional maupun masyarakat pada umumnya. Dinamika perkembangan dunia yang sangat cepat berubah, telah menimbulkan
dampak yaitu yang memaksa unsur-unsur pendukung dalam hubungan internasional untuk terus beradaptasi guna mengimbangi perkembangan yang
terjadi. Perjanjian internasional sebagai salah satu unsur pendukung di dalam konteks hubungan interaksi antar negara juga mengalami perubahan seiring
dengan semakin kompleksnya isu-isu yang timbul akibat dari perkembangan yang ada.
Secara umum, hukum internasional yang mengatur perjanjian internasional terdapat dalam Konvensi Wina tentang hukum perjanjian internasional Vienna
Convention on Law of the Treaties yang telah disepakati pada tahun 1969. Secara
substansial perjanjian internasional di dalam konvensi Wina, mengatur antara lain tentang pembuatan, validitas, pengaruh, interpretasi, modifikasi, penundaan, dan
terminisasi dari sebuah perjanjian internasional. Pada dasarnya, sebuah perjanjian internasional adalah sebuah perjanjian
tertulis yang dibuat oleh dua atau lebih negara yang berdaulat atau organisasi
Universitas Sumatera Utara
internasional. Seperti layaknya sebuah perjanjian, perjanjian internasional dapat diakhiri dengan berbagai cara, antara lain mulai dari kesepakatan yang diatur di
dalam perjanjian internasional, redupikasi kewajiban oleh satu pihak di dalam perjanjian internasional, dan hilangnya objek dari perjanjian internasional atas
dari prinsip hukum rebus sic stantibus.
17
Berdasarkan ketiga cara umum pengakhiran suatu perjanjian internasional diatas, cara pemberlakuan prinsip hukum rebus sic stantibus nampaknya tetap
menjadi bahan telaah dan sering digunakan oleh negara-negara di dunia untuk mengakhiri sebuah perjanjian internasional. Bentuk yang cukup terkenal yang
dianggap oleh beberapa ahli hukum dan praktek internasional sebagai salah satu bentuk rebus sic stantibus adalah konflik senjata.
Berdasarkan beberapa contoh praktek negara-negara di dunia dan beberapa konflik senjata yang terjadi, dapat diambil beberapa kesimpulan yang patut
dicermati, yaitu antara lain bahwa untuk beberapa kasus, sebuah perjanjian internasional tetap berlaku walaupun terjadi konflik senjata, bahwa sebuah
perjanjian internasional tidak serta merta berhenti berlaku walaupun terjadi konflik senjata, melainkan mengalami penundaan pelaksanaan, dan bahwa untuk
kasus-kasus tertentu sebuah perjanjian internasional tidak berlaku lagi atau yang disebabkan konflik senjata baik antara para pihak dari perjanjian internasional
tersebut maupun pihak ketiga. Masyarakat internasional mengalami berbagai perubahan yang besar di
dalam perbaikan peta politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses
17
“Perjainjain Internasional dan Konflik Bersenjata”. Sebagaimana dimuat dalam http;www.hukumonline.com., Rebus sic stantibus adalah asas yang dapat digunakan terhadap
perubahan yang mendasarfundamentali dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.
Universitas Sumatera Utara
ini sudah dimulai pada permulaan abad XX yang mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat, dan
sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia II. Perubahan kedua ialah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi berbagai alat
perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara. Dalam suatu hubungan internasional selalu diikuti dengan munculnya
perjanjian internasional. Perjanjian internasional tersebut menjadi dasar untuk melakukan pengaturan berbagai kegiatan dan menyelesaikan berbagai
permasalahan yang timbul akibat dari perjanjian tersebut, sehingga perjanjian internasional merupakan salah satu sumber dari hukum internasional.
Sampai pada tahun 1969, pembuatan perjianjian-perjanjian internasional hanya diatur oleh hukum kebiasaan. Berdasarkan draft pasal-pasal yang disiapkan
oleh komisi hukum internasional, diselenggarakanlah suatu konfrensi internasional di Wina mulai 26 Maret sampai 24 Mei 1968 dan dari tanggal 9
April sampai 22 Mei 1969 untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut. Konferensi kemudian melahirkan Vienna Convention on the Law of Treaties yang
ditandatangani pada 23 Mei 1969. Konvensi ini mulai berlaku sejak tanggal 27 Januari 1980 dan telah menjadi hukum positif internasional.
18
Pengertian perjanjian internasional adalah perjanjian internasional antara Negara-Negara sesuai pasal 2 ayat 1 butir a Konvensi Wina 1969 adalah :
18
Boer Maulana, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global,
Edisi ke-2, Alumni, Bandung, 2005, hal 83.
Universitas Sumatera Utara
“Treaty means an international agreement conclude between states in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument
or in two or more related instruments and whatever its particular designation”. Perjanjian adalah suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-
negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur dalam hukum internasional, baik yang berupa satu instrumen tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang
berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya.
19
Perjanjian Internasional menurut Michael Virally adalah sebagai berikut : “A treaty is international agreement which is entered into by two or more states
or other international persons and is governed by international law” Sebuah perjanjian adalah persetujuan internasional dimana didalamnya terdapat
dua atau lebih negara atau subjek hukum internasional lainnya dan hal ini berdasarkan hukum internasional.
20
Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang
bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
21
Pengertian tersebut di satu sisi menyatakan perjanjian internasional bisa dilakukan oleh setiap subjek hukum internasional, tapi di sisi lain definisi tersebut
mempersempitnya, bahwa perjanjian tersebut hanya dilakukan oleh pemerintah negara Indonesia dengan semua objek hukum internasional lainnya. Artinya,
19
Wasito, Konvensi-konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum PerjanjianTraktat,
Andi Offset, Yogyakarta, 1984
20
F.A Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, 1989, hal 31
21
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kedua, Cetakan ke-1, Alumni, Bandung, 2003, hal 117
Universitas Sumatera Utara
perjanjian tersebut tidak bisa dilakukan oleh subjek non-negara dengan subjek non-negara, hanya bisa dilakukan oleh negara dengan negara dan subjek non-
negara. Definisi tersebut juga menyebutkan bahwa perjanjian internasional hanya
mengikat salah satu para pihak saja dalam bentuk hukum publik bagi masyarakatnya, padahal setiap perjanjian internasional bersifat law making and
treaty contract mengikat publik para pihak perjanjian.
Bentuk dan Macam Perjanjian Internasional
Praktek pembuatan perjanjian antar negara-negara selama ini telah mealhirkan berbagai bentuk terminologi perjanjian internasional yang kadang kala
berbeda pemakaiannya menurut negara, wilayah, maupun jenis perangkat internasionalnya. Terminologi yang digunakan atas perangkat internasional
tersebut umumnya tidak mengurangi hak dan kewajiban yang terkandung didalamnya. Beberapa terminologi tersebut antara lain :
1. Treaties atau traktat menurut pengertian umum yaitu mencakup segala macam
bentuk persetujuan internasional, sedangkan dalam arti khusus merupakan perjanjian yang paling penting dan sangat formal dalam urutan perjanjian.
2. Convention atau konvensi dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian
multilateral yang beranggotakan banyak pihak yang biasanya bersifat law making
yang artinya merumuskan kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional.
22
22
Boer Maulana, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global,
Edisi ke-2, Alumni, Bandung, 2005, hal 91
Universitas Sumatera Utara
3. Agreement atau persetujuan yang memiliki pengertian secara umum dan
pengertian secara khusus. Dalam pengertian umum, Agreement ialah mencakup seluruh jenis perangkat internasional dan biasanya mempunyai
kedudukan yang lebih rendah dari traktat dan konvensi. Pengertian secara khusus yaitu persetujuan umum mengatur materi yang memiliki cakupan lebih
kecil dibanding materi yang diatur traktat.
23
4. Charter atau piagam umumnya digunakan untuk perangkat internasional
seperti dalam pembentukan suatu organisasi internasional. 5.
Protocol digunakan untuk perjanjian internasional yang materinya lebih sempit dibanding traktat maupun konvensi.
6. Declaration merupakan perjanjian dan berisikan ketentuan-ketentuan umum
dimana pihak-pihak pada perjanjian tersebut berjanji untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu di masa yang akan datang.
7. Final Act ialah suatu dokumen yang berisikan ringkasan laporan sidang dari
suatu konfensi dan juga menyebutkan perjanjian-perjanjian atau konvensi- konvensi yang dihasilkan oleh konfrensi tersebut dengan kadang-kadang
disertai anjuran atau harapan yang sekiranya dianggap perlu. Penandatanganan final act
hanya berakhir pada suatu tahap proses pembuatan perjanjian.
24
8. Agreed Minutes and Summary Record adalah catatan mengenai hasil
perundingan yang telah disepakati oleh pihak-pihak dalam perjanjian, yang dipergunakan sebagai rujukan dalam perundingan selanjutnya.
23
Ibid, hal 92
24
Ibid, hal 94
Universitas Sumatera Utara
9. Memorandum of Understanding MoU adalah suatu perjanjian yang
mengatur pelaksanaan teknis operasional suatu perjanjian induk. Sepanjang materi yang diatur bersifat teknis, memorandum ini dapat berdiri sendiri dan
tidak memerlukan adanya perjanjian induk.
25
10. Arrangement adalah suatu perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknik
operasional suatu perjanjian induk. 11.
Exchange of Notes merupakan perjanjian internasional bersifat umum yang memiliki banyak persamaan dengan perjanjian hukum perdata. Perjanjian ini
dilaksanakan dengan pertukaran dua dokumen yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada masing-masing dokumen.
12. Process-Verbal digunakan untuk mencatat pertukaran atau penyimpanan
piagam pengesahan atau untuk mencatat kesepakatan hak-hal yang bersifat teknik administratif atau perubahan-perubahan kecil dalam suatu
persetujuan.
26
13. Modus Vivendi merupakan suatu perjanjian yang bersifat sementara dengan
maksud diganti dengan pengaturan yang tetap dan terperinci. Biasanya perjanjian ini bersifat tidak resmi dan tidak memerlukan pengesahan.
Secara garis besar, perjanjian internasional terdiri atas dua bentuk, yaitu : 1.
Perjanjian Internasional yang tidak tertulis unwrittenoral agreement yang pada umumnya ialah pernyataan bersama atau secara timbal balik diucapkan
oleh kepala negara, kepala pemerintahan ataupun menteri luar negeri atas
25
Ibid, hal 95
26
Ibid, hal 96
Universitas Sumatera Utara
negaranya masing-masing mengenai suatu masalah tertentu yang menyangkut kepentingan para pihak.
2. Perjanjian Internasional tertulis written agreement lebih banyak
dilaksanakan dalam suatu hubungan internasional. Hal ini disebabkan karena perjanjian internasional mempunyai keunggulan seperti ketegasan, kejelasan,
dan kepastian hukum bagi para pihak. Berikut berbagai macam perjanjian internasional tertulis, antara lain :
a. Perjanjian Internasional yang berbentuk perjanjian antar Negara
b. Perjanjian Internasional yang berbentuk perjanjian antar kepala Negara
c. Perjanjian Internasional yang berbentuk perjanjian antar pemerintah
d. Perjanjian Internasional dalam bentuk kepala Negara dan kepala
pemerintahan.
B. Perjanjian Bilateral Mengenai Trafficking Terhadap Anak